IPM.OR.ID., JAKARTA – Bidang Teknologi dan Informasi Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM) menyelenggarakan Intech Talk di Aula Gedung Dakwah Pimpinan Pusat Muhammadiyah Jakarta, Senin (26/6/2023) dalam upaya peningkatan pencerdasan mengenai pencegahan berita palsu/hoaks khususnya di kalangan pelajar.
Turut hadir dalam kegiatan ini Widodo Muktiyo (Staf Ahli Kominfo), Makroen Sanjaya (Direktur TvMu & Wakil Ketua Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah), Faiz Rafdhi (Rektor Universitas Saintek Muhammadiyah Jakarta), Nashir Efendi (Ketua Umum PP IPM), dan Pimpinan IPM se-DKI Jakarta.
Mengawali kegiatan tersebut, Ketua Umum PP IPM Nashir Efendi menyampaikan bahwa kegiatan kali ini adalah program dari Bidang Teknologi dan Informasi yang merupakan bidang baru pada Pasca Muktamar 2022 di Purwokerto. Bidang ini memiliki tugas dan amanah dalam rangka mengemban isu-isu berkaitan dengan teknologi, isu-isu keamanan data, dan kecerdasan buatan.
Dalam sambutannya, Nashir memaparkan riset Microsoft yang mengukur tingkat kesopanan pengguna internet sepanjang 2020. Hasilnya, Indonesia berada di urutan ke-29 dari 32 negara yang disurvei. Bagaimana mungkin negara yang mempunyai nilai pancasila bisa dikatakan tidak sopan di media sosial? inilah fakta yang harus diterima karena fakta itu juga dapat dirasakan pada keseharian dalam media sosial.
“Maka IPM harus lahir dengan dunia alternatifnya untuk menjalankan berbagai hal persoalan yang tentu membutuhkan pemikiran ketiga agar negeri kita tidak hanya diisi oleh hitam atau putih, merah atau kuning karena masih ada banyak varian yang dapat menyatukan kita semua,” ucap Nashir.
Kemudian, Staf Ahli Kominfo Widodo Muktiyo mengungkapkan bahwa dalam penyampaian komunikasi baik dalam lisan maupun tulisan pada ruang digital, bagi yang memiliki pemikiran skeptis atau kritis jangan merasa kecil hati berbicara karena setiap warga Indonesia memiliki hak untuk bebas berekspresi, seperti yang tercantum dalam pasal 28 (F) UUD 1945.
“Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia,” ujar Widodo.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan saat menggunakan media sosial adalah berpikir sebelum bertindak. Apakah ini benar? apakah ini baik? apakah ini bermanfaat? jika sudah merasa hal yang dilihat tidak logis, buang waktu, dan untuk mencari sensasi lupakan saja.
Faktanya berita bohong/hoaks yang suka beredaran di sosial media adalah 90.30% disengaja dan mereka memiliki influencer/buzzer yang banyak sehingga banyak juga yang bertebaran.
Tak kalah menarik, Direktur TvMu & Wakil Ketua Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah Makroen Sanjaya menyampaikan tentang pentingnya untuk mengerti tentang pengetahuan kecerdasan informasi dan mengaplikasikannya dalam kehidupan. Kecerdasan informasi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan proses mengubah data menjadi pengetahuan.
“Jika kita tidak cerdas mengonsumsi informasi maka yang terjadi adalah dari yang sebelumnya data menjadi pengetahuan untuk kita lalu diolah oleh orang-orang tertentu dengan maksud buruk tadi menjadi misinformasi,” jelas Makroen.
Karena, berdasarkan data Indeks Literasi Digital Nasional pada tahun 2022, kompetensi di Indonesia masih rendah dan ironisnya adalah di kalangan pendidikan termasuk pelajar. Secara nasional terdapat gerakan literasi yang difasilitasi oleh Kominfo bersama dengan Japelidi (Jaringan Pegiat Literasi Digital). Kenyataannya memang memperhatikan karena banyak kalangan marginal yang kompetensinya sangat rendah. Dapat diasumsikan 90% dari mereka pernah dan akan menjadi korban berita palsu/hoaks.
Kemudian, Rektor Universitas Saintek Muhammadiyah Jakarta Faiz Rafdhi menjelaskan terkait cara bekerja kecerdasan buatan adalah dengan mengumpulkan semua data lalu dibandingkan maka yang paling mudah dibanding dengan info resmi. Jika lembaga-lembaga resmi tidak pernah mempublikasikan akan menjadi masalah.
“Saya ajak IPM untuk di setiap kegiatan apapun harus dipublikasikan, jangan hanya di media sosial tetapi juga di website resmi karena kecerdasan buatan membaca dari perbandingan-perbandingan,” ujar Faiz.
Kecerdasan buatan merupakan alat seperti pisau, kebermanfaatannya tergantung pengguna. Kecerdasan buatan memang mampu menangkal hoaks dengan machine learning, namun disisi lain machine learning dapat memproduksi hoaks.
“Jika teman-teman ingin menggunakan kecerdasan buatan, gunakanlah kecerdasan buatan anti-hoaks,” pungkas Faiz. *(Yud)