Haedar Nashir Sang Moderat Autentik

Haedar Nashir Sang Moderat Autentik

Opini
2K views
Tidak ada komentar

Haedar Nashir Sang Moderat Autentik

Opini
2K views

Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof.Dr.H. Haedar Nashir M.Si telah dikukuhkan menjadi Guru Besar Bidang Sosiologi di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada 12 Desember 2019. Hal ini merupakan kabar gembira bagi seluruh warga persyarikatan bahwa telah bertambah Maha guru di lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah, hal ini juga menjadi teladan bagi generasi muda Muhammadiyah khususnya bagi kader IPM yang mendeklarasikan dirinya dengan 3T (Tertib Ibadah, Belajar dan Organisasi).

Prof.Dr.H. Haedar Nashir M.Si merupakan alumni IPM dan beliau juga pernah menjabat sebagai Ketua I Pimpinan Pusat IPM pada periode 1983-1986 yang juga beliau sangat aktif menulis dan menjadi jurnalis di Suara Muhammadiyah hingga menjadi Pemred Suara Muhammadiyah dari 1985 hingga sekarang.

Kiprah beliau dalam dunia literasi sudah tidak diragukan lagi, mulai dari jurnal ilmiah, buku cetak hingga rubrik khusus di majalah Suara Muhammadiyah. Daya Al-Qalam yang masih melekat dalam diri Pak Haedar perlu diresapi bagi seluruh kader IPM. Sehingga Spirit Nun akan menjadi bagian dari diri kita. Pak Dahlan Rais M.Hum dalam sambutanya selaku PP Muhammadiyah mengatakan Pak Haedar dimana saja dan kapan saja dirinya selalu resah dan kalaupun ada waktu luang beliau pasti menulis. Bahkan kita sering menjumpai postingan yang menggambarkan sosok Pak Haedar Nashir sedang sibuk dengan Gawai nya entah menulis atapun membaca. Spirit autentik ini merupakan napas dan sumbu panjangan yang diwariskan oleh kader IPM dari generasi ke generasi, wacana literasi sejak kelahiranya terus di implementasikan dalam ruang waktu yang panjang.

Dalam pidato ilmiahnya Prof.Dr.H. Haedar Nashir M.Si mengambil judul “Moderasi Indonesia dan Keindonesiaan: Perspektif Sosiolog”  hal ini berangkat dari jalan terjal pergolakan radikalisme, terorisme dan faham ekstrem lainya yang hari ini berkembang pesat di seluruh dunia hingga Indonesia, dengan adanya keterbukaan akses di seluruh dunia berbagai macam dogma hadir dalam ruang diskursus setiap gerakan sosial masyarakat.

Radikalisme yang berkembang saat ini seperti gerakan ekstrem lainya di Indonesia memang benar adanya namun konsepsi dan aspek radikalisme baik dalam pemikiran maupun kenyataan sesungguhnya bersifat universal ujar Pak Haedar Nashir dalam  pidatonya. Radikalisme yang berjalan saat ini jangan dijadikan satu rujukan agama saja mealinkan ada banyak “oknum” yang melakukan gerakan ini bahkan ada pembakaran masjid dan masih banyak contoh kasus lainya tidak hanya yang beragama Islam.

Kemudian ucap Pak Haedar karenanya masalah radikalisme sebagaimana pada banyak masalah krusial di Indonesia muktahir meniscayakan pemahaman yang mendalam dan menyeluruh agar tidak terjebak pada kedangkalan cara pandang dan langkah yang diambil dalam mengatasinya, karena suatu masalah pada umumnya tidaklah sederhana dan terlepas dari ruang sosiologi yang mengitarinya.

Dengan kacamata sosiologi interperatif dapat diketahui pula pemahaman-pemahaman intersubyektif mengenai sistem-sistem simbol dalam kehidupan manusia dengan segala derivasinya (Pressler,1996). Bahkan perlu tafsir sosial atas kenyataan tentang ruang radikalisme di Indonesia sehingga perlu kiranya membuat kembali secara kajian teoritik.

Moderasi Keindonesiaan

Moderasi merupakan tawaran akademik dari Prof.Dr.H. Haedar Nashir M.Si dalam melawan gerakan radikalisme, terorisme hingga ekstremisme di Indonesia. Dalam konteks ini radikalisme mempunyai perspektif yang netral hal ini merupakan rujukan bersama terkait pengerucutan agama maupun golongan untuk membuka rekfleksi kajian akademis yang mendalam sehingga kita bisa memandang obyektif kata radikal tersebut sehingga tidak terkesan di politisasi ujar Pak Haedar dalam pidatonya.

Point penting dari kajian dan pembahasan tentang radikalisme dalam pelbagai kaitannya seperti berkembang di Indonesia akhir-akhir ini maka menjadi perspektif yang luas, mendalam dan multiaspek agar tidak terjebak pada kekeliruan, nias dan kesalahan cara pandang dan kebijakan dalam menghadapi masalah yang tidak sederhana itu, bahwa secara sosiologis radikalisme itu bersifat kompleks dan universal yang lahir dalam situasi yang seringkali rumit. Tidak ada radikalisme yang lahir di ruang hampa, makanya penting kiranya membaca kembali konteks radikalisme itu sendiri.

Melalui moderasi yang merupakan jalan tengahan untuk menjadi tawaran bersama dalam melihat posisi biner atas radikalisme ini. Oleh sebab itu perspektif sosiologi menjadi ruang untuk membuka kacamata radikal melalui sosiologis Indonesia dan keindonesiaan. Konstruksi tentang radikalisme yang bias dan digeneralisasikan secara luas dapat menjadikan Indonesia berada dalam gawat darurat radikalisme, padahal sejadinya masih banyak aspek dan ruang sosiologis dalam kehidupan keindonesiaan yang moderat dan menjadi kekuatan Indonesia untuk menjadi negara maju. Dan pesan terakhir beliau adalah melawan radikalisme adalah melalui jalan moderat.

*) Catatan

  • Penulis adalah Al Bawi, Anggota PIP PP IPM. Penulis dapat dihubungi via email: albawi0202@gmail.com
  • Substansi tulisan sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis.
PD IPM Kotabaru Atasi Trauma Anak dengan Lapak Baca
Usai Ujian Sekolah, PR IPM MA Muhammadiyah 10 Palirangan Tancap Gas Isi Agenda Kreatif
Mungkin anda suka:
Advertisement

[adinserter name=”Block 2″]

Suka artikel ini? Yuk bagikan kepada temanmu!

Terpopuler :

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Fill out this field
Fill out this field
Mohon masukan alamat email yang sah.