IPM.OR.ID., – Bidang Lingkungan Hidup (LH) Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM) mengadakan Green Ramadan: Student in Action Talk Series #1, pada Jumat siang (7/2/2025) melalui siaran langsung di Instagram.
Green Ramadan: Student in Action Talk Series merupakan ikhtiar bidang LH PP IPM dalam mengajak kader IPM untuk bersama-sama menjaga keberlanjutan lingkungan. Karena itu, kegiatan ini akan ada lanjutannya di pekan-pekan selanjutnya selama bulan Ramadan.
Pada seri pertama kali ini, bidang LH PP IPM mengundang Ketua Umum PP IPM Riandy Prawita dan Direktur Eksekutif Muhammadiyah Climate Center (MCC) Agus Sulaiman Djamil selaku pembicara.
Ketua Umum PP IPM Riandy Prawita mengatakan, bahwa bulan Ramadan tidak hanya tentang menahan lapar, dahaga, dan nafsu lainnya, tetapi juga tentang menjadi insan yang bisa menyayangi semua ciptaan Allah SWT.
“Islam rahmatan lil alamin tidak hanya tentang menjaga hubungan baik dengan Allah, tetapi juga memperhatikan keberlangsungan lingkungan dan sosial sekitar. Hubungan dengan Allah itu perlu, tetapi perlu juga menjaga hubungan dengan ciptaannya tidak boleh dilupakan,” ujar Riandy.
Kemudian, Direktur Eksekutif MCC Agus Sulaiman Djamil mengajak generasi muda untuk memahami kondisi dan situasi lingkungan di mana mereka tinggal saat ini.
Sebagai negara kepulauan dan berada di zona Ring of Fire, Agus menjelaskan bahwa Indonesia memiliki potensi curah hujan tertinggi di dunia, salah satunya adalah Bogor yang menempati posisi keempat dalam skala internasional.
“Lingkungan di Indonesia memiliki keistimewaan tersendiri karena air kita banyak sekali. Masalahnya air kita tidak terkelola dengan baik. Energi yang kita miliki juga tidak kalah, salah satunya adalah panas bumi yang negara kita punya,” jelas Agus.
Lebih lanjut, Agus menerangkan, bahwa ada tiga hal hal yang kita tidak bisa hidup di dunia ini, yakni energi, air, dan makanan. Ini yang menjadi isu penting di dunia.
“Segala kehidupan ini tidak akan ada tanpa kehadiran energi. Energi panas bumi yang ada di Indonesia ini hampir separuh yang ada di dunia, hanya saja yang menjadi masalah adalah kita belum dapat mengelola energi itu dengan baik,” pungkas Agus.*(yud)
