Muktamar IPM XXII: Momentum Memperkuat Eksistensi IPM

Muktamar IPM XXII: Momentum Memperkuat Eksistensi IPM

Muktamar XXIIOpiniOpini Pelajar
985 views
Tidak ada komentar

[adinserter block=”1″]

Muktamar IPM XXII: Momentum Memperkuat Eksistensi IPM

Muktamar XXIIOpiniOpini Pelajar
985 views

Di penghujung tahun 2020, saya mencoba memanaskan mesin melalui tulisan yang berjudul Menunggu “Perang” Gagasan Bakal Para Calon PP IPM di ipm.or.id (selengkapnya dibaca di sini) sebagai pemanasan menjelang Muktamar XXII yang akan dihelat tahun ini. Saya mencoba melemparkan bola liar melalui tulisan tersebut. Namun sayang yang menangkapnya masih orang-orang yang sama dan saya kenal dekat.

Saat ini, sudah terlihat beberapa kader yang memiliki gagasan yang hebat. Di dunia kepenulisan sebut saja ada Nabhan Mudrik Alyaum, Nashir Efendi, Fery Martasonar, Alfa Rezky Ramadan, Ghifar Hawary, Yusuf R Yanuri, Ananul Nahari Hayunah, dan beberapa penulis hebat lainnya.

Di bidang media sosial ada beberapa kader IPM sekaligus kreator hebat, sebut saja Ketum PP IPM Hafizh Syafa’aturrahman, Multazam Ahmad, Hilal Faturrahman, Wahyu (Wau) Putra, Andri Wahyudi dan kreator lain yang saya tidak bisa sebutkan semua. Namun yang terlihat memiliki gagasan nyata hanya mereka-mereka yang disebutkan di atas. Entah apapun alasannya, apakah masih malu-malu atau memang menunggu waktu yang tepat untuk memunculkan gagasan IPM ke depan.

Tapi tetap, saya cukup khawatir jika memang IPM sudah tidak seksi lagi di kalangan pimpinan wilayah dan para elit IPM lainnya sehingga mereka enggan untuk mengeluarkan gagasannya serta ide-ide inovatif untuk gerakan IPM ke depan. Saya juga takut kejadian di atas merupakan tanda IPM sebagai organisasi pelajar yang konservatif. Hal tersebut bisa dilihat dari kalangan elit IPM yang belum bermunculan menjelang muktamar sebagai forum intelektual. Jika kalangan elit saja acuh, bagaimana kader di akar rumput?

Lalu jika akar rumput sudah memandang IPM sebagai organisasi yang membosankan dan juga kuno, ini merupakan tanda bahwa eksistensi IPM sudah melemah. IPM sudah kehilangan taringnya menjelang usia senja.

Sebab-sebab Melemahnya Eksistensi IPM

Tentu, dugaan terhadap melemahnya eksistensi IPM memiliki beberapa alasan, apapun fenomenanya selalu ada sebab dan akibat yang ditimbulkan. Begitu juga jika benar bahwa saat ini eksistensi IPM menjadi melemah dan tidak menarik lagi

Pertama, Pimpinan IPM terlalu lama berada di dalam kenyamanan. Tentu saja, IPM sebagai organisasi yang besar dengan berbagai macam penghargaan menjadikan IPM seperti bersantai dan juga tidak memiliki taring.

Padahal IPM harus tetap berkreasi, IPM sebetulnya tidak perlu penghargaan namun IPM tetap harus bergerak untuk memberikan manfaat bagi pelajar Muhammadiyah dan pelajar pada umumnya di Indonesia, mengingat permasalahan pelajar saat ini yang cukup kompleks.

Kedua, melemahnya eksistensi IPM juga bisa diakibatkan oleh gerakan IPM yang setengah-setengah. IPM seperti berada di tengah jembatan dengan di bawahnya jurang tak berdasar. IPM seperti kebingungan memilih arah gerak sebagai organisasi yang elitis dan politis atau sebagai organisasi yang berbasis komunitas.

Ini menyebabkan IPM seperti tidak muncul ke permukaan, untuk di kalangan pelajar saja tidak apalagi di kalangan masyarakat luas. Kader-kader IPM di berbagai tingkatan seharusnya mulai memikirkan gerakan IPM ke depan yang jelas serta menjawab tantangan zaman.

