Siapa yang masih ingat hasil Muktamar XX IPM di Samarinda? Semoga millenials IPM masih ingat. Muktamar XX IPM di Samarinda mencetuskan beberapa agenda aksi IPM, salah satunya adalah Gerakan Konservasi Ekologi. Tulisan ini akan membahas terkait agenda aksi tersebut dan tentunya akan kita bahas dengan cara yang sederhana dan aplikatif.
Banyak millenials IPM yang bertanya bagaimana memulai gerakan konservasi ekologi ini? Apa program kerja yang cocok untuk agenda aksi ini? Bagaimana cara mengkampanyekan nilai-nilai agenda aksi ini? Bahkan ada yang bertanya, apa maksud dari gerakan konservasi ekologi? Ok, mari kita lupakan semua pertanyaan ini. Millenials IPM tidak perlu berpikir keras untuk mengaplikasikan agenda aksi ini karena sangat mudah sebetulnya. Mari kita mulai dari kebiasaan kita sebagai organisatoris IPM dalam mengelola kegiatan atau acara IPM. Berikut merupakan 10 ide kreatif mengelola kegiatan IPM dengan memperhatikan keramahan kita terhadap lingkungan sekitar.
1. Memanfaatkan Souvenir Kegiatan untuk Kampanye Ramah Lingkungan
Sering kita melakukan strategi agar peserta kegiatan IPM memiliki kapuasan tersendiri setelah membayar SWP (Sumbangan Wajib Peserta) dengan cara memberi souvenir kegiatan berupa notebook, bolpoin, sticker, pin, gantungan kunci, bahkan tas, dan barang-barang lainnya. Namun, pernahkah kita berpikir untuk menyelipkan kepentingan kita terkait kampanye konservasi ekologi dalam strategi ini?
Mengkampanyekan gerakan konservasi ekologi dapat dilakukan dengan cara semisal memberikan sebuah botol minum multi pakai kepada peserta sebagai souvenir sekaligus sebagai bagian dari kampanye nyata mengurangi pemakaian botol plastik sekali pakai. Hal ini pernah dilakukan saat Muktamar XXI IPM di Sidoarjo. Selain itu, dapat juga memakai tas berbahan spunbond sebagai souvenir acara karena tas berbahan spunbond bisa dipakai berulang kali sebagai pengganti kantong plastik dan juga lebih mudah terurai di tanah. Bisa juga memberikan souvenir lainnya yang ramah terhadap lingkungan.
2. Menghilangkan Air Minum Kemasan Minimalis dalam Daftar Konsumsi Peserta Kegiatan
Millenials IPM pasti pernah membuat daftar barang yang diperlukan dalam sebuah acara. Khususnya dalam konsumsi pasti ada daftar barang yang diperlukan untuk makanan dan minuman. Pertanyaanya, bagaimana apabila kita sengaja menghilangkan salah satu barang pokok pada daftar barang kita? Jawabannya, pasti ada alasan kenapa barang tersebut dihilangkan dalam daftar barang kita.
Kita sering menulis air minum kemasan gelas maupun botol dalam daftar konsumsi acara. Barang inilah yang perlu kita hapus dalam daftar kita. Alasannya adalah karena mengkonsumsi air minum kemasan sekali pakai menyebabkan dampak yang negatif untuk lingkungan. Selanjutnya kalau minuman kemasan sekali pakai kita hapus dari daftar kita, apa barang penggantinya? Pastinya air minum kemasan yang memiliki volume lebih besar dan bisa dipakai berkali-kali seperti air minum kemasan galon.
Sepengalaman penulis, ada beberapa millenials IPM yang menganggap strategi ini tidak efisien bahkan dianggap menyusahkan panitia kegiatan. Padahal kampanye mulia ini dapat kita lakukan dengan pengelolaan yang tepat sehingga bisa lebih efisien. Hal ini juga dapat mendorong peserta untuk membawa botol minum multi pakai sebagai pengganti air minum kemasan gelas atau botol sekali pakai.
3. Menyediakan Alas Makanan Ramah Lingkungan saat Kegiatan Makan Bersama
Pemakaian kotak makanan berbahan kertas, plastik dan bahkan steroform merupakan barang yang paling praktis untuk digunakan sebagai alas makanan atau tempat makan. Namun bahan-bahan tersebut sangat tidak ramah lingkuangan. Butuh ratusan tahun untuk menguraikan bahan-bahan tersebut di dalam tanah.
