Regenerasi atau Dekandensi? Menilik Masa Depan IPM

Regenerasi atau Dekandensi? Menilik Masa Depan IPM

OpiniOpini Pelajar
159 views
Tidak ada komentar
Regenerasi atau Dekandensi? Menilik Masa Depan IPM

Regenerasi atau Dekandensi? Menilik Masa Depan IPM

OpiniOpini Pelajar
159 views
Regenerasi atau Dekandensi? Menilik Masa Depan IPM
Regenerasi atau Dekandensi? Menilik Masa Depan IPM

Setiap organisasi besar akan diuji, bukan oleh musuhnya, tapi oleh kesanggupannya melahirkan generasi penerus yang lebih baik.

Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) adalah organisasi yang lahir dari keresahan dan cita-cita besar: menciptakan pelajar Islam yang cerdas, kritis, dan berjiwa kepemimpinan. IPM bukan sekedar organisasi pelajar biasa, tetapi wadah dasar percetakan kaderisasi bagi persyarikatan Muhammadiyah, umat, dan bangsa.

Namun kondisi saat ini, gerakan IPM menimbulkan pertanyaan mendasar: Apakah IPM tengah memasuki masa regenerasi yang sehat, atau justru mengarah pada dekandensi yang diam-diam menggerus dari dalam?

Regenerasi: Asa yang Terus Ditanam

Sejarah IPM adalah sejarah tentang menciptakan kader yang tidak hanya aktif dalam rapat, tetapi juga hadir sebagai solusi di masyarakat. Di masa lalu, kita mengenal pimpinan ranting yang rajin mengadakan rapat, menjalankan program, hingga mengadakan forum diskusi mengenai isu-isu sosial. Sebagai kader tidak boleh hanya kuat secara administrasi, tapi juga harus tangguh secara ideologis.

Saya masih ingat, ketika pertama kali mengikuti kegiatan Taruna Melati II ketika saya masih menjadi pengurus Pimpinan Ranting Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PR IPM) SMA Muhammadiyah 23 Jakarta yang kala itu pelatihan ini digagas oleh Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PD IPM) Jakarta Timur.

Saat itu fasilitator dan pengurus PD IPM Jakarta Timur menekankan kepada peserta, bahwa kegiatan ini bukan hanya pelatihan saja, tetapi menjadi penerus dan penggerak IPM. Pesan ini meneguhkan dan menjadi pegangan saya hingga kini. Namun regenerasi tidak bisa sekedar mengandalkan romantisme masa lalu. Ia harus disertai inovasi dalam metode, konsistensi dalam nilai, dan keteladanan dalam praktik sehari-hari.

Dekandensi: Gejala yang Tak Bisa Diabaikan

Saat ini, gejala dekandensi muncul di berbagai tingkatan IPM. Mulai dari stagnansi atau kekosongan struktur, minimnya kaderisasi, sebagian lagi karena lemahnya kultur kepemimpinan di tingkat bawah. Di banyak tempat, pelatihan kader hanya menjadi rutintias tahunan dan tidak ada tindak lanjut atau pemetaan potensi. Ada pula struktur yang lengkap di atas kertas, namun tidak pernah menjalankan program kerja ataupun jarang hadir dalam kegiatan rapat maupun perencanaan program.

Hal ini bukan berarti pimpinan tersebut gagal, melainkan perlu diperhatikan, jika kader hanya direkrut tanpa dibina, diberi jabatan tanpa adanya penanaman nilai, maka hal ini merupakan dekandensi yang sedang dipelihara.

Akar Masalah yang Perlu Diperhatian

Pada dasarnya, ada banyak faktor yang bisa diidentifikasi sebagai akar persoalan gejala ini, di antaranya:

1. Kaderisasi yang seremonial

Dalam melaksanakan pelatihan, sering kali terfokus pada kuantitas yang mengikuti pelatihan, bukan kualitas. Akibat nya dalam pelaksanaan pelatihan ramai namun hilang arah setelah pelatihan.

2. Minimnya mentoring dan pembinaan pasca pelatihan

Tidak semua kader memiliki kemauan dalam melakukan pendampingan atau pembinaan yang intens dan aktif. Sehingga banyak yang merasa “sendiri atau gerak sendiri” dalam perjalanan organisasi.

3. Kurangnya budaya literasi dan gagasan

Saat ini kader lebih suka dan memilih hal-hal yang bersifat teknis namun enggan dan memberikan banyak alasan jika diajak berdiskusi yang berfokus pada subtansi nilai dan ideologi.

Menilik Masa Depan: Saatnya IPM Berbenah

Untuk menyelamatkan masa depan IPM, kita tidak bisa hanya mengandalkan struktur. Kita perlu kembali ke akar, mulai dari misi kaderisasi, penguatan nilai islam berkemajuan, dan juga mengembalikan semangat kader sebagai role model pelajar.

Adapun hal-hal yang bisa dibenahkan antara lain:

1. Pembaharuan model kaderisasi sampai pasca pelatihan

Kaderisasi bukan hanya mendidik untuk mencapai jabatan, tetapi diarahkan untuk misi pergerakan.

2. Menghidupkan kembali budaya literasi dan forum gagasan

IPM perlu diseringkan dengan forum-forum diskusi mengenai isu-isu pelajar ataupun sosial agar terasah nya nalar kritis dan berani berargumen.

3. Menguatkan jaringan mentoring dan pendampingan kader

Perlunya kolaborasi antara alumni dan pimpinan aktif yang harus diperkuat agar mempermudah dalam proses perluasan pergerakan serta mendapatkan insight-insight baru.

Kita tidak sedang baik-baik saja. Regenerasi atau dekandensi? Pilihan itu ada di tangan masing-masing kader. IPM tidak akan runtuh oleh serangan dari luar, tapi bisa hancur perlahan jika kadernya kehilangan ruh perjuangan.

IPM tidak hanya tentang siapa yang memimpin sekarang, tetapi siapa yang sedang dipersiapkan untuk masa depan

  • Penulis adalah Abie Ryansyach Pratama, Ketua Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jakarta Timur periode 2023 – 2025.
  • Substansi tulisan sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.
PW IPM Banten: SPMB Banten 2025 Kacau, Disdikbud Harus Transparan dan Evaluasi!
Mungkin anda suka:
Advertisement

[adinserter name=”Block 2″]

Suka artikel ini? Yuk bagikan kepada temanmu!

Terpopuler :

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Fill out this field
Fill out this field
Mohon masukan alamat email yang sah.