Berbicara tentang dunia pelajar pasti erat kaitannya pendidikan, karena semua orang membutuhkan sebuah pendidikan. Bagi setiap orang pendidikan itu sangatlah penting, dengan mengikuti jenjang-jenjangnya dari Taman Kanak-kanak (TK) hingga ke perguruan tinggi. Dalam proses pembelajaran formal pastinya yang kita pelajari pertama kali adalah huruf, bagaimana bentuknya, bunyinya serta cara pengucapannya. Jika tidak, maka kita semua akan menjadi buta aksara. Oleh sebab itu sebelum mempelajari lebih dalam, pasti kita terlebih dahulu mempelajari dasar dasarnya.
Selanjutkan setelah TK, pasti kita melanjutkan dunia pendidikan di Sekolah Dasar (SD). Saat SD pasti yang kalian pelajarin waktunya lebih banyak daripada TK. Jam-perjam, hari-perhari yang silih berganti. Pasti jenjang pendidikan yang kita lalui menjadi lebih tinggi. Dari proses itulah yang menimbulkan gelar baru terhadap kita yaitu “Pelajar”.
Pelajar adalah peserta didik yang mengikuti pendidikan formal dari jenjang terendah sampai jenjang tertinggi. Pelajar merupakan salah satu aset terbesar yang dimiliki oleh pemerintah khususnya di Indonesia untuk membasmi buta baca tulis aksara. Dengan adanya pelajar, menjadikan bangsa ini menjadi lebih maju dan berkembang, khususnya di zaman sekarang yang biasa di sebut zaman milenial, yang semuanya sudah serba canggih.
Pelajar dan Problem Pergaulan bebas
Bukan barang asing lagi ketika kita membahas tentang problematika dalam dunia pendidikan, bahkan menjadi sebuah keharusan untuk dibahas, guna mencari dan menemukan titik permasalahannya sehingga dalam proses peningkatan kompetensi baik pelajar maupun tenaga pendidik dapat dilakukan dengan mudah sebab sudah memiliki dasar acuan yaitu mengetahui titik permasalahannya. Apa saja-kah yang menjadi permasalahan dalam dunia pendidikan ini, khususnya sebagai pelajar milenial?
Menurut hemat penulis, masalah yang paling utama dan yang sering terjadi di lingkungan pelajar yaitu masalah tentang pergaulan bebas. Bergaul memang tidaklah salah bahkan punya manfaat yang sangat baik terhadap psikologi remaja. Dengan pergaulan pastinya kita akan mendapatkan banyak teman. Ada teman yang membawa dampak positif dan ada teman yang menjerumuskan ke dalam jurang kebiadaban. Maka sebagai pelajar berkemajuan, kita harus mampu mengimbangi realitas sosial pelajar agar tidak terjerumus dalam jurang kebiadaban.
Pelajar di era 4.0 ini sangat rentan terjerumus dalam pergaulan bebas yang disebabkan oleh bebasnya akses internet sehingga apapun yang kita inginkan pasti bisa kita dapatkan. Dalam hal ini situs pornografi yang menjadi kambing hitam merosotnya adab para pelajar. Oleh karena itu, kita harus pandai dalam memilih teman. Hal ini yang bisa mengantarkan kita menuju dan mencapai prestasi yang gemilang. Contoh dampak pergaulan bebas pada pelajar adalah siswa yang bolos pada saat jam pelajaran dimulai, siswa yang mengonsumsi narkoba dan ada siswa yang kedapatan merokok. Inilah yang menjadi masalah utama di sekolah akibat pergaulan bebas.
Berkaca Pada Adab Ulama Terdahulu
Menuntut ilmu menjadi keharusan bagi manusia yang diciptakan akal oleh Allah Swt. Maka sebagai makhluk yang berakal, tidak lengkap rasanya jika tidak memiliki pengetahuan. Baik pengetahuan yang didapatkan melalui jalur akademik ataupun non-akademik. Di sisi lain, manusia juga dituntut untuk mengaplikasikan keilmuannya dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat. Sebab ilmu yang tidak diamalkan hanya akan menjadi beban yang lebih berat dari mengangkat besi. Tentunya dalam proses mencari ilmu, ada hal-hal yang harus kita perhatikan dan kita laksanakan agar keberkahan ilmu tetap kita dapatkan. Ketika kita masuk dalam pembahasan Ilmu, maka yang harus menjadi pelengkapnya adalah pembahasan adab. Karena adab dan ilmu adalah satu kesatuan yang tidak mungkin bisa dipisahkan sebagai pembentuk kepribadian muslim yang sejati.
Sedikit membuka lembaran sejarah, kita akan menemukan bagaimana para cendekiawan muslim dalam menjunjung adab mereka dalam menuntut ilmu. Untuk menjadi seorang cendikiawan muslim, para ulama terdahulu lebih awal menuntaskan pelajaran adab, bahkan sampai berpuluh-puluh tahun lamanya. Seperti halnya Imam Abu Hanifah yang oleh gurunya Hammad bin Abu Sulaiman diberikan keistimewaan, yaitu hanya Abu Hanifah lah yang boleh duduk sejajar di depan majelis bersama gurunya sedangkan teman-temanya tidak. Semua itu diperolehnya bukan karena apa-apa, melainkan keluhurannya dalam memelihara adab ketika hendak menuntut ilmu.
Sopan santun Abu Hanifah terhadap gurunya begitu menakjubkan. Abu Hanifah sering datang ke rumah sang guru dan menanti di dekat pintu, hingga gurunya keluar untuk shalat ataupun keperluan lainnya. Abu Hanifah adalah salah satu murid yang rajin dan penurut. Saat sang guru memerlukan sesuatu, ia selalu siap melayani. Tidak hanya sampai disitu adabnya terhadap sang guru. Saat duduk di rumah, Abu Hanifah tidak pernah menjulurkan kakinya ke arah rumah gurunya,Hammad. Hal itu ia lakukan tidak lain adalah untuk memuliakan sang guru. Begitulah gambaran ulama-ulama terdahulu dalam memuliakan ilmu. Hingga sekarang mereka masih terkenal dan dikenal dengan karya-karyanya.
Oleh karena itu kita sebagai pelajar yang terdidik, yang berfikir maju harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin dalam menimba ilmu di setiap jenjang pendidikan. Kesempatan itu tidak akan datang untuk kedua kalinya. Karena hanya diri kita sendiri yang dapat merubah nasib kita untuk kedepannya menjadi sosok yang berguna bagi agama, bangsa dan negara.
Tidak ada yang tidak mungkin, sampai kata tidak mungkin itu kita proyeksikan pada pikiran kita sendiri. Kata-kata adalah doa. Sekaligus rencana yang kita ajukan pada semesta. Semangat para pelajar karena nasib Negara ini ada di tangan kalian.
*) Catatan
- Penulis adalah Mega Sintia, Kader IPM Kab. Parigi Moutong Sulawesi tengah
- Substansi tulisan sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.