Politik di Ranah Pelajar: Realita Pahit Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Politik di Ranah Pelajar: Realita Pahit Ikatan Pelajar Muhammadiyah

OpiniOpini Pelajar
167 views
Tidak ada komentar
Politik di Ranah Pelajar: Realita Pahit Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Politik di Ranah Pelajar: Realita Pahit Ikatan Pelajar Muhammadiyah

OpiniOpini Pelajar
167 views
Politik di Ranah Pelajar: Realita Pahit Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Politik di Ranah Pelajar: Realita Pahit Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Jika kita benar-benar mencintai IPM, maka kita harus berani mengubah arah. Politik boleh hidup, tapi jangan sampai ruh dakwah pelajar dikubur hidup-hidup karenanya.

Sebagian dari kita mungkin pernah merasa kecewa melihat wajah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) hari ini: penuh ambisi, minim sinergi. Musyawarah yang semestinya menjadi ruang tumbuh bersama, kini berubah menjadi ajang kompetisi politik yang tidak sehat. Padahal, IPM tidak lahir untuk itu.

IPM didirikan pada 18 Juli 1961 sebagai respons terhadap kebutuhan Muhammadiyah untuk membina dan mendidik kader di kalangan pelajar. Ia lahir bukan sekadar sebagai wadah berkumpul, melainkan sebagai ruang pengkaderan intelektual muda yang mewarisi semangat tajdid. Semangat awal inilah yang seharusnya menjadi kompas dalam setiap langkah organisasi.

Politik Kader IPM: Sebuah Realita

Politik seharusnya tidak menjadi momok. Dalam arti positif, politik adalah seni mengelola perbedaan dan menