Apa Boleh Kader IPM adalah Kader “Ber-Filsuf”?

Apa Boleh Kader IPM adalah Kader “Ber-Filsuf”?

OpiniOpini Pelajar
344 views
Tidak ada komentar
Apa Boleh Kader IPM adalah Kader "Ber-Filsuf"?

Apa Boleh Kader IPM adalah Kader “Ber-Filsuf”?

OpiniOpini Pelajar
344 views
Apa Boleh Kader IPM adalah Kader "Ber-Filsuf"?
Apa Boleh Kader IPM adalah Kader "Ber-Filsuf"?

Setelah saya mengikuti kegiatan Sekolah Filsafat Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM) via daring, muncul pertanyaan menarik, “Apakah kader IPM boleh menjadi kader ‘ber-filsuf’?”. Pertanyaan ini bukan sekadar mempertanyakan hakikat peran seorang kader IPM, tetapi juga menggali lebih dalam tentang hubungan antara IPM dan pemikiran filsafat. Dalam menjawab pertanyaan ini, kita perlu memahami peran IPM dalam konteks pendidikan dan agama, serta menganalisis kontribusi dan tantangan yang mungkin timbul dari pendekatan filsafat di dalam organisasi ini.

IPM adalah organisasi otonom Muhammadiyah yang berfokus pada pembinaan dan pengembangan pelajar. Dalam misinya, IPM menekankan pada pendidikan yang integral, yaitu pendidikan yang tidak hanya mencakup aspek intelektual, tetapi juga spiritual dan moral. Dalam konteks ini, munculnya kader ber-filsuf bisa dipandang sebagai salah satu upaya untuk memperdalam pemahaman intelektual dan kritis terhadap berbagai isu yang dihadapi pelajar dan masyarakat. 

Filsafat pada dasarnya adalah upaya untuk memahami dunia dan kehidupan secara kritis dan mendalam. Ia menantang kita untuk mempertanyakan asumsi-asumsi dasar, mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mendasar, dan cara berpikir yang logis dan sistematis. Dengan demikian, seorang kader yang memiliki kemampuan berfilsafat bisa menjadi individu yang lebih kritis, reflektif, dan inovatif. Dalam konteks IPM, kemampuan filsafat ini sangat berguna untuk mengembangkan pendekatan baru dalam pendidikan dan dakwah, serta mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi oleh pelajar.

Kekhawatiran dalam Berfilsafat

Namun, menjadi kader ber-filsuf juga membawa tantangan tersendiri. Salah satu kekhawatiran yang mungkin muncul adalah bahwa pemikiran filsafat bisa berbenturan dengan prinsip-prinsip agama. Filsafat sering kali mendorong seseorang untuk mempertanyakan otoritas dan keyakinan yang mapan, termasuk keyakinan agama. Ini bisa menjadi sumber konflik dalam organisasi yang berlandaskan nilai-nilai agama seperti IPM. Oleh karena itu, penting bagi seorang kader IPM yang ingin mengembangkan kemampuan berfilsafat untuk tetap berpegang pada prinsip-prinsip dasar Islam dan memastikan bahwa pemikiran kritis mereka tidak bertentangan dengan ajaran agama. 

Selain itu, ada juga kekhawatiran bahwa terlalu banyak berfilsafat bisa mengalihkan perhatian dari aksi nyata dan praktis. Filsafat, dengan kecenderungan untuk memikirkan hal-hal yang abstrak dan teoritis bisa membuat seseorang terjebak dalam perdebatan yang tidak produktif dan menjauhkan dari tindakan konkret yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam hal ini, penting kader IPM untuk menemukan keseimbangan antara berpikir kritis dan bertindak praktis. 

Manfaat di Balik Kekhawatiran itu

Meskipun demikian, ada banyak manfaat yang bisa didapatkan dari menggabungkan pemikiran filsafat dengan peran kader di IPM. Pertama, filsafat bisa membantu kader IPM untuk memahami masalah-masalah sosial dan pendidikan secara lebih mendalam dan menyeluruh. Dengan berpikir kritis dan analitis, kader IPM bisa mengidentifikasi akar permasalahan dan mencari solusi yang lebih efektif dan berkelanjutan. Kedua, filsafat bisa memperkaya pemahaman kader IPM tentang nilai-nilai dan prinsip-prinsip islam. Dengan mengeksplorasi berbagai pemikiran filosofis, kader IPM bisa mengembangkan pemahaman yang lebih kaya dan komprehensif tentang ajaran agama, serta bagaimana ajaran tersebut bisa diterapkan dalam konteks modern. 

Selain itu, filsafat juga bisa membantu kader IPM untuk mengembangkan kemampuan berpikir yang lebih kreatif dan inovatif. Dalam menghadapi tantangan yang kompleks dan dinamis, kemampuan berpikir di luar kotak atau out of the box dan mencari solusi baru sangat penting. Filsafat, dengan tradisi pemikirannya yang menekankan pada inovasi dan kreativitas, bisa memberikan kontribusi yang berharga dalam hal ini. 

Dalam menghadapi kekhawatiran tentang konflik antara filsafat dan agama, perlu diingat bahwa banyak pemikir Islam seperti Al-Farabi, Ibnu Sina, dan Al-Ghazali juga merupakan filsuf yang menggabungkan pemikiran kritis dan reflektif yang dapat sejalan dengan keyakinan agama. Dan perlu diingat, bahwa filsafat bisa menjadi alat yang kuat untuk memperdalam pemahaman tentang islam dan untuk mengembangkan pendekatan baru dalam pendidikan dan dakwah. 

Konklusi dari Pertanyaan “Apakah Kader IPM Boleh Menjadi Kader ‘Ber-Filsuf?’

Sebagai kesimpulan, “Apakah kader IPM boleh menjadi kader ‘ber-filsuf’?”. Jawabannya adalah, ya, asalkan mereka mampu menjaga keseimbangan antara pemikiran kritis dan tindakan praktis, serta antara pemahaman filosofis dan keyakinan agama. Dengan demikian, mereka bisa memberikan kontribusi yang berharga bagi masyarakat, serta membantu mencapai tujuan IPM dalam membentuk pelajar yang intelektual, spiritual, dan moral. 

Dalam dunia yang semakin kompleks dan dinamis, kemampuan untuk berpikir kritis dan inovatif sangat penting. Oleh karena itu, mengembangkan kader ber-filsuf bisa menjadi langkah yang strategis untuk memperkuat peran IPM dalam pendidikan dan dakwah, serta untuk menghadapi tantangan-tantangan masa depan dengan lebih baik. 

  • Penulis adalah Abdullah Faisal, Sekretaris Bidang ASBO PD IPM Tangerang Selatan dan Alumni Sekolah Filsafat PP IPM 2023.
  • Substansi tulisan sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.
Kasus Afif Belum Tuntas, IPM Banten Bergerak
Impresif! Fortasi IPM Jogja Wujudkan Kolaborasi antar Pelajar Jogja
Mungkin anda suka:
Advertisement

[adinserter name=”Block 2″]

Suka artikel ini? Yuk bagikan kepada temanmu!

Terpopuler :

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Fill out this field
Fill out this field
Mohon masukan alamat email yang sah.