Solusinya adalah menyediakan alas makanan berupa piring atau tempat makanan lainnya yang dapat dukan berkali-kali. Banyak perusahaan-perusahaan modern yang menerapkan hal ini. Kebiasaan ini harus kita ikuti karena dapat mengurangi pemakaian bahan-bahan yang memang tidak ramah lingkungan.
Sekali lagi, hal ini dianggap tidak efisien secara pengelolaan dan dianggap pemborosan anggaran. Seperti halnya program dan barang, anggaran pun dapat kita kelola secara efisien apabila dikelola dengan benar. Jadi tidak menjadi alasan untuk memakai bahan yang tidak ramah lingkungan hanya karena dianggap praktis.
4. Menyediakan Konsumsi Peserta Tanpa Alas Makan
sebaliknya, kampanye aktif terkait penggunaan tempat makan multi pakai dapat dilakukan dengan sengaja tidak menyediakan alas makanan. Hal ini untuk mendorong agar membawa tempat makanannya masing-masing dan membersihkannya secara mandiri. Kebiasaan ini sangat efektif karena mengajak para peserta untuk langsung berperan aktif dalam mengurangi sampah yang tidak ramah lingkungan.
5. Memanfaatkan Media Elektronik dalam Pembagian Materi Kegiatan
Millenials IPM pasti sudah memiliki smartphone dan mengetahui penggunaannya secara menyeluruh. Teknologi yang sudah tidak asing ini lah yang dapat dimanfaatkan untuk mengurangi peggunaan kertas. Secara sederhana yaitu dengan menggunakan softfile sebagai mengganti hardfile. Contohnya yaitu memanfaatkan media elektronik dalam pembagian materi kegiatan seperti seminar, permusyawaratan, pelatihan dan sebagainya. Kebiasaan ini sangat menghemat biaya percetakan dan tentunya mengurangi pemakaian kertas yang mana sudah kita ketahui bahwa untuk menyediakan kertas dihadapan anda harus menebang pohon sebagai bahan dari kertas tersebut.
6. Memanfaatkan Media elektronik dalam Sistem Registrasi Peserta
Selain materi kegiatan yang biasanya menggunakan kertas, biasanya sistem registrasi peserta kegiatan juga menggunakan kertas secara berlebih. Untuk menekan penggunakaan kertas, dapat dilakukan dengan pemanfaatan media elektronik seperti google form atau platform lainnya. Namun permasalahan yang biasanya muncul adalah kurangnya respon peserta terhadap terobosan ini. Mungkin sekarang para millenials IPM sudah terbiasa dengan hal ini karena memang berkembangnya teknologi digital yang pesat.
Pimpinan Pusat IPM Bidang Organisasi juga menginisiasi pemanfaatan teknologi digital ini untuk sistem registrasi peserta dalam setiap kegiatan PP IPM melalu platform My IPM. Harapannya platform ini kedepan tak hanya digunakan oleh PP IPM. Namun juga digunakan oleh seluruh tingkatan pimpinan untuk progresifitas kegiatan organisasi.
7. Memakai Proyektor sebagai Latar Panggung Kegiatan
Hal sederhana lainnya yang bisa dilakukan yaitu dengan memakai proyektor sebagai latar panggung kegiatan. Hal ini dapat dilakukan untuk mengurangi penggunaan benner kegiatan yang memang bahan dasarnya tidak ramah lingkungan dan juga karena penggunaan proyektor lebih interaktif. Selain itu juga dapat meminimalisir dana kegiatan yang seharusnya digunakan dalam pembuatan spanduk.
8. Memanfaatkan Bahan-bahan Organik untuk Desain Area Kegiatan
Mendesain area kegiatan IPM biasanya merupakan suatu hal yang menyenangkan bagi millenials IPM. Kita dapat mengeksplor daya kreatif kita dalam hal ini. Namun poin penting yang harus kita miliki yaitu bagaimana kita mengarahkan daya kratif kita kea rah yang memang memerdulikan kesehatan dan keberlanjutan lingkungan kita. Penggunaan bahan-bahan organik seperti kayu dan tanaman-tanaman yang ada di sekitar lingkungan sekolah atau lingkungan lainnya bisa kita gunakan. Penggunaan plastik dan kertas dalam mendekorasi area kegiatan perlu kita kurangi bahkan kita hentikan. Karena memang banyak sekali bahan-bahan alam yang dapat kita gunakan.
