Alhamdulillah kita dipertemukan dengan bulan yang pernuh berkah yakni bulan Ramadhan 1349 H. Bulan yang dimuliakan sebagai seruan pertama umat islam untuk menjalankan puasa selama satu bulan penuh. Bulan dimana Alquran sebagai wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT melalui perantara malaikat Jibril yang ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW, untuk seruan kepada seluruh manusia dimuka bumi. Bulan dimana banyak terjadi kebangkitan umat islam didalamya salah satunya peran pelajar islam atau santri di Indonesia untuk selalu memperjuangkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Berita sepekan sebelum datangnya Ramadhan, dihadapkan pada pemberitaan terjadinya kerusuhan di Mako Brimob. Terjadi kerusuhan di dalamnya yang pada akhirnya terdapat beberapa aparat yang meninggal dan seorang terdakwa kasus terorisme. Tidak ada dasar dalam sebuah agama, membenarkan tindakan tersebut. Berita yang cukup viral, ketika ditemukan KTA IPM pada seorang perempuan ketika terjadi kerusuhan di mako bromob. Tapi, PP IPM langsung mengklarifikasi penemuan tersebut. Miris, jika hal tersebut merupakan kebenaran yang ditemukan dan merupakan alumni IPM pula.
Selang beberapa hari, terjadi pengeboman beberapa Gereja di Surabaya. Kejadian tersebut menyebabkan beberapa orang meninggal dunia. Kejadian tersebut sangat tidak sedap untuk didengar, apalagi dalam keluarga pelaku masih ada yang mengenyam bangku pendidikan sebagai seorang pelajar. Yakni anak dari pelaku yang ikut ambil peran dalam aksi pengeboman tersebut. Keikutsertaan anak pelaku dalam kejadian tersebut, memberikan dampak kepada peran orangtua, sekolah serta tidak terlepas peran organisasi/komunitas pelajar untuk terus berupaya dalam melakukan dakwah dan kegiatan yang dinamis dalam mencegah paham yang tidak benar.
Peran pendidikan sangat vital, dikarenakan dalam sepekan atau seminggu anak akan belajar di sekolah selama 5-6 hari. Memungkinkan anak menerima pendidikan dan pemahaman yang baik didalamnya. Begitu pula peran organisasi/komunitas pelajar baik diintra sekolah ataupun diluar sekolah. Softskill seorang pelajar akan banyak didapatkan ketika mengikuti kegiatan dan dinamikan didalam organisasi ataupun komunitas. Tumbuh pesatnya organisasi dan komunitas yang mengatasnamakan gerakan pelajar hasrus menjadi perhatian. Apalagi, didalamya terdapat faham yang melenceng dari faham agama Islam yang sesuai dengan Alquran dan sunnah makbullah.
Kegiatan dan kajian didalam sebuah organisasi ataupun komunitas harus dinamis dan tetap ada yang memantau. Walaupun, didalamnya banyak pelajar yang tidak faham dengan hal hal baru terutama berkaitan dengan agama. Era saat ini, membenturkan pelajar untuk mempersiapkan dirinya mengejar masa depan yang cemerlang. Kerap kali, diantara mereka sedikit cuek tentang ilmu ke agamaan. Di ere milenial saat ini pelajar dihadapkan dengan perkembangan informasi yang sangat cepat dan belum tentu akurat kebenarannya. Masih banyak ditemukan berita ataupun informasi mengatasnamakan agama yang tidak benar atau hoax.
Mudahnya mengakses internet, semakin mebuat pelajar diera ini dengan mudah mendapatkan informasi yang mereka inginkan. Tidak hanya tentang keagamaan. Tapi, ketika pembelajaran berlangsung banyak dari pelajar yang lebih suka mengakses internet daripada bertanya langsung kepada pendidik atau guru. Evaluasi untuk kita sebagai seorang pelajar, harus mampu mengarakhan dan bijak dalam menjalankan proses pendidikan dan mampu menyaring informasi ataupun faham baru sebelum diyakini kebenarannya.
Bertepat pada bulan suci ramadhan, elok rasanya ketika organisasi ataupun komunitas pelajar membuat rangkaian acara yang menarik dan mampu melakukan kajian yang memang diperlukan untuk menambah wawasan serta memperbandingkan fakta atau tidak sebuah informasi yang telah beredar didunia maya. Didasari pada keimanan seorang pelajar, harus luwes dalam bergaul. Tetap mematuhi norma norma beragama dan bermasyarakat di Indonesia. Justru, tidak menutup diri dari berbagai perkembangan di dunia ini, “kuper” atau kurang pergaulan lebih sering memberikan dampak pada ego yang lebih besar serta sulit menerima kebenaran yang telah pasti.
IPM sebagai organisasi pelajar di Indonesia, berkewajiban sebagai pelopor dan pelangsung kegiatan – kegiatan serta meberikan faham yang benar tentang beragama dan bermasyarakat. Kegiatan dakwah IPM pada era ini dihadapkan tentang berkembangnya masyarakat kota, yang lebih banyak membentuk simpul simpul komunitas dalam menjalankan kehidupan bermasyarakatnya. Peran pimpinan serta anggota IPM harus berusaha masuk pada simpul komunitas untuk memberikan pemahaman secara kultural didalamya. Serta peran IPM harus berdampak pula pada seluruh pelajar di Indonesia, tidak hanya kepada warga dan simpatisan Muhammadiyah.
Sayap dakwah IPM dalam mengajak berbuat baik dan mencegah kemungkaran dikalnagan pelajar, harus mengikuti perkembangan zaman. Menggunakan media sosial yang saat ini sebagai penyebar informasi tercepat. Kemajuan IPM dalam ranah gerak dan ideologinya, seyogyanya akan mencetak generasi yang faham tentang agama serta luwes dalam menghadapi perkembangan kehidupan yang begitu komplek saat ini. Kita sebagai pelajar, diharapkan tetap memegang idealitas. Tetapi, tidak menutup adanya realitas yang sedikit berbeda dengan idealitas yang kita fahami.
Kader Ikatan Pelajar Muhammadiyah dimanapun berada dan yang sedang menjabat sebagai pucuk pimpinan ataupun alumni IPM, harus terus berupaya se optimal mungkin untuk menyebarkan virus- virus kebaikan dan faham beragama yang benar. Karena, itulah cikal bakal ketentraman dan kedamaian dalam beragama dan bernegara. Negara Indonesia kita wujudkan sebagai negara baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Semoga seluruh pelajar, diberikan kekuatan dan hidayah serta kemampuan untuk memahami nilai – nilai ajaran islam yang rahmatan lil ‘alamin.
Nuun wal qolami wamaa yasthurun
*) Catatan
- Penulis adalah Alfarisi Hudan Hakiki. Wakil Bendahara PW IPM Jawa Timur yang saat ini sedang melaksanakan studi S1 di Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur. Penulis dapat dihubungi melalui WA 081357356126.
- Substansi tulisan sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis.