1 Agustus lalu, pertama kalinya Muktamar Luar Biasa (MLB) dihelat dalam sejarah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM). Mungkin ada yang memandang bahwa MLB adalah sejarah buruk, tidak ada baiknya sama sekali, dan kenyataan pahit yang menjadi aib organisasi. Tetapi mungkin ada juga pandangan positif, MLB sebagai dinamika organisasi yang masih berpijak pada konstitusi dan mekanisme organisasi IPM, sebagai solusi di tengah kebuntuan formatur yang tidak berhasil melahirkan keputusan.
Namun, satu hal yang jelas, bahwa MLB yang telah berlalu merupakan kemenangan kader ideologis IPM.
Pentingnya MLB IPM
Kebuntuan pada Muktamar XXII IPM 2021 di Purwokerto diakui maupun tidak merupakan kesalahan dari dua kubu formatur yang gagal menghasilkan titik temu. Sampai PP Muhammadiyah tidak mungkin memilih salah satu pihak. Akhirnya, PP Muhammadiyah menginstruksikan pelaksanaan Muktamar Luar Biasa IPM.
Sebagaimana tertuang dalam SK PP Muhammadiyah No. 1292/KEP/1.0/B/2021, MLB diselenggarakan karena; 1) penetapan Ketua Umum & Sekretaris Jenderal melanggar pasal 37 AD IPM karena hanya dipilih 4 dari 9 formatur, 2) permusyawaratan tidak berlangsung dengan pemufakatan dan asas musyawarah sebagaimana mestinya, 3) formatur menciptakan susunan PP IPM kembar yang berpotensi menciptakan perpecahan dan mengancam keberadaan IPM.
Menurut penulis, MLB merupakan kebijakan yang bijaksana dari PP Muhammadiyah dalam memecah kebuntuan yang merupakan hasil dinamika kader IPM dalam Muktamar. Buktinya di media social, ruang publik, dan kader-kader IPM se-Indonesia hampir semua menerima dan bergembira dengan hasil MLB. Berbeda dengan Muktamar sebelumnya yang gaduh, riuh, dan memprihatinkan.
Selain itu, kedua kubu formatur yang terpilih maupun yang tidak terpilih dalam MLB, juga sudah bersatu kembali menjalin ukhuwah. Terlepas dari kontroversi yang ada, MLB terbukti mendorong persatuan IPM.
MLB berhasil menghasilkan formatur yang mewakili seluruh Indonesia yang tidak Jawasentris, terhitung ada 5 formatur yang berasal dari luar Jawa. Formatur-formatur tersebut adalah: 1) Hanifa Syavina dari Sumatra Utara, 2) Eliza Kurnia dari Sumatra Barat, 3) M Faris Hamdan dari Lampung, 4) Kholida Annisa dari Kalimantan Selatan, dan 5) Irpan Kastella dari Maluku. Ini perlu dirayakan dan diapresiasi.
Kemenangan Kader Ideologis
Berdasarkan hasilnya dan proses sejauh ini, MLB IPM dapat dikatakan merupakan kemenangan kader ideologis. Mungkin ada yang bertanya-tanya, siapakah kader ideologis itu? Apakah kubu pertama? Atau kubu kedua?
Jawabannya, tidak ada di antara keduanya. Kader ideologis bukanlah kubu pertama maupun kubu kedua yang digambarkan di awal. Kader ideologis IPM jauh lebih tinggi nilainya dari sekadar pemisahan kubu pertama dan kubu kedua.
Kader ideologis IPM adalah siapapun kader IPM yang menyambut hasil MLB dengan sikap yang terhormat. Sikap ideologis kira kira: bagi yang berada dalam posisi menang, merangkul semua pihak seluas-luasnya dan berkolaborasi dengan semua pihak; bagi yang tidak menang, menerima hasil dengan legowo lalu mendukung apapun hasil yang ada. Sebagai penegas, kader ideologis ini melandaskan sikapnya pada semangat persatuan IPM.
Berdasarkan pengertian ini, maka siapapun kader IPM dapat menjadi bagian dari kader ideologis. Terlepas dari apapun keberpihakan dalam Muktamar Purwokerto maupun MLB IPM.
Kader ideologis ini adalah kader yang berpihak etika dan norma-norma organisasi IPM. Bersama-sama memahami proses dan hasil yang telah terjadi, lalu menjadikannya sebagai evalusi untuk melompat jauh menyambut masa depan yang lebih baik.
Pendek kata, kader ideologis adalah siapapun yang menghormati proses dan hasil MLB sebagai sebuah mekanisme penyelesaian masalah organisasi yang bertumpu pada prinsip-prinsip dan nilai dasar serta aturan organisasi IPM.
Langkah Kecil untuk Masa Depan IPM
Pada tahun 1969, Neil Armstrong, Edwin “Buzz” Aldrin, dan Michael Collins menjadi awak dalam misi Apollo 11 yang bertujuan mendarat di Bulan. Sejarah mencatat, Armstrong lalu disusul Aldrin menjadi dua manusia pertama yang menginjakkan kaki di Bulan. Armstrong saat itu melontarkan ujaran yang sangat terkenal, “That’s one small step for a man, one giant leap for mankind” (Itu [langkah kaki di bulan] adalah sebuah langkah kecil bagi seorang manusia, langkah besar bagi umat manusia)
MLB IPM saya umpamakan seperti langkah manusia menginjakkan kaki di bulan. MLB dengan segala kontroversinya adalah sebuah kerikil kecil dari sejarah panjang IPM, namun menjadi langkah raksasa menyongsong dan menentukan masa depan IPM.
Tentunya jika semua pihak berkenan bersama-sama menjadi pemenang dengan menjadi kader ideologis IPM. Lalu mendisrupsi IPM yang kita cintai ini dengan hal-hal baik yang melampaui zaman, sehingga menegaskan jati diri IPM sebagai gerakan pelajar berkemajuan.
*) Catatan
- Penulis adalah Nabhan Mudrik Alyaum, Ketua PP IPM Bidang Perkaderan Periode 2021-2023.
- Substansi tulisan sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.