Perspektif Humanisme di Tengah Pandemi

Perspektif Humanisme di Tengah Pandemi

OpiniOpini Pelajar
1K views
Tidak ada komentar

[adinserter block=”1″]

Perspektif Humanisme di Tengah Pandemi

OpiniOpini Pelajar
1K views

Hingga saat ini Pandemi Covid-19 yang melanda hampir seluruh negara di dunia belum menunjukkan tanda akan berakhir. Negeri kita tercinta Indonesia, juga tengah berikhtiar keras untuk memulihkan diri dari pandemi. Hampir semua pendekatan sudah dilakukan baik oleh pemerintah maupun warga. Pendekatan kesehatan, politik, ekonomi, dan budaya. Sebagai insan beriman, pendekatan agama dan spiritualitas adalah hal yang tidak terpisahkan dalam menghadapi semua fenomena kehidupan, termasuk peristiwa pandemi yang telah menelan banyak korban jiwa ini. 

Dengan gencar, pemerintah melakukan sosialisasi mitigasi virus melalui media massa dan website resmi pemerintah. Sebagai langkah antisipatif, Kemendikbud mengambil kebijakan dengan mengalihkan aktivitas belajar-mengajar di sekolah ke dalam sistem daring (online). Beberapa pemerintah daerah juga mengambil keputusan untuk menutup sementara destinasi wisata demi mencegah massifikasi penyebaran virus Covid-19.

Hal ini telah menyebabkan gangguan sosio ekonomi global, atau pembatalan dan penundaan kegiatan-kegiatan tertentu. Banyak berita hoaks yang menyebar ditengah ketegangan menghadapi Covid-19. Hal semacam ini sering dianalogikan sebagai dua bilah mata pisau. Di satu sisi media sosial menjadi sarana menyebarkan kemanfaatan untuk banyak orang, namun di sisi lain juga dapat digunakan sebagai pabrik kejahatan. Salah satu kejahatan yang memberi dampak buruk serius bagi masyarakat adalah hoaks di tengah wabah virus korona yang terus menyebar tak terkendali. 

Masyarakatlah yang mestinya mampu memfiltrasi setiap narasi publik yang beredar. Keterampilan local genius mesti diterapkan bukan hanya dalam kancah global, tetapi juga pada taraf nasional. Penyebaran berita hoaks semakin gencar dan himbauan pemerintah diabaikan. Paradigma seperti ini, andaikata terus dipelihara, akan selalu berujung pada pengkambinghitaman pemerintah. Di sinilah kemudian nalar publik menjadi salah satu cara masyarakat untuk menentukan apa yang terbaik bagi mereka, bagi kehidupan bersama. Pertahanan terakhir sekaligus menjadi cara paling efektif menghadapi hoaks adalah mengaktifkan nalar kritis. Tugas besar sebetulnya sedang berada di pundak para sarjana, akedemisi, profesor atau siapapun yang menganggap dirinya kaum intelektual dan terpelajar. Prinsip moralitas, keadilan dan logika sudah biasa dilakukan dalam membangun dasar pondasi argumentasi. Kerja-kerja mencerdaskan, menginspirasi, dan mencerahkan adalah tanggungjawab moral yang mestinya dilakukan. Secara sederhana intelektual bekerja atas dasar kebenaran. Jika menyadarkan orang banyak terlalu berat, langkah awal dapat dimulai dari lingkungan keluarga, kolega dan sahabat sebagai lingkaran terdekat. Setidaknya tidak ragu untuk menegur dan mengingatkan siapapun yang menyebarkan informasi hoaks. Bukan saja soal ancaman tatanan sosial yang bakal terganggu, lebih dari itu penyesatan akibat hoaks pada titik tertentu dapat merugikan, meresahkan bahkan membahayakan orang lain. Semua orang atau pun golongan berupaya menyikapi wabah itu sesuai dengan caranya masing-masing, apalagi ketika isu virus tersebut bersinggungan dengan agama. Bukankah pemerintah pusat dan beberapa pemerintah daerah, dalam hal ini, ketika menyikapi kebijakannya atas pandemi corona juga beriringan dengan sikap beberapa golongan masyarakat?

Tetapi bukannya bersikap wajar, malah masyarakat kita semakin terprovokasi untuk menimbun kebutuhan-kebutuhan pokok tanpa berpikir akan dampak ketika semua melakukan hal tersebut, terutama kenaikan harga.

Perspektif humanisme dari pandemi ini sejatinya tercipta harmonisasi antara pemerintah dan juga masyarakat. Saling gotong royong bangun membangun demi memutus rantai penyebaran Corona.

Kemanusian (humanisme) yang harus dijunjung tinggi diatas segala-galanya. Kita harus menyadari bahwa semua manusia itu sama dimata Tuhan tidak peduli apapun etnis, ras, kulit, dan agama yang perlu kita lakukan adalah selalu berbuat baik kepada sesama manusia.

Penderita yang dinyatakan meninggal dunia jenazahnya tidak diterima dikampung halamannya. Mereka enggan menerima karena takut tertular. Tenaga medis yang mengantar jenazah justru dilempar dan diusir. Jiwa kesadaran masyarakat belum terbuka untuk peduli terhadap sesama. Mereka memang penderita corona, tapi pada dasarnya mereka manusia bisa yang jenazahnya seharuskan dikubur dengan selayaknya.

Dari inilah sisi kemanusiaan kita diuji. Kerja sama yang harmonis perlu dibangun. Wacana Work From Home (WFH) oleh pemerintah serta Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang perdana diaktualisasikan di DKI Jakarta tentu menjadi langkah penanggulangan melihat kondisi pertumbuhan jumlah pasien positif yang terus bertambah. Kesadaran diri bahwa apa yang setiap orang perbuat dapat menentukan keselamatan orang lain seharusnya menjadi semangat semua masyarakat. Nilai kemanusiaan perlu menjadi atensi tersendiri. Jangan sampai orang sibuk menjaga diri tetapi tidak mengakui keberadaan orang lain. Berlaku panik berlebihan mampu memicu penurunan sistem imun. Penolakan terhadap sesama yang terjangkit akan menjadi tombak bermata tajam untuk sesama. Manusia dilihat sebagai makhluk yang transenden dengan kebebasan, kesadaran, dan akal budi yang dimiliki. Ia bukan lagi citra Tuhan, melainkan makhluk hidup yang mampu membuat alam tunduk pada keinginan dan kepentingannya. Tidak lagi tunduk pada tafsir-tafsir religius, melainkan berani mengangkat kekuatan yang ada di dalam dirinya untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik.

*Catatan 

  • Penulis adalah Dita Fitria Wati, Anggota Lembaga EPIC PW IPM Jateng
  • Substansi tulisan sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis
Kesadaran Sosial Gerakan IPM [2]
Buktikan Masih Aktif, Ini Aksi Nyata IPM Tikung
Mungkin anda suka:
Advertisement

[adinserter name=”Block 2″]

Suka artikel ini? Yuk bagikan kepada temanmu!

Terpopuler :

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Fill out this field
Fill out this field
Mohon masukan alamat email yang sah.