Dunia memang sedang tidak baik-baik saja. Tiap hari kita mendengar kabar mengenai permasalahan pelik. Tentang seberapa kejam suatu kekuatan besar mencoba merebut kebebasan warga yang merdeka atau tentang pembunuhan yang merajalela, demonstrasi serta agresi dari suatu rezim terhadap rakyatnya.
Pandangan dunia yang penuh akan konflik ini disempurnakan dengan media komunikasi serba canggih dan pesat. Kabar sekecil apapun dengan hitungan detik akan tiba ke layar gawai penggunanya di belahan dunia lain. Banjirnya informasi ini seakan menjadi tantangan bagi kita untuk bisa mengolah isu menjadi hal yang lebih bijaksana. Bisa dibilang akses informasi dari luar negara menjadi simalakama bagi banyak dari kita.
Keterbatasan pengetahuan mengenai konflik, politik serta sejarah global menjadi permasalahan utama. Belum selesai kita melawan hoax serta rangkaian pendengung dari kancah politik domestik, kini harus bertarung dengan gelombang kekuatan dunia yang sedang memainkan perang urat syarafnya di berbagai macam media.
Tantangan kebijaksanaan ini membawa kita meneladani lagi. Bagaimana negara kita dalam pembukaan UUD menuliskan, “Kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan.” Maka dari itu, suatu perdamaian harus dijaga dengan menjaga ketertiban dunia dan menjunjung tinggi keadilan dan kesejahteraan sosial.
Dalam islam, mengajarkan perdamaian adalah suatu kewajiban. Bila dalam suatu permasalahan terjadi gesekan. Tabayun jadi jalan salah satunya, duduk mendengar permasalahan dari dua pihak serta memusyawarahkan permasalahan untuk mencapai mufakat. Mengambil yang baik dan memutuskan jalan tengah dengan adil.
Jalan tengah yang mencari jalan terbaik untuk mewujudkan pelajar yang bebas dan aktif. Dengan mencari tahu apa yang salah dan apa yang benar tanpa tendensi apalagi glorifikasi pada salah satu pihak.
Bila sudah mencapai suatu kesimpulan, maka pertanyaan kembali bukan haram hukumnya. Konflik dan politik adalah hal yang harus selalu dipertanyakan, bukanlah hal yang saklek dan hitam putih. Kebijaksanaan adalah akarnya.
Memandang permasalahan dunia juga tak perlu secara membabi-buta. Bila rezim A mendukung rezim B maka rezim A adalah penyelamat, ataupun sebaliknya. Merupakan anggapan yang tidak salah dan juga tidak benar. Kecenderungan memilih sisi ini secara buta ini yang kudu di perbaiki dengan menggali informasi secara bijak.
Sehingga tendensi berlebihan dapat terelakkan. Utamakan alasan peri kemanusiaan dan keadilan sosial yang utama. Memperjelas apa dampak yang didapat terhadap masyarakat luas. Bukan dampak propaganda atas dasar tendensi serampangan. Niscaya melihat persoalan tersebut akan bertemu titik mengapa dan apa menjadi bagaimana.
Akhir kata, amaran untuk menjadi pelajar bebas dan aktif dalam memandang permasalahan dunia telah ada dalam nilai islam juga negara. Menjadi agen perdamaian yang memperjuangkan kemerdekaan, keadilan dan kesejahteraan sosial bagi umat manusia. Minimal dengan aktif menganalisis pokok masalah serta aktif mengolah isuglobal menjadi bahan diskusi sederhana. Agar kita dapat selalu menjadi pelajar yang berdaulat, tidak terombang-ambing tendensi asing tanpa arah, taklid butha.
- Penulis adalah Bima Aditya. Kabid Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan PW IPM DIY.
- Substansi tulisan sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.