Bulan Rabi’ul Awal adalah bulan yang bersejarah bagi umat Islam. Sebagaimana kita ketahui bahwa tanggal 12 Rabi’ul Awal merupakan tanggal lahirnya Muhammad di panggung bumi ini sebagai penutup para Nabi sekaligus menjadi Rasul yang membawa rahmat bagi semesta alam.
Bulan Rabi’ul Awal dikenal oleh umat Islam sebagai bulan Maulid Nabi, sebab pada bulan tersebut Nabi Muhammad SAW dilahirkan melalui rahim ibunya (Aminah binti Wahab). Tentu, sudah menjadi sebuah kebiasaan dan tradisi agung bagi seluruh umat Islam untuk memperingati Maulid Nabi guna mengenang segala kontribusi dan napak tilas perjuangannya.
Saat memasuki bulan kelahiran Nabi, sebagian umat Islam biasanya memperingati dengan berbagai macam kegiatan. Ada yang mengadakan shalawatan, tumpengan, kasidahan dan lain sebagainya.
Begitu pula dengan Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) yang mana di sebagaian pimpinan juga ikut serta dalam memperingati Maulid Nabi. Sejauh pengamatan penulis, kegiatan memperingati maulid Nabi di dalam IPM sendiri lebih identik dengan mengadakan kajian-kajian refleksi yang membahas seputar sejarah perjuangan Nabi SAW.
Sependek pengetahuan penulis, kajian refleksi atas perjuangan Nabi tersebut hanya bersifat sementara. Artinya sebagian dari mereka melakukan refleksi hanya pada saat kajian saja, selebihnya tidak ada dampak perubahan yang baik yang bisa merubah pola pikir dan tingkah laku dalam menjalankan kehidupan di alam nyata maupun di dalam IPM itu sendiri.
Realitas Kondisi Pelajar
Sekarang ini, kita telah memasuki era digital di mana teknologi semakin canggih dan berkembang. Sehingga seluruh masyarakat bisa dengan mudah mengakses internet kapanpun dan dimanapun selagi masih ada sinyal yang memadai.
Di internet pula kita sering disuguhkan berbagai macam informasi seputar dunia kepelajaran, baik itu bersifat positif maupun negatif. Namun, di antara banyaknya hal positif yang bisa dijadikan sebagai inspirasi oleh banyak orang, adapula hal-hal yang bersifat negatif seperti informasi seputar dunia pelajar yang terlibat tawuran antar pelajar, pesta miras, penyalahgunaan narkoba.
Adapun para pelajar yang tidak sedikit dari meraka yang belum bijak dalam bermedia sosial, seperti menyebar berita hoax, pencemaran nama baik, berkomentar dengan kata-kata kasar dan lain sebagainya.
Selain itu menurut pengamatan penulis, di dalam IPM sendiri pun masih sering dijumpai perilaku para anggota dan kadernya yang sama sekali tidak mencerminkan kepribadian kader IPM. Seperti sholatnya masih bolong atau bahkan tidak menjalankan sholat, bertengkar karena perbedaan pendapat sehingga menimbulkan perpecahan yang berkepanjangan, malas belajar, hilangnya sikap gotong royong dan lain sebagainya.
Padahal, di dalam tubuh IPM memiliki pemikiran ideologis yang berupa kepribadian Kader IPM (Baca: 7 Kepribadian kader IPM) di mana, jika itu difahami secara serius dan dimplementasikan maka nantinya IPM akan menghasilkan kader yang benar-benar memiliki kepribadian islami yang mampu menjalankan misi dakwahnya.
Nabi Sebagai Inspirasi
Mengutip dari Republika.co Dyah Sekaringsih seorang psikolog yang menilai bahwa, “Masa remaja adalah masa perkembangan karakter menuju dewasa. Pada usia remaja, kita mudah terpangaruh.” Artinya, sebagai seorang pelajar yang usianya masih remaja perlu kiranya memiliki idola atau seseorang yang bisa dijadikan inspirasi dan bisa kita serap energi positifnya.
Maka, sosok yang tepat dalam hal ini adalah Nabi Muhammad SAW. Sebagai utusan Allah yang mulia, Nabi SAW adalah manusia yang sempurna. Dalam konteks sosial, contohnya, Nabi Saw mempunyai perangai agung. Beliau sangat ramah, sopan santun, baik hati, senang menolong dan pelbagai sifat baiknya yang lain.
