Gagasan Gerakan Kritis-Transformatif Pena Perjuangan

Gagasan Gerakan Kritis-Transformatif Pena Perjuangan

Opini
2K views
Tidak ada komentar

[adinserter block=”1″]

Gagasan Gerakan Kritis-Transformatif Pena Perjuangan

Opini
2K views

Tulisan ini sepenuhnya adalah refleksi mendalam penulis pada perjalanan panjang pena perjuangan yakni Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM). Terlebih tulisan ini merupakan apresiasi lebih penulis pada IPM yang telah menanamkan nilai-nilai perjuangan pada diri penulis. Ruang perkaderan sebagai forum dialektis sebagai upaya perintisan kesuksesan di masa mendatang. Nafas-nafas perjuangan yang penulis dapatkan dalam ruang kaderisasi tersebut masih melekat kuat.

Sampai pada detik ini tidak terasa usianya melewati setengah abad. Tepatnya 18 Juli 1961 Ikatan Pelajar Muhammadiyah resmi menjadi bagian dari organisasi otonom persyarikatan Muhammadiyah. Memaksimalkan potensi kader dan Pelajar Muhammadiyah, maka dipandang perlu menyediakan suatu wadah untuk berproses. IPM menjadi pilihan yang sangat tepat menurut founding fathers kala itu, yang kebetulan berada langsung di bawah naungan persyarikatan Muhammadiyah.

Bicara tentang hari ini, sungguh adalah pengkhianatan terhadap sejarah apabila momentum ini tidak kita refleksikan kembali sebagai bentuk upaya penguatan ide-ide mewujudkan gerakan transformatif dan dinamis.  Sengaja tema yang saya angkat adalah gerakan kritis-tranformatif, karena memang kalau kita melihat kembali lembaran sejarah IPM awal 1990-an, ada nafas dan semangat perjuangan yang dikenal dengan jargon 3T (3 tertib), yakni: Tertib Ibadah, Tertib Belajar dan Tertib Berorganisasi. Mengacu pada gerakan 3T tersebut, gerakan kritis-tranformatif hakikatnya merupakan hasil dari pengembangan nilai yang termaktub dalam gerakan 3T. Sangat menarik untuk didiskusikan mengenai gagasan ini. Gagasan ini tidak hanya berbicara tentang kualitas/potensi namun jangkauan arah masa depanya sangat visioner.

Gerakan Islam

Kehadiran IPM tidak terlepas dari upaya untuk mewujudkan cita-cita perjuangan Muhammadiyah yakni mengusahakan terbentuknya pelajar muslim yang sebenar-benarnya. Terdapat tanggung jawab ketauhidan dalam jiwa setiap kader IPM untuk membantu menyebarluaskan (Islamisasi) maupun pemurnian ajaran (Purifikasi) atau dengan bahasa lain internasionalisasi gerakan islam. Gerakan Islam tidak semata berhenti/berkutat pada dzikir dan sholat lima waktu saja (ibadah mahdoh), bentuk-bentuk kegiatan lainya yang memiliki nilai keislaman tetap harus terus dijunjung tinggi. Karenanya, dalam mewujudkan itu semua ada beberapa hal yang penting untuk ditempuh, diantaranya:

  • Melakukan pengkajian intensif tentang Islam yang kritis dan transformatif (Islam Berkemajuan/Modernisme). Mau diakui atau tidak, Islam yang kita yakini sekarang ini adalah Islam warisan atau Islam keturunan (Islam Biologis). Guna memahami makna keberislaman, mengkajinya adalah usaha paling mulia menemukan hakikat kesempurnaan dalam berislam.
  • Senantiasa mengupayakan serta menghidupkan kembali serangkaian tradisi kegamaan yang sempat mandek dan terhenti.
Gerakan Intelektual

Hakikatnya berpengetahuan adalah indikator kemapanan seorang kader dalam menjejaki (Baca: memahami) pelayaran kapal IPM. Nahkoda yang tak mengerti peta pelayaran dan situasi sekitar tentu hanya akan mengantarkan kapalnya menuju amukan ombak begitu deras yang berpotensi menggagalkan visi pelayaran.
Terciptanya kader IPM yang memiliki tingkat pengetahuan kiranya dapat menempuh beberapa langkah berikut:

  • Memasifkan ruang diskusi sebagai ruang dialektika kader IPM dalam  mengutarakan ide maupun gagasanya guna melahirkan pikiran-pikiran cerdas.
  • Membaca adalah senjata utama dalam pembentukan diri (terutama tentang vokal dan retorika yang bagus.
  • Kader IPM harus sering tampil dalam mimbar-mimbar akademik, diberikan ruang seluas-luasnya guna mengarungi samudera pengetahuan.
Gerakan Sosial

Dengan berorganisasi setiap orang awalnya datang dengan membawa pandangan berbeda-beda, begitu adanya organisasi pandangan yang dalam jumlah banyak tersebut bisa dirangkai dalam satu tujuan bersama mengacu pada arah gerak organisasi. Jujur penulis masih merasakan kerenggangan atara pelara IPM dengan
masyarakat. Hal ini sedini mungkin harus dihindari, mengambil jarak dengan masyarakat adalah suatu kebodohan nyata. Sebab dengan masyarakatlah kita mampu mengawal perjalanan dan kemajuan persyarikatan ini. Dalam hal ini, langkah yang bisa kita tempuh diantaranya:

  • Senantiasa ikut terlibat dalam berbagai macam bentuk kegiatan sosial.
  • Ikut terjun dalam barisan perjuangan pembebasan terhadap kaum Mustadh‘afin (kaum yang lemah dan dilemahkan).

IPM menjadi bagian penting dari penyempurna amanah perjuangan Muhammadiyah dan Bangsa. Sehingga IPM tidak boleh berhenti pada aspek penggalian/usaha menemukan potensi semata, akan tetapi harus sampai pada tahap pengembangan potensi-potensi tersebut. Ide gerakan kritis-transformatif sudah dapat kita pahami sebagai gerakan konkret untuk mewujudkan cita-cita Muhammadiyah dan Bangsa ini.

Teruntuk kawan-kawan seperjuangan yang masih berproses dalam IPM, semoga tetap semangat dan setia pada barisan perjuangan ini. SALAM PENA, JAS KUNING!

*) Catatan

  • Penulis adalah Wahjiansah (Ketua Umum IPM MA MUH KOBI 2017-2018)
  • Substansi tulisan sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis.
Mars IPM – IPM Berjaya
Sang Kader – Theme Song Muktamar XXI IPM
Mungkin anda suka:
Advertisement

[adinserter name=”Block 2″]

Suka artikel ini? Yuk bagikan kepada temanmu!

Terpopuler :

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Fill out this field
Fill out this field
Mohon masukan alamat email yang sah.