IPM.OR.ID, SURAKARTA – Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM) berkomitmen untuk meningkatkan literasi dalam rangka menyongsong peradaban Islam di masa depan melalui kegiatan STORY: Student Write-Art of Culture and Inclusivity yang diselenggarakan di Solia Hotel Yosodipuro, Solo, Jawa Tengah, pada Kamis (19/12/2024).
Pada pembukaan kegiatan tersebut, Ketua Umum PP IPM Riandy Prawita, menyampaikan bahwa program ini merupakan penyelenggaraan yang kedua kalinya sepanjang tahun ini.
“Kegiatan ini harapannya menjadi contoh bahwa kami bisa berkolaborasi dengan pihak mana pun dan siapa pun. Ini bagian dari ikhtiar kami,” katanya.
Riandy mengatakan, pada kegiatan yang merupakan rangkaian dari Culture, Literacy, and Art-Based Initiatives on Promoting Inclusive Society atau CLAP Project tersebut, para peserta yang berasal dari berbagai daerah diberikan fasilitas sebagai penunjang pelatihan.
“Tujuannya juga untuk peningkatan kapasitas. Adanya pemateri dari luar Muhammadiyah malah bagus agar pelajar mendapatkan ilmu baru, sehingga tidak hanya unggul di lingkungan sendiri,” katanya.
Pada kesempatan yang sama, Sekretaris PP Muhammadiyah, Muhammad Sayuti, mengatakan bahwa pendiri Muhammadiyah, Ahmad Dahlan, memiliki tingkat literasi yang luar biasa.
“Ini penting, peradaban ke depan dapat dibangun apabila kita masih mempertahankan budaya literasi tersebut. Kalau masyarakat mudah terperdaya oleh misleading information atau budaya literasi tidak terbangun, maka peradaban Islam tidak tahu kapan bisa bangkit lagi,” katanya.
Oleh karena itu, pihaknya memberikan apresiasi terhadap program tersebut yang bertujuan untuk membangun peradaban Islam di masa depan.
Muhammad Sayuti menambahkan, untuk mewujudkan risalah Islam berkemajuan, Muhammadiyah membutuhkan kader-kader muda.
“Setiap tahun ada satu juta pelajar Muhammadiyah, dan itu adalah potensi yang luar biasa yang harus dibangun, diberdayakan, dan dididik untuk masa depan Muhammadiyah,” katanya.
Terkait dengan kegiatan tersebut, Project Manager CLAP, Uliman Nabila Adinta, mengatakan awalnya terdapat 60 orang yang mendaftar. Namun, setelah proses seleksi, terpilih 20 orang yang akhirnya mengikuti kegiatan.
“Peserta tersaring melalui beberapa tahapan, mulai dari seleksi administrasi, pengiriman karya seperti tulisan, fotografi, atau video,” katanya.
Setelah seleksi administrasi, lanjut Nabila, panitia juga melakukan seleksi wawancara serta asesmen pengetahuan tentang kebudayaan dan kedirian.
“Kemudian akhirnya terpilih 20 peserta yang memenuhi kualifikasi berdasarkan keragaman daerah dan karya mereka,” katanya.
Pada kegiatan yang diselenggarakan selama empat hari tersebut, para peserta akan diajak melakukan field trip atau kunjungan lapangan ke beberapa objek, di antaranya Kampung Batik Laweyan, Lokananta, Pasar Legi, dan beberapa rumah makan khas Solo.
“Di lokasi tersebut, mereka akan berlatih menulis, melakukan observasi, dan latihan fotografi. Selanjutnya, mereka kami ajak memproduksi karya. Harapannya, mereka dapat melakukan kampanye melalui media sosial,” pungkasnya.*(am/Nabila)