Refleksi Nilai Ekologi IPM

Refleksi Nilai Ekologi IPM

OpiniOpini PelajarPP IPM
2K views
Tidak ada komentar

Refleksi Nilai Ekologi IPM

OpiniOpini PelajarPP IPM
2K views

Aksi nyata yang dilakukan oleh IPM melalui gerakan lingkungan hidup merupakan perwujudan nyata atas respon pelajar terhadap keadaan bumi saaat ini. Mungkin IPM adalah satu-satunya organisasi pelajar yang fokus terhadap isu lingkungan. Setiap pergantian periodeisasi PP IPM konsepsi ekologi masih tercipta hingga sekarang bahkan berkembang membuat sebuah lembaga khsusus menangani persoalan lingkungan. Kerja-kerja lingkungan hidup menjadi tawaran konkrit dan memperbanyak kader-kader yang peduli terhadap keberlangsungan aneka ragam perjuangan ekologis.

Telah banyak agenda yang tercipta mulai diskusi, aksi perlawanan, kampanye, tulisan hingga buku menjadi buah karya IPM dalam mencerahkan semesta. Napas yang dimulai sejak 2016 ini merupakan ijhtihad baru di IPM sehingga memberi ruang terhadap ortom maupun majelis di Muhammadiyah untuk melirik bagaimana IPM mempunyai konsistensi yang besar terhadap isu ini.

Dalam diskusi Pra TMU PP IPM pada tanggal 4 Maret 2020, Kak Fauzan Anwar Sandiah mengatakan akar isu ekologi dalam IPM bersumber dari wacana teologi pembebasan dan pendidikan orang tertindas. Sebagai salah satu organisasi pelajar yang sangat sistematis mengembangkan wacana progresif, maka sangat wajar jika IPM justru yang pertama kali menggarap isu ekoliterasi pelajar. Belum lama ini, Nasyiatul Aisyiyah dan Kokam juga turut serta mengambil isu ekologi sebagai pembaruan pemikiran gerakan. Jika mendasarkan pada genealogi isu ekologi dalam IPM, maka gerakan advokasi lingkungan harus terhubung dengan misi teologi pembebasan dan semangat pendidikan pembebasan. Hal ini untuk menepis anggapan bahwa kampanye lingkungan di kalangan anak muda Muhammadiyah bernada pembangunanisme.

Strategi Dakwah Lingkungan

IPM mempunyai tiga karakter utama dalam melaksakan strategi dakwahnya yang meliputi pencerdasan, pemberdayaan, dan pembebasan. Sebagai prinsip agenda kultural untuk memperkaya landasan teologis dan filosofis agenda aksi IPM. Melalui Tanfidz Muktamar IPM XIX konstruksi  Dakwah Pencerdasan Ini adalah strategi dakwah yang berorientasi pemecahan masalah yang dihadapi oleh pelajar (basis massa). Dakwah Pemberdayaan Ini adalah dakwah yang bersifat melibatkan pelajar. Kegiatan dimulai dari mengidentifikasi problem-problem pelajar, potensi-potensi yang mereka miliki, dan melakukan analisis sehingga dapat dipetakan masalah dan kebutuhan pelajar. Sedangkan Dakwah Pembebasan Ialah perubahan dari kondisi tertinggal menjadi tumbuh dan berkembang, dari terbelenggu dan tertindas menjadi terbebaskan

Melalui tiga strategi ini ranah ekologis sudah mencakup seluruh aspek tersebut sebagai bentuk pencerahan tenang pentingnya menjaga seluruh ekosistem yang ada. Kemudian bagian dari memberdayakan dan memanfaat energi surga serta memperkuat keadilan ekologis. Dan yang terakhir adalah strategi pembebesan sebagai wujud perlawanan IPM melalui tangan-tangan perusak lingkungan dengan seluruh aksi nyata yang dilakukan.

Ekoliterasi IPM

Lembaga adalah bagian yang dibentuk oleh pimpinan IPM dalam melaksanakan halhal yang tidak dapat ditangani langsung oleh pimpinan dalam hal pelaksanaan dan pengembangan operasional program. Pimpinan Pusat IPM mempunyai lembaga yang bergerak dalam ranah lingkungan yaitu Lembaga Lingungan hidup sebagai aksekutor dalam membangun jaringan ekologis dan penggerak ekologis. Lemabaga ini memliki fungsi untuk membangun paradigma kesadaran atas lingkungan hidup dikalangan pelajar IPM sebagai wujud tanggung jawab khalifah filardh yang wajib melindungi lingkungan.

Menjadikan organisai sebagai gerakan yang menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan sehingga IPM mampu menjawab dan paling tidak sudah siap menjadi organisasi yang tidak hanya konsen pada isu-isu pendidikan melainkan ikut mengambil peran dalam mencegah kerusakan lingkungan.

Kemudian mampu mengartikulasikan pentingnya basis gerakan berjamaah untuk ikut mencegah kerusakan lingkungan sehingga IPM tidak hanya mampu memproduksi wacana-wacana gerakan serta melakukan aksi dan pelayanan tetapi juga sebagai wahana dakwah dikalangan pelajar dan masyarakat secara nyata dan merata.

