Sebagai Social Movement, IPM harus Mampu Melakukan Counter Culture dan Menjadi Artikulator

Sebagai Social Movement, IPM harus Mampu Melakukan Counter Culture dan Menjadi Artikulator

BeritaLampungPKTMU
899 views
Tidak ada komentar

[adinserter block=”1″]

Sebagai Social Movement, IPM harus Mampu Melakukan Counter Culture dan Menjadi Artikulator

BeritaLampungPKTMU
899 views

IPM.OR.ID, LAMPUNG – Pelatihan Kader Taruna Melati Utama (PKTMU) yang diselenggarakan Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM) di Villa Wira Garden, Batu Putuk, Betung Utara, Kota Bandar Lampung, Lampung menghadirkan pemateri-pemateri ahli dalam bidangnya. Mudzakkir, salah satu pemateri PKTMU mengajak seluruh peserta mengkaji materi tentang “Manhaj Gerakan IPM”, Senin (2/7/18).

Mudzakkir, dalam materinya menyampaikan bahwa yang intinya gerakan pelajar dikatakan sebagai gerakan sosial (social movement), melihat pertarungan global pada era seperti saat ini. “Pandangan yang memasukkan gerakan pelajar/mahasiswa sebagai salah satu elemen civil society tidaklah salah, namun melihat pertarungan global saat ini, lebih tepat kalau gerakan pelajar dikatakan sebagai gerakan sosial (social movement).”, urainya.

Ia juga menjelaskan untuk mencari model gerakan atau bentuk gerakan sosial membutuhkan pemetaan gerakan beserta relasi kekuasaan yang mengitarinya. “Saya sepakat dengan Fauzi Fashri, eksponen IMM, mencari model gerakan atau bentuk gerakan sosial membutuhkan pemetaan gerakan. Persoalan urgen yang perlu dipetakan adalah berada dimana tafsir pemihakan gerakannya dan lapisan kelas mana yang menjadi orientasi gerakan sosial.”, jelas Ketua Umum PP Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM) 2006-2008.

“Sesuai dengan piramida Fauzi Fashri, sudah jelas gerakan sosial berorientasi ke basis rakyat dengan isu strategis yang lebih konkrit dirasakan masyarakat, khususnya pelajar miskin, yaitu hak ekonomi-sosial-budaya-pendidikan.”, lanjutnya.

Mudzakkir mengatakan bahwa gerakan sosial pelajar sangat diperlukan yang mampu melakukan counter culture (budaya tanding). “Budaya-budaya kapitalisme media massa seperti TV yang membuat pelajar menjadi konsumen setia. Kondisi seperti ini gerakan sosial pelajar sangat diperlukan yang mampu melakukan counter culture (budaya tanding) terhadap budaya massa yang jelas-jelas membuat pelajar kehilangan kesadaran kritis bukan mencerdaskan tapi membodohkan.”, jabarnya.

Ia juga berpesan IPM harusmempu membaca tanda-tanda zaman. “Dalam konteks sosial-politik, sebagai gerakan yang menisbatkan dirinya sebagai gerakan sosial baru, IPM harus mampu membaca tanda-tanda zaman, khususnya soal pendidikan pelajar sebagai basis massa. IPM harus mampu menjadi artikulator kaum pelajar atau meminjam istilah Bung Karno “penyambung lidah rakyat (pelajar).”, pesannya menyuntikkan semangat peserta PKTMU. *(Put)

Meriahkan Milad IPM ke 57, PW IPM Jawa Timur Gelar Orasi Ilmiah dan Pelatihan Tiga Bidang
Friendly Match, Cara IPM Bojonegoro Semarakkan Milad 57 IPM
Mungkin anda suka:
Advertisement

[adinserter name=”Block 2″]

Suka artikel ini? Yuk bagikan kepada temanmu!

Terpopuler :

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Fill out this field
Fill out this field
Mohon masukan alamat email yang sah.