Taruna Melati by Coursework atau by Research

Taruna Melati by Coursework atau by Research

Milad 59 IPMOpiniOpini Pelajar
1K views
Tidak ada komentar

Taruna Melati by Coursework atau by Research

Milad 59 IPMOpiniOpini Pelajar
1K views

Covid 19 benar – benar membuat para aktivis organisasi makjegidig terkejut – kejut dengan realitas tersebut. Bagaimana tidak, para demonstran yang biasanya tidak pernah takut dengan alat pemukul polisi mau tidak mau harus terpaksa takut dengan Covid 19 jika hendak mengadakan demonstrasi. Tidak hanya demonstrasi, organisasi – organisasi aktivis yang mempunyai fokus dalam program – program perkaderan pun bingung 7 keliling seperti jumlah Thawaf.

Saat penulis membuat kopi pahit yang hendak diminum, tiba – tiba masuk pesan chat dari temannya bertanya meminta pendapat dengan bahasa suroboyoan, “Cak koyok opo menurut sampean nasib taruna melati nang tengah pandemi koyok ngene iki? Bingung aku, gapleki kok”. Penulis merasa kopinya kok jadi makin pahit rasanya gara – gara pertanyaan tersebut.

Saat itu penulis tidak langsung menjawab, bagaimana mau menjawab lahwong penulis tidak begitu faham tentang esensi dasar dari taruna melati, ngertinya cuman teh rasa melati manis – manis sepet buatan istri. Setelah penulis searching – searching tipis – tipis di Google, sedikit demi sedikit penulis jadi faham ternyata esensi dasar taruna melati adalah perkaderan atau proses regenerasi berbentuk pendidikan atau pelatihan.

Jika berbicara pendidikan, penulis adalah penganut tarekat Freirean. Imam besar dari tarekat tersebut adalah Paulo Freire. Teman – teman IPM pasti sudah banyak yang sangat menguasai pemikiran – pemikiran beliau, dari hulu sampai hilir. Tidak seperti penulis yang memahami pemikirannya hanya tipis – tipis saja tapi sudah mengaku mengikuti tarekat beliau.

Dari beberapa pemikirannya ada yang menarik untuk kita pinjam. Pendidikan Hadap Masalah, dari teks kalimatnya saja sudah terlihat sangar kan. Pendidikan Hadap Masalah muncul untuk mengkritik habis – habisan Pendidikan Gaya Bank yang menjadi trend di dalam dunia pendidikan. Pendidikan gaya bank beranggapan bahwa pendidikan hanya seperti kegiatan menabung yaitu murid dianggap celengan, guru dianggap sebagai penabungnya, dan pengetahuan dari guru tersebut dianggap sebagai koin yang akan dimasukkan ke celengan tersebut. Sehingga proses belajar yang muncul adalah doktrin dari guru terhadap murid saja, maka aturan guru selalu benar adalah konsekuensi dari proses pendidikan tersebut.

Beda dengan Pendidikan Hadap Masalah, proses dalam pendidikan tersebut mensyaratkan adanya dialektika terus menerus dari refleksi, lalu aksi, kemudian refleksi kembali. Refleksi artinya merenungi, menganalisis, atau memaknai suatu peristiwa atau keadaan atau pengalaman, sehingga timbul kesadaran. Kesadaran itulah mendorong suatu tindakan atau aksi.

Sek sek sek, jika pendidikan dimaknai seperti itu, apakah perkaderan taruna melati bisa dimaknai sebagai pendidikan hadap masalah juga?

Lahwong di taruna melati itu kita cuman duduk mendengarkan pemateri, dan mencatat materi sambil sesekali ngantuk ngiler. Tapi masih mending begitu, daripada dalam satu periode tidak pernah dilaksanakan sama sekali. Lantas darimana dan bagaiamana suatu organisasi IPM bisa meregenerasi kader – kadernya? Ancaman tidak terlaksananya taruna melati di tengah pandemi seperti ini sangatlah bisa terjadi. Jangankan taruna melati adik – adik IPM, Muktamar bapak – bapak Muhammadiyah saja bisa diundur entah kapan.

Taruna melati yang tradisinya datang di suatu tempat bersama – sama berkumpul dengan mendengarkan materi – materi selama 3 – 7 hari berturut – turut dengan diakhiri pelaksanaan  follow up sesuai konteksnya masing – masing mau tidak mau menemukan jalan buntu di tengah pandemi Covid 19 ini.

Kenapa tidak dilaksanakan secara online? Ealah, dilaksanakan secara tatap muka langsung saja banyak dari peserta yang ngantuk ngiler dan sesekali mainan gawai liatin status doi, apalagi jika dilakukan dengan online. Bisa jadi waktu materi online berjalan, aplikasi meeting tersebut dijadikan minimize , lalu ditinggal buka youtube Kekeyi atau podcast Deddy Corbuzier. Jika panitia mencari peserta tersebut, dengan santai peserta tersebut tinggal beralasan dari kamar mandi buang air. Persis seperti alasan – alasan para mahasiswa kepada dosennya ketika sedang perkuliahan daring.

Jadi, di tengah Covid 19 ini permasalahan pelaksanaan taruna melati bukan hanya perihal akan dilaksanakan dengan tatap muka atau online saja.

Namun jika meminjam pemikiran tarekat Al – Freireaniyah yang sudah penulis jelaskan, taruna melati di tengah covid 19 seperti ini meskipun dilakukan dengan cara daring apakah masih tetap bertahan dengan model pendidikan gaya bank? Peserta duduk, mendengarkan materi, mencatat materi, mengajukan pertanyaan, berdiskusi dengan teman tanpa melakukan proses refleksi, aksi, refleksi dan seterusnya seperti model pendidikan hadap masalah jelaskan.

