IPM.OR.ID., DENPASAR – Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) 2021 resmi dibuka pada Jumat (10/12/21) di Denpasar, Bali. Rakernas IPM 2021 diselenggarakan secara hybrid dimana secara luring diselenggarakan di Hotel Kuta Central Park, Bali, dan secara daring diselenggarakan melalui teleconference zoom meeting.
Turut hadir dalam kegiatan ini Nashir Efendi selaku Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM), Aminullah selaku Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Bali, I Nyoman Ratmaja selaku Disdikpora Provinsi Bali yang dalam hal ini mewakili Gubernur Bali, Bambang Santoso selaku anggota DPD RI Dapil Bali, dan Agus Taufiqurrahman selaku Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah.
Nashir Efendi selaku Ketua Umum PP IPM dalam sambutannya mengatakan bahwa untuk bisa mewujudkan program-program dan agenda besar, yang menjadi nilai kunci dari IPM adalah memiliki nilai pencerdasan, pemberdayaan, dan pembebasan.
Menurut Nashir, pencerdasan merupakan nilai yang IPM perjuangkan dalam rangka mewujudkan misi di Indonesia sebagaimana tertera dalam UUD 1945 yaitu adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. IPM hadir dalam rangka gerak keilmuan dan hadir untuk pelajar, siswa-siswi di Indonesia.
Lebih lanjut menurut Nashir setelah pencerdasan, aspek yang selanjutnya ialah pemberdayaan. Dalam membangun gerakan, program kerja, dan sebagainya, kata kunci yang menjadi ciri khas IPM adalah partisipatif atau aspiratif. Lebih lanjut, Nashir menambahkan bahwa IPM merupakan gerakan yang student oriented.
“Jangan sampai program-program yang kita hasilkan terlalu melangit sebab IPM adalah organisasi yang student-oriented. Jangan sampai program-program yang kita hasilkan tidak berdampak dan berfokus pada proses. Tetapi kita juga harus berfokus pada hasil dan dampak dan maka, dalam aspek pemberdayaan ini partisipasi dari berbagai wilayah dan juga pelajar Indonesia menjadi hal yang kunci,” jelas Nashir.
Terakhir, menurut Nashir nilai kunci yang ketiga ialah pembebasan. Dalam 3P (Pencerdasan, Pemberdayaan, dan Pembebasan), pembebasan menjadi kunci. IPM dalam hal ini bermaksud untuk membebaskan pelajar dari berbagai isu moral dan isu-isu yang menerpa seperti isu kekerasan seksual, ekologi, dan lain-lain yang itu merupakan goals dari IPM.
Adapun lebih dari itu, Nashir dalam sambutannya juga membahas mengenai gagasan di balik penggunaan kata “Wahana” dalam tema Rakernas IPM 2021.
“Wahana adalah ajang yang merupakan kata konotatif. Wahana diharapkan mampu untuk menjadi penghubung jembatan dari dua dikotomi: IPM tetap menjadi gerakan intelektual sekaligus IPM tetap menjadi gerakan yang popular dan ramah dengan pelajar,” tutup Nashir. *(iant)