9. Melarang Peserta Kegiatan Membawa Sabun Mandi
Mungkin ide ini agak terlalu ekstrim bahkan bisa dikategorikan sebagai kegilaan. Namun kalau kita tinjau penggunaan sabun mandi dan juga berbagai jenis sabun lainnya memang rata-rata berbahan dasar zat kimia. Namun di sini ada beberapa zat kimia yang memang ramah terhadap lingkungan dalam arti mudah terurai dan tidak mencemari air.
Untuk mengkampanyekan konservasi ekologi memang perlu peranan aktif dan dapat diawali dari kebiasaan sehari-hari yang jarang dipikirkan namun intensitasnya sangat tinggi. Salah satunya yaitu pemakaian sabun mandi. Pernahkan kita terpikir untuk mengajak setiap peserta kegiatan khususnya pelatihan IPM yang biasanya dilakukan lebih dari sehari untuk memakai sabun organik? Pastinya ini jarang sekali terpikirkan. Karena memang dilain sisi ini merupakan area privat dari setiap individu. Namun apa salahnya mencoba.
10. Menyempitkan Forum saat Siang Hari dan Membesarkan Forum saat Malam Hari
Master of Training (MoT) merupakan fasilitator yang memiliki wewenang sebagai jenderal dalam forum pelatihan IPM. MoT dapat leluasa untuk menentukan konsep, metode, teknik bahkan tempat pembelajaran dalam suatu pelatihan. Tentunya didasari dengan diskusi bersama fasilitator lainnya dan juga peserta pelatihan.
Apabila kesempatan sebagai seorang MoT ini kita gunakan untuk mengelola pelatihan dengan memperhatikan penghematan penggunaan daya listrik sekaligus efisiensi forum, itu akan sangat bermanfaat.
Menyempitkan forum saat siang hari maka akan memberi kualitas diskusi yang lebih tinggi, selain itu juga dapat memakai tempat seperti kelas tanpa menggunakan pengeras suara atau lampu di dalam kelas. Membesarkan forum atau menyatukan forum saat malam hari akan berdampak dalam penghematan pemakaian tempat sekaligus pemakaian pengeras suara dan juga pemakaian lampu dan juga alat elektronik lainnya dalam ruangan.
Ide-ide di atas memang merupakan hal yang remeh-temeh namun kalau diperhatikan akan memiliki dampak keberlanjutan yang luar biasa. Selain itu yang dapat disajikan oleh penulis hanya ide-ide yang secara spontan terlintas dalam pikiran penulis. Sehingga apabila seluruh kader memikirkan ide-ide kreatif terkait pengelolaan kegiatan IPM yang berbasis konservasi ekologi akan tercipta puluhan, ratusan bahkan ribuan ide kreatif yang dapat diimplementasikan oleh millenials IPM.
Ide kreatif merupakan anugerah Allah SWT. Sebagai buah dari pola pikir kita yang kritis. Oleh sebab itu, untuk para millenials IPM. Mari biasakan hidup dengan ramah terhadap lingkungan dimulai dari kebiasaan diri sendiri, kebiasaan ikatan dan kebiasaan masyarakat. Seperti itulah cara sederhana untuk mengkampanyekan secara aktif Gerakan Konservasi Ekologi.
*) Catatan
- Penulis adalah Alfa Rezky Ramadhan, alumni PW IPM Jawa Timur periode 2016-2018, sedang menjalani pendidikan strata satu Jurusan Manajemen Pendidikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan aktif dalam tim KISO PP IPM. Penulis dapat dihubungi via email: alfarezkyramadhan@gmail.com .
- Substansi tulisan sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis.
Tidak ada komentar
kalau saya boleh menambahlan, keresahan atau masalah yanng melatar belakangi hal demikian adalah kultur zaman yang serba instan dan hedonis, maka kemasan sekali pakai dan insta n menjadi pilihan favorit para pelajar milenials. kultur itu juga yang harus kita push supaya dalam hal yang lain pun para pelajar dapat bertindak kritis