Nabi Muhammad Saw dihadirkan Allah di muka bumi ini untuk dijadikan sebagai manusia panutan yang memiliki akhlak mulia. Sebagaimana hadis Nabi: “sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR Muslim).
Nabi Saw juga merupakan manusia yang berintegritas. Artinya dalam bertindak dan berperilaku beliau selalu konsisten antara ucapan dan tindakan nyata. Adapun saaar Nabi mengajak kepada umatnya agar menjalankan ibadah, maka beliau selalu memulai dengan cara memberi contoh terlebih dahulu. Misalnya dalam hal sholat, Nabi menegaskan: “Shallu kama raaitumuni ushali,” artinya “sholatlah kalian sebagaimana kalian melihat saat aku sholat.”
Saatnya Menghadirkan Semangat Profetik!
Kata profetik berasal dari bahasa Inggris “prophet” yang berarti “Nabi” atau “ramalan”. Dalam Bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi profetik yang berarti kenabian. Di Indonesia istilah profetik pertama kali diperkenalkan oleh Kuntowijoyo melalui pemikirannya tentang urgensi ilmu sosial profetik. Ilmu sosial profetik bukan sekedar menerangkan dan mengubah fenomena sosial, namun juga memberi ajaran untuk apa dan ke arah mana transformasi itu dilakukan.
Pada intinya profetik itu merujuk pada suatu sifat kenabian. Jadi, semangat profetik dalam hal ini adalah semangat untuk meneladani sifat yang sudah dicontohkan oleh Nabi SAW lalu kemudian kita hadirkan dalam kehidupan nyata maupun dalam ber-IPM. Sifat tersebut adalah, shiddiq, amanah, tabligh dan fathanah.
Pertama, shiddiq (jujur). Nabi SAW selalu berkata benar. Baik benar dalam menyampaikan wahyu maupaun benar dalam perkataan terkaait persoalan keduniaan. Dalam ber-IPM, sifat orang jujur digambarkan sebagai orang yang dapat dipercaya, tidak senang berbohong maupun menyebar berita hoax.
Kedua, amanah (dapat dipercaya dalam kata maupun perbuatan). Nabi SAW senantiasa men jalankan tugas sesuai dengan yang diperintahkan Allah SWT. Nabi Muhammad semasa hidupnya tidak pernah berdusta. Sehingga beliau mendapatkan gelar Al-amin dari penduduk Mekah. Dalam ber-IPM, sifat ini digambarkan sebagai orang yang mampu menjalankan amanah dengan sebaik mungkin, ketika diberikan jabatan maupun tugas organisasi.
Ketiga, Tabligh (menyampaikan). Nabi SAW senantiasa menyampaikan seluruh wahyu kepada semua umat manusia, baik itu berupa pedoman, syaraiat, pengetahuan dan lainnya. Dalam ber-IPM sifat ini digambarkan sebagai orang yang menyampaikan ilmu yang dimilikinya kepada orang yang membutuhkan.
Keempat, fathanah (cerdas). Nabi SAW menjalankan tugas, tannggungjawab dan amanah sebagai rasul. Beliau juga sanggup memahami permasalahan umatnya dan memberikan solusi terbaiknya. Dalam ber-IPM digambarkan sebagai orang yang melaksanakan sesuatu atas dasar ilmu dan kecerdasan yang dimilikinya. Serta senantiasa terbuka menerima kebenaran dari manapun datangnya dan mampu menggunkan daya nalar kritisnya dengan baik.
***
Maka, pada momen maulid Nabi ini jangan sampai hanya berhenti pada refleksi saat kajian semata. Namun, kita harus menghadirkan semangat profetik tersebut di dalam kehidupan ber-IPM. Sehingga nantinya akan terbentuk pelajar muslim yang berilmu, berakhlak mulia, terampil dalam rangkah menegakan dan menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran Islam sehingga terbentuknya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
*) Catatan
- Penulis adalah M. Nizar Syahroni, Ketua Bidang Perkaderan PC IPM Sekaran. Suka membaca, berdiskusi, dan minum kopi.
- Substansi tulisan sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.