IPM harus menjadi idola bagi para pelajar Muhammadiyah yang baru bergabung menjadi anggota saat FORTASI dan juga IPM harus menjadi rumah yang nyaman bagi para kader-kader maupun anggotanya.

Solusi

Sebetulnya, tidak begitu sulit untuk memperbaiki eksistensi IPM. IPM sudah memiliki modal sebagai organisasi yang besar dan memiliki ratusan ribu anggota dan juga alumni yang sangat solid dalam membersamai gerakan IPM.

Kader-kader IPM bisa merumuskan strateginya dalam Muktamar XXII nanti, saya yakin elit-elit IPM yang sudah mengikuti perkaderan paripurna sudah memiliki gagasan hebat tersebut untuk dibawa dan dihidangkan menjadi materi Muktamar IPM besok.

Namun sebelum teman-teman kader paripurna muncul, saya mencoba menawarkan sedikit usulan agar eksistensi IPM bisa meningkat. Saya yakin, gagasan kader paripurna lebih hebat dibanding gagasan saya yang receh ini.

Pertama, IPM harus mempertegas identitasnya. Sampai saat ini kader IPM belum terlihat di masyarakat karena belum berani menunjukkan identitasnya sebagai kader IPM atau bahkan alumni IPM. Biasanya identitas hanya dibuka saat acara internal IPM saja.

Identitas IPM ada banyak, namun saya kira yang paling mudah ditunjukkan adalah semboyan IPM Q.S. Al Qolam ayat satu. Hingga saat ini, kader-kader IPM atau alumni IPM sedikit yang menyebutkan semboyan IPM di acara non Muhammadiyah saat sebelum menutup sebuah pembicaraan.

Terkadang saya iri, banyak organisasi lain yang menyebut semboyan mereka masing-masing saat berbicara di berbagai forum. Dengan menyebutkan semboyan organisasi tersebut, berarti mereka bangga menjadi kader dari organisasi yang mereka ikuti.

Lalu apakah kader IPM tidak berani atau tidak bangga dengan semboyan organisasinya? Tentu tidak, mungkin waktunya saja belum tepat, namun saya kira sudah waktunya kader dan alumni IPM menyebutkan semboyan IPM ketika selesai berbicara di suatu forum sebagai tanda identitas bahwa pernah atau sedang aktif di IPM.

Kedua, IPM harus memaksimalkan langkah geraknya. Misal jika IPM memutuskan untuk berada di organisasi yang elitis dan politis. IPM harus berani mengambil risiko dan tentu IPM harus menaikan daya tawarnya sebagai organisasi pelajar.

Contohnya, IPM harus berani menanggapi berbagai isu nasional yang berhubungan dengan pelajar, baik di media elektronik, media massa maupun media daring. Apapun isunya IPM harus berani menanggapi baik mendukung atau menolak suatu kebijakan.

Mengapa demikian? Ini untuk pembuktian agar IPM memiliki daya tawar serta gagasan untuk diusulkan kepada pemegang kebijakan. Apakah kader IPM berani? Tentu berani, seperti yang sering dinyanyikan oleh kader IPM, “berdiri, tegaklah, tampilah di muka”.

Dengan dua cara di atas, IPM bisa memulai menaikan kembali eksistensinya. IPM organisasi yang besar, tentu harus menunjukan taringnya dengan gagasan dan intelektualitasnya.  Semoga dengan tulisan receh ini, bisa menyadarkan kita semua sebagai kader IPM untuk terus berjuang mengharumkan nama IPM.

Nuun Walqolami Wamaa Yasthuruun.

*) Catatan

  • Penulis adalah Fathin Robbani Sukmana, Ketua PW IPM Jawa Barat Bidang Pengkajian Ilmu Pengetahuan dan Pemerhati Kebijakan Publik. Komunikasi lebih lanjut dapat dilakukan melalui Instagram @fath_rsan
  • Substansi tulisan sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis.
Tags:
Studentpreneur Camp IPM Jabar Cetak Saudagar Muda Muhammadiyah
Peduli Bencana, IPM Getassrabi Langsungkan Galang Donasi
Mungkin anda suka:
Advertisement

[adinserter name=”Block 2″]

Suka artikel ini? Yuk bagikan kepada temanmu!

Terpopuler :

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Fill out this field
Fill out this field
Mohon masukan alamat email yang sah.