IPM.OR.ID., Jakarta — Kementerian Pemuda dan Olahraga RI melalui Deputi Bidang Pengembangan Pemuda bekerjasama dengan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Kementerian Luar Negeri (Kemlu) dan Kementerian Agama (Kemenag) selenggarakan kegiatan ASEAN Youth interfaith Camp (AYIC) 2022 pada Ahad-Kamis (7-11/8/2022) di Jakarta dan Semarang.
Kegiatan ASEAN Youth interfaith Camp (AYIC) 2022 merupakan kegiatan yang keenam, dimana tahun 2017 dilaksanakan di Jombang, Jawa Timur, tahun 2018 di Yogyakarta dan Bali, tahun 2019 di Jakarta dan Lombok serta tahun 2020 dan 2021 dilaksanakan secara hybrid di Jakarta.
Kegiatan kali ini merupakan kedua kalinya bidang Hubungan Kejasama Internasional (HKI) Pimpinan Pusat Iktan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM) terlibat dalam pertisipasi untuk kegiatan interfaith antar pemuda dunia khususnya saat ini di ASEAN. Bidang HKI terlibat untuk menjadi pembicara pada kegiatan interfaith dialogue yang dilaksanakan kemenlu.
AYIC merupakan implementasi ASEAN Declaration on Culture of Prevention for a Peaceful, Inclusive, Resilient, Healthy and Harmonious Society yang diadopsi oleh ASEAN Leaders pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ketiga tahun 2017 yang diinisiasi oleh Indonesia.
Deklarasi ini menekankan pada pendekatan berbasis masyarakat (upstream approach), sehingga manfaat ASEAN dapat dirasakan di tataran akar rumput, serta dapat berkontribusi terhadap terciptanya perdamaian dan kestabilan kawasan.
Adapun Sustainable Development Goals (SDGs) pada AYIC 2022 ini membahas tentang quality education, gender equality, peace and justice, partnership for the goals dan lain-lain.
Ketua Bidang Hubungan Kerjasama Internasional Rosyad Faruq turut mendukung tercapainya SDGs ke 17 yaitu partnership for the goals sebagai upaya memperkuat implementasi dan kerjasama dengan pihak lokal, nasional, dan internasional dalam mencapai tujuan SDGs.
Sedangkan Laila Hanifah ketua bidang Ipmawati turut mendukung ketercapaian SDGs kelima, yakni gender equality yang mencakup hak perempuan untuk mendapatkan kesempatan dalam kepemimpinan di ranah politik, ekonomi seperti halnya laki-laki yang jelas kehadirannya merepresentasikan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.
Rosyad Faruq mengatakan bahwa kita semua disini enjoy, bagaimana kita membangun relasi, kemudian membangun narasi-narasi yang kemudian mampu kita kolaborasikan diwaktu kedepan dan juga tentunya kita mengetahui tentang kebudayaan, culture, dan juga tentang nilai-nilai dari peserta luar negeri yang bawa.
“Saya rasa kita semua punya kesempatan yang sama , dan mungkin juga ada tantangannya sendiri, dulu juga secara pengalaman saya pernah ada diposisi dimana saya takut untuk berrbicara bahasa inggris, saya pernah merasa ragu dengan kapasitas saya berbicara untuk berbicara bahasa inggris,” ujar Rosyad
“Akan tetapi, sambung Rosyad, pada akhirnya seiring berjalannya waktu, banyaknya tantangan , dan juga banyak hal-hal yang memang harus dilakukan berkomunikasi menggunakan bahasa asing, tentunya saya menjadi tertantang dan juga saya harus mengalahkan tasa takut itu sendiri,” sambungnya.
“Intinya jangan pernah melewatkan kesempatan dan juga jangan pernah kabur dari tantangan,” pungkas Rosyad
