Siapa yang tak kenal Prof. Hilman Latief, Ph.D? Beliau adalah kader Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) yang selayaknya menjadi panutan bagi kader-kader IPM era kiwari. Wajar saja, karena Guru Besar Filantropi Islam kelahiran 25 September 1975 di Tasikmalaya ini memiliki kiprah mendunia.
Prof. Hilman merupakan kader IPM—saat beliau menjabat bernama Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM)—yang aktif hingga pimpinan pusat. Beliau tercatat aktif sebagai Ketua I Pimpinan Pusat IRM periode 1998-2000. Semasa beliau berkhidmat di PP IRM, Pedoman Fortasi lahir. Jadi, Forum Taaruf dan Orientasi Siswa (Fortasi) muncul saat bidang perkaderan dikomandoi oleh Irmawan Hilman Latief.
Saat itu, sepak terjang IRM dalam bidang perkaderan memang tergolong luar biasa. Selain Prof. Hilman, tokoh yang menonjol adalah Anjar Nugroho (almarhum), Sekretaris I PP IRM kala itu yang beberapa waktu lalu sempat menjadi Rektor Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Hasilnya, Fortasi yang merupakan salah satu terobosan IRM kala itu menjadi agenda rutin tahunan. Agenda ini rutin diselenggarakan oleh IPM dan sekolah Muhammadiyah seantero Indonesia hingga saat ini. Dengan demikian, jutaan pelajar—yang mengenal IPM dengan mendalam maupun tidak—pernah mengalami masa Fortasi yang dilahirkan PP IRM era Hilman Latief, dkk.
Sepak-terjang Akademik
Aktivisme terkhusus di IPM hanyalah sebagian dari sepak terjang Prof. Hilman. Karena sosok yang juga jago main gitar ini lebih dikenal sebagai akademisi. Beliau memulai pendidikan tinggi di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dilanjutkan S2 di UGM dan Western Michigan University (Amerika Serikat), serta S3 di Utrecht University (Belanda).
Pendidikan kombinasi dalam-luar negeri membuat cakrawala keilmuan dan pergaulan Prof. Hilman sangatlah luas. Bisa dibilang sosok Prof. Hilman adalah paket komplit dalam hal keilmuan. Hilman Latief remaja mengalami pendidikan pondok pesantren di Darul Arqam Muhammadiyah Garut, lalu dilanjutkan pendidikan tinggi di level nasional dan internasional. Karena riwayat pendidikan ini, Prof. Hilman menjadi akademisi yang berkualitas. Selain itu, Prof. Hilman juga terhubung dalam jejaring riset tentang filantropi di level internasional.
Berbagai pengalaman ini menjadikan Prof. Hilman bukan sembarang akademisi, beliau dikenal sebagai akademisi yang produktif. Misalnya dalam hal kepenulisan buku, dengan kesibukan yang luar biasa, Prof. Hilman tercatat mempublikasikan enam buku atas nama dirinya. Selain itu, sejak tahun 2000 beliau tercatat terlibat dalam 11 penelitian dan mempublikasi 15 jurnal nasional maupun internasional.
Produktivitas yang luar biasa di bidang akademik mulai dari riset hingga publikasi jurnal dan buku ini mengantarkan beliau menjadi profesor di usia yang tergolong muda. Prof. Hilman Latief menjadi Guru Besar UMY di bidang Filantropi Islam pada usia 45 tahun.
Filantropi, Wakil Rektor, Hingga Dirjen Haji
Bukan profesor namanya jika tidak memiliki bidang keahlian yang spesifik, begitu pula Prof. Hilman Latief. Beliau fokus pada kajian filantropi Islam sejak tahun 2005. Berkat keseriusannya pada kajian filantropi, Ayah dari tiga anak ini dikenal sebagai akademisi filantropi yang tidak hanya dikenal secara nasional, melainkan juga internasional. Tak kurang dari 30 workshop, konferensi, dan kuliah umum nasional dan internasional diisi oleh beliau, mulai dari Malaysia, Singapura, hingga Hong Kong, bahkan juga Eropa dan Amerika Serikat.
Meski berlatar belakang akademisi, bukan berarti tokoh yang juga aktif dalam seni beladiri Karate saat mahasiswa ini tidak memiliki kemampuan sebagai praktisi. Kemampuan manajerial dan pengalaman Prof. Hilman Latief tidak perlu diragukan lagi. Dalam hal manajerial, Prof. Hilman Latief berpengalaman saat mengemban amanah sebagai Wakil Rektor UMY Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan AIK.
Saat menjadi Wakil Rektor UMY, dukungan pada kegiatan mahasiswa, organisasi otonom Muhammadiyah, dan masyarakat luas pun luar biasa. Kerja sama baik dalam maupun luar negeri gencar dilakukan sembari tetap memperkuat cita rasa Muhammadiyah di UMY. Sosoknya sebagai Wakil Rektor dan pakar filantropi dengan jam terbang tinggi pun tidak mengurangi kedekatan dengan mahasiswa.
Tidak cukup sampai di situ, Prof. Hilman juga mempraktikkan kepakaran dalam bidang Filantropi Islam secara langsung. Sejak tahun 2015, Prof. Hilman menjadi Ketua Badan Pengurus Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU) PP Muhammadiyah. Di bawah tangan dingin beliau, LAZISMU menjelma menjadi LAZNAS yang tidak hanya dikenal, melainkan juga memiliki perkembangan yang luar biasa. Mulai dari pertumbuhan donasi, pengelolaan yang akuntabel, hingga penyaluran dana-dana kemanusiaan yang meningkat pesat, tidak hanya dalam cakupan Indonesia melainkan juga menjangkau dunia global.
Baru-baru ini, Prof. Hilman Latief diamanahkan menjadi Direktur Jenderal (Dirjen) Penyelenggaraan Haji dan Umroh Kementerian Agama RI. Semoga amanah baru ini menjadi jalan untuk memberikan lebih banyak pencerahan serta kemajuan bagi Bangsa Indonesia. Selamat mengemban amanah, Prof!
*) Catatan
- Penulis adalah Nabhan Mudrik Alyaum, ketua Bidang Perkaderan PP IPM.
- Substansi tulisan sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.