Jika pembaca sedang berkuliah master di luar negeri atau sama seperti penulis sebatas mempunyai teman yang sedang berkuliah di luar negeri, mungkin pernah mendengar tentang model perkuliahan master by coursework (selanjutnya disingkat BC) dan by research (selanjutnya disingkat BR). Model BC jika dijelaskan secara sederhana hampir sama dengan taruna melati di IPM pada umumnya dengan model lama yaitu mahasiswa datang mendengarkan ceramah dosen, lalu mencatat dan di akhir kuliah ada ujian akhir setiap mata kuliahnya.

Namun berbeda dengan model BR, mahasiswa selama masa kuliah mulai dari awal sudah diharuskan melakukan penelitian sesuai jurusan dan minat yang diambil. Jadi yang dinamakan perkuliahan adalah proses peneltian dari awal sampai akhir. Adapun beberapa materi atau mata kuliah teori hanya ada sedikit dan terbatas oleh materi – materi penunjang penelitiannya saja.

Jadi jika memang setiap pimpinan IPM memilih melakukan perkaderan lewat daring atau jarak jauh dan tertarik membaiat diri sebagai tarekat Al – Freireaniyah maka Perkaderan Taruna Melati by Research bisa menjadi alternatif konsep, tentunya menjadikan pendekatan Pendidikan Hadap Masalah dengan melakukan proses dialektika refleksi, aksi, refleksi terhadap realitas sosial di lingkungan sekitar peserta sebagai spirit dan pendekatan proses pendidikannya.

Jika dirasa penjelasan penulis mbulet dan njelimet, mari coba kita sederhanakan dengan membedakan dua konsep tersebut secara kongkrit.

Taruna Melati by Coursework.
  1. Teknis = peserta duduk, mendengarkan materi, mencatat, dan berdiskusi.
  2. Proses = materi, diskusi, lalu follow up
  3. Produk karya = follow up
  4. Peran intelektual = Intelektual Tradisional atau Intelektual menara gading. Mengamati dan menganalisa realita sosial dari jauh.
Taruna Melati by Research.
  1. Teknis = peserta melakukan penelitian di lingkungannya masing – masing.
  2. Proses = Refleksi, aksi, refleksi, aksi, refleksi, dan seterusnya
  3. Produk karya = hasil penelitian dan perubahan sosial di lingkungan sekitar
  4. Peran intelektual = Intelektual Organik. Menyatu bersama realita sosial tersebut dan mengorganisir (aksi) perubahan, pengembangan, dan pemberdayaan dari subjek penelitian (pelajar atau masyarakat) tersebut secara partisipatif.

Pertanyaan selanjutnya jika taruna melati by Research dilaksanakan, maka apa model penelitian yang cocok untuk IPM dengan keharusan adanya refleksi dan aksi secara partisipatif di dalamnya? Hemat penulis, dalam pergerakan organisasi IPM, para aktivisnya sudah sangat gandrung dengan model penelitian Appreciative Inquiry (AI).

Mulai dari taruna melati 1 sampai utama hampir tidak pernah luput dari materi metode AI tersebut. Jadi sebenarnya IPM sudah sangat mempunyai potensi besar jika ingin melakukan Taruna Melati by Research yang mensyaratkan adanya dialektika antara refleksi dan aksi karena di dalam model penelitian AI ada proses menggalih (refleksi) aset bersama dan mengorganisir (aksi) perubahan bersama mulai dari memikirkan mimpi, merencakan aksi bersama untuk mewujudkan mimpi tersebut dan sampai pada pelaksanaan aksi tersebut.

Membudayakan penelitian di dalam organiasi IPM seharusnya menjadi sebuah ikhtiar bersama dalam rangka on the way menuju rencana jangka panjang IPM yaitu terwujudnya Masyarakat Ilmu. Proses taruna melati by Research bisa jadi menjadi salah satu momen sekaligus kendaraan untuk mewujudkan hal tersebut, apalagi di tengah wabah Covid 19 ini.

Karena penulis sering ngaku – ngaku Sufi sendiri atau boleh pembaca memanggil penulis dengan sebutan “Sufi Imitasi” maka di tengah keadaan seperti ini sekiranya pas jika penulis meminjam pernyataan Jalaluddin Rumi tentang cinta, “Karena cinta duri menjadi mawar, karena cinta cuka menjelma anggur segar”. Karena proses perkaderan adalah proses pendidikan yang mensyarakatkan kemantapan cinta di dalamnya, maka dalam keadaan apapun termasuk dalam keadaan wabah covid 19 ini,  proses tersebut bisa menjadi sebuah kenikmatan meskipun dalam situasi penuh kepahitan seperti saat ini. Bukankah tugas aktivis adalah menghabiskan hidupnya untuk mencintai dan berbuat baik kepada siapapun, kapanpun dan dalam keadaan apapun?

* Catatan

  • Penulis adalah Syahrul Ramadhan Tanpa Yusuf (Alumni PR IPM Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta)
  • Substansi tulisan sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis

 

Tags: , ,
Sikap Kita Terhadap Polling Calon Formatur PP IPM
Kultweet Trending #Milad59IPM
Mungkin anda suka:
Advertisement

[adinserter name=”Block 2″]

Suka artikel ini? Yuk bagikan kepada temanmu!

Terpopuler :

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Fill out this field
Fill out this field
Mohon masukan alamat email yang sah.