Muda, Mendunia, Berdialektika

Muda, Mendunia, Berdialektika

OpiniOpini Pelajar
1K views
Tidak ada komentar

[adinserter block=”1″]

Muda, Mendunia, Berdialektika

OpiniOpini Pelajar
1K views

Barang tentu sudah menjadi perbincangan hangat di kalangan pelajar hari ini pasal Covid-19, dimulai dari isu teori konspirasi, keresahan terhadap kebijakan elit politik bahkan sampai kepada gerakan berbagi masker, hand sanitizer dan sembako, dan gerakan itu merupakan manifestasi dari gerakan kemanusiaan yang sekarang sedang beredar di berbagai daerah. Akan tetapi dibalik itu semua, kita sedang diuji kualitas intelektualitas untuk menjadi insan kelas papan atas. Teruntuk teman-teman pelajar yang berada di ranah daerah, cabang, dan ranting, ada beberapa masalah yang hari ini pelajar sedang hadapi; kemunduran tingkat kreativitas dan melemahnya imunitas intelektualitas. 

Kenapa pelajar hari ini dikatakan mundur dalam segi kreativitas dan intelektualitas? Sebab pelajar hari ini hanya diperdaya oleh media bukan memberdayakan media. Maka hal pertama yang harus dikonstruksi itu polarisasi berfikir. Menjadi catatan penting bagi pelajar untuk mengkonstruksi pola fikir, secara psikologi orang akan bertindak sesuai dengan apa yang ia rasakan dan apa yang ia fikirkan. 

Tidak sedikit pelajar yang menjadi golongan terbelakang, karena pada realitasnya yang sering muncul di media hanya orang-orang itu saja, pertanyaannya apakah tidak bosan melihat media yang selalu diisi oleh orang-orang yang sudah terkenal? Apakah dalam hati kita tidak terbesit untuk menjadi seperti mereka? Apakah dalam benak kita tidak mau mengedukasi masyarakat lewat media di kala pandemi? Apakah kita tidak mau menjadi stake holder bagi sekolah atau daerah atau bahkan instansinya? Apakah hidup kita akan selalu statis? Bukankah dinamis lebih baik?

Perlu diingat bahwa di era yang katanya demokrasi ini mulut kita bebas berpendapat kok walaupun usul dari rakyat selalu ditolak dan sekarang suara sudah tidak dibungkam. Lantas hal apa yang membuat kita hari ini tidak angkat suara? Kalau kita menelaah kembali buku karangan Pramoedya Ananta Toer yaitu; Bumi Manusia, yang dimana Minke seorang pelajar/siswa HBS, berusaha melawan penjajah lewat tulisan. Dalam usia yang sangat belia itu, Minke mampu melawan ketertindasan, ketimpangan sosial, dan hal-hal yang sifatnya menurunkan harkat dan martabat pribumi. Padahal kondisi Indonesia pada saat itu belum terang saat ini, perkembangan teknologi pada saat itu belum secanggih seperti sekarang ini.

Teknologi hari ini sudah 4.0, masa pelajar selaku aktor belum 4.0? Meminjam istilah Pram bahwa, “Seorang terpelajar harus sudah adil sejak dalam pikiran dan perbuatan”. Kalimat itu menandakan bahwa akan ada suatu generasi atau suatu zaman dimana para pelajar sudah tidak berlaku adil, sudah tidak merespon zaman bahkan pelajar hari ini masih menindas teman sebayanya (re: di daerah tertentu). Seperti yang penulis telah sampaikan diatas, bahwa kita sudah harus merekonstruksi berfikir kita agar bisa berlaku adil. Kalaulah terdapat pelajar melakukan hal-hal yang sifatnya merusak moral bangsa, negara, dan agama itu tandanya pelajar belum berlaku adil. Karena hakikat dari adil adalah menakar sesuatu sesuai dengan porsinya. Artinya apa? Perbuatan yang pelajar lakukan harus sesuai dengan porsinya. Memberdayakan media adalah salah satu perbuatan adil untuk merespon tantangan zaman.

Kalau slogan Muhammadiyah itu Islam berkemajuan, yang di mana merupakan bentuk pengejawantahan dari Islam Kosmopolitan, dan Islam Kosmopolitan itu bentuk tranformasi dari Islam Puritan. Slogan bukan sekedar kata-kata yang dirangkai sedemikian rupa, akan tetapi slogan tersebut mengandung makna bahwa IPM selaku Organisasi Otonom wajib mensukseskan slogan tersebut. Dengan cara apa? Tingkatkan kreativitas dan upgrade intelektulitas agar bisa muda, mendunia, lewat media. Pesan dari penulis adalah mari ramaikan media, mari berdayakan media, mari lampaui zaman melalui media. 

Pertanyaan yang paling esensial adalah mampukah pelajar hari ini menuntaskan itu semua?

* Catatan

  • Penulis adalah Fadhil Azhar Permana, PD IPM Kabupaten Garut
  • Substansi tulisan sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis

 

 

Apakah IPM Sudah Jadi Rumah Pelajar?
Sharing Session IPM & KBRI Autralia
Mungkin anda suka:
Advertisement

[adinserter name=”Block 2″]

Suka artikel ini? Yuk bagikan kepada temanmu!

Terpopuler :

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Fill out this field
Fill out this field
Mohon masukan alamat email yang sah.