Mampukah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Mencerahkan Alam Pelajar?

Mampukah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Mencerahkan Alam Pelajar?

OpiniOpini Pelajar
1K views
1 Komentar

[adinserter block=”1″]

Mampukah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Mencerahkan Alam Pelajar?

OpiniOpini Pelajar
1K views

Muhammadiyah adalah ideologi gerakan Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), barang tentu untuk kemudian IPM melestarikan dan menjaga betul amanah ideologi yang dianut oleh Muhammadiyah karena ideologi Muhammadiyah bagian tanggung jawab besar yang harus dan terus dijaga esensi dan eksistensinya oleh setiap kader Muhammadiyah terkhusus Ikatan Pelajar Muhammadiyah.

Olehnya, mari kita sebagai kader Muhammadiyah teruslah merefleksikan Ideologi Muhammadiyah tersebut, ada Muqaddimah Anggaran Dasar, PHIWM, MKCH, Khittah Perjuangan Muhammadiyah serta Keputusan-keputusan Muktamar Muhammadiyah yang terbaru, karena keputusan Muktamar itu betul-betul mengkaji wacana progresif dan membahas tantangan dakwah yang dihadapi oleh Muhammadiyah kedepannya seperti apa.

Meminjam referensi Prof. Haedar Nashir dalam bukunya Kuliah Kemuhammadiyahan Jilid 2, bahwa Dalam Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua hasil Muktamar ke-46 tahun 2010 di Yogyakarta disebutkan secara tegas, bahwa “Muhammadiyah pada abad kedua berkomitmen kuat untuk melakukan gerakan pencerahan.” Artinya Muhammadiyah secara resmi telah memilih visi dan orientasi misinya pada era mutakhir sebagai ‘Gerakan Pencerahan’.

Ikatan Pelajar Muhammadiyah sebagai ujung tombak perjuangan dakwah Muhammadiyah di ranah pelajar, harus terus merefleksikan narasi pencerahan tersebut. IPM yang sudah menginjakkan  usia ke-59 tahun yang tentu sudah tidak muda lagi. Itu artinya bahwa IPM sedang dalam masa proses semangat gerakan pencerahan, tidak terlalu berlama-lama lagi dalam kegiatan yang cenderung sudah lawas, yang sepertinya kurang relevan lagi untuk di jadikan sebagai gerakan dakwah di kalangan pelajar.

Maka IPM sebenarnya sudah harus mereformulasi sistem gerakannya untuk siap berkompetisi dalam era yang serba digital ini atau biasa disebut dengan era 4.0. Sehingga, IPM tidak hanya menjadi penonton media dan jangan hanya menjadi konsumer media belaka. Tetapi, yang perlu dilakukan oleh pelajar berkemajuan dengan semangat pencerahan, ialah mengambil peran strategis di atas panggung media. Sudah saatnya kader IPM yang menjadi produsen, membuat konten-konten dakwah pelajar dan dakwah milenial yang mengisi ruang-ruang media, yang begitu terbuka bagi setiap kalangan, tak terkecuali kalangan pelajar itu sendiri.

Sudah saatnya IPM harus serius menatap masa depan Indonesia, agama Islam dan Muhammadiyah dengan semangat dakwah yang moderat dan berkemajuan, agar cita-cita besar Muhammadiyah dapat tercapai yaitu, “Terciptanya Masyarakat Islam Yang Sebenar-Benarnya”. Sehingga cita-cita Muhammadiyah tidak hanya menjadi utopis (khayal) tetapi betul-betul teraktualisasikan dengan sempurna dan di rasakan manfaatnya oleh masyarakat banyak, itulah yang diharapkan oleh organisasi masyarakat terbesar di Indonesia dan dunia ini (Muhammadiyah).