Sembilan Kerja Ekologi IPM

Melalui Tanfidz Muktamar IPM di Sidoarjo, student Earth Generation (SEG) adalah salah satu bentuk agenda aksi dari konservasi ekologi yaitu membentuk pelajar untuk peduli pada aksi-aksi bidang lingkungan. Bentuk aksi dari Student Earth Generation  ini dapat fleksibel sesuai dengan ranah masing masing. Dimulai dari gerakan paling ringan yaitu memisahkan-mendaur sampai menjadi barang yang siap guna. Student Earth Generation  ini pula tidak hanya berhenti pada tahapan sampah saja namun pada persoalan lingkungan. Realitas sosial yang terjadi di lingkungan kita telah banyak mengalami kerusakan.

Kerusakan lingkungan memberikan dampak negatif terhadap kehidupan manusia. Oleh karena itu, diperlukan cara – cara mengatasi kerusakan lingkungan maka Student Earth Generation  ini bergerak dalam beberapa lini diantaranya :

  1. Reboisasi atau penghijauan di lahan yang telah rusak,
  2. Mencegah penebangan liar dengan melakukan aksi Campaign,
  3. Mengurangi penggunaan bahan bakar fosil,
  4. menggantinya dengan bahan bakar alternatif,
  5. Melakukan gerakan kampanye penggunaan kantong kresek yang dapat di daur ulang,
  6. Membuat sengkedan di daerah lereng pegunungan yang digunakan sebagai lahan pertanian,
  7. Mengolah limbah terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan,
  8. Menggunakan bahan-bahan yang mudah diuraikan mikroorganisme di tanah,
  9. Melakukan upaya remidiasi, yaitu membersihkan permukaan tanah dari berbagai macam polutan.

Melalui sembilan langkah strategis ini, gerak IPM harus lebih cepat dalam melakukan respon yang terjadi melalui permasalahan ekologis. Diperlukan adanya dorongan dari setiap pimpinan secara struktural ataupun partisipasi aktif dari gerakan kultural yang dimiliki oleh IPM. Melalui tulisan-tulisan dan teks yang di kembangkan oleh IPM secara massif di semua stuktur pimpinan untuk membaca alam dan menghadirkan konepsi pemikiran yang lebih radikal sehingga kaidah ekologis di menjadi beragam dan mempunyai spirit yang baru.

Melalui refleksi ini kita coba kembali melintas lorong waktu pada abad 20 menjadi sebuah momentum besar bagi beberapa gerakan pembebasan. Di antara berada dalam ranah diskursus lingkungan. Hingga sebuah klimaks akan katarsis panjang terjadi di akhir abad ini. Mulai terjadi pergeseran asumsi filosofis pada gerakan gerakan lingkungan di belahan dunia. Para environtmentalis di masa awal di anggap masih terlalu eksploitatif dalam memandang Alam. Alam masih di anggap sebagai sebuah ‘objek’ yang berhak atas perbaikan dan moral status dari manusia. Sehingga status moral menjadi sebuah diskursus yang antroposentris dan miskin dialog. Hal tersebut memicu munculnya kritik tajam dari para environtmentalis hari ini.  Environtmentalis pada dekade awal di anggap masih belum secara utuh menganggap Alam sebagai ‘subjek’ lain di luar diri manusia. Pemikir lingkungan di fase awal masih berkutat dengan kepentingan kepentingan manusia.

Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam pemberian status moral pada subjek non manusia. Yang pertama, adalah kesadaran bahwa manusia sebagai satu satunya subjek non-produksi dengan konsumsi tertinggi memiliki tanggung jawab moral dan hutang ekologis terhadap alam yang telah menyediakan energi untuk kelangsungan hidupnya. Kedua, bahwa manusia harus menganggap alam sebagai badan pengetahuan di luar dirinya. Alam harus di akui sebagai subjek hidup (being-alive) yang memiliki rasionalitas dan mampu mengatur dan memperbaiki dirinya sendiri. Alam memiliki bahasa dan jiwanya sendiri, dan manusia harus mampu membangun dialog dengannya. Ketiga, manusia seharusnya mampu memahami faktor faktor intrinsik dari alam yaitu alam memiliki nilai nilai diri yang sama dengan manusia yang berada di luar batas bahasa manusia, dan alam juga memiliki faktor ekstrinsik sebagai partner yang melengkapi kehidupan manusia.

Untuk memenuhi sembilan aspek Stundent Earth Generation,IPM sudah seharusnya melakukan aksinyata dimulai dengan membuka perlawanan atas wabah Covid 19 yang merupakan wujud dari keserakahan manusia dalam memenuhi hasrat memburu para hewan. Dari teks-teks ekologis, IPM diharapkan menjadi penggerak kritis dalam mewujudkan kesadaran ekologis.

*) Catatan

  • Penulis adalah Al Bawi Anggota Bidang PIP PP IPM 2018-2020
  • Substansi tulisan sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis.
Wahai Pelajar, Dirumah Aja! Tingkatkan Ilmu, Imun dan Iman!
Hikmah Covid-19 dari Prespektif Lingkungan
Mungkin anda suka:
Advertisement

[adinserter name=”Block 2″]

Suka artikel ini? Yuk bagikan kepada temanmu!

Terpopuler :

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Fill out this field
Fill out this field
Mohon masukan alamat email yang sah.