Tentu, itu bisa terwujud dengan semangat para kader sejati dan tangguh Ikatan Pelajar Muhammadiyah dalam mengeksplorasi dakwah Muhammadiyah dengan daya perjuangan yang sungguh-sungguh untuk meraih ridha dan pahala dari Allah SWT.  Sebagaimana dalam Quran Surah Muhammad ayat 7 Allah berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman Jika kamu menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” Secara landasan pun sangat kuat dan jelas bahwa gerakan dakwah IPM bukan perkara yang main-main, tetapi gerakan IPM adalah gerakan dakwah yang modernis dan mencerahkan semesta.

Kader Muhammadiyah secara umum dan khususnya kader IPM, sudah sering membaca dan mendengar slogan ‘Islam Berkemajuan’. Iya, Islam Berkemajuan adalah salah satu ciri  beragama Islam dengan benar dan baik. Kita sebagai kader Muhammadiyah dituntut untuk maju dari segi Ilmu Pengetahuan, Ekonomi, Politik, Teknologi dan Budaya dengan bingkai nilai-nilai luhur keislaman. Jikalau melihat kembali goresan tinta emas sejarah pada era kejayaan Islam, umat Islam benar-benar unggul dan maju dalam moral dan keadaban, sekaligus dalam ilmu pengetahuan dan Teknologi, Politik, Ekonomi dan Kebudayaan.

Sejumlah ilmuan Islam hadir kepermukaan sebagai sosok pencerah peradaban sebutlah Al-Farabi, Ibnu Maskaweih, Al-Khawarizmi, Al-Kindi, Al-Ghazali, Ibnu Khaldun, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Ibnu Batutah, dan ilmuan-ilmuan kelas dunia lainnya yang telah mencerahkan dunia ini, bukan hanya mencerahkan dunia Islam tetapi mencerahkan seluruh dunia tanpa memandang agama, suku, dan bahasa. Dari ilmuan Islam dunia di atas dapat kita jadikan refleksi bersama dan merenungi bahwa Pelajar Muslim siap meneruskan tradisi pencerahan ini yang telah di mulai oleh para Ulama dan Ilmuan shaleh masa lampau.

Olehnya, tulisan ini sangat berkorelasi positif dengan tema yang di angkat pada Milad IPM yang ke 59 yaitu “Berkarya Bersama, Mencerahkan Semesta”. Dari tema tersebut penulis memaknainya bahwa dalam mengimplementasikan gerakan pencerahan, maka tentu harus di awali dengan karya-karya nyata yang di lakukan secara individu maupun kolektif oleh setiap kader IPM dari tingkat Pusat hingga tingkat Ranting.

Muhammadiyah telah mengamanahkan kepada IPM untuk terus berkarya dan berkarya, sehingga bisa menjadi mercusuar yang memberikan cahaya peradaban agar navigasi pelajar Indonesia, pelajar Islam yang keduanya terbingkai dalam satu tubuh dalam Ikatan Pelajar Muhammadiyah agar tetap berada dalam koridor dan radiasi gerakan Pencerahan untuk Ummat, Bangsa, dan Negara.

*) Catatan

  • Penulis adalah Rahmat Rusma Pratama PW IPM Sulawesi Barat
  • Substansi tulisan sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis.
Demi Pena dengan Segala Perlawanannya
Militansi : Kader Biologis atau Kader Ideologis?
Mungkin anda suka:
Advertisement

[adinserter name=”Block 2″]

Suka artikel ini? Yuk bagikan kepada temanmu!

Terpopuler :

Baca Juga:

1 Komentar. Leave new

  • […] Kemerdekaan berpikir seperti inilah yang semakin hilang dari jiwa para pelajar. Pelajar hari ini dituntut belajar bukan untuk memenuhi kebutuhan jiwa, tetapi untuk memenuhi kebutuhan hasrat para penguasa. Sehingga, pada akhirnya kita dibuat kerepotan dengan fenomena pendidikan yang bukannya membina tetapi justru membinasakan masa depan para pelajar. […]

    Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Fill out this field
Fill out this field
Mohon masukan alamat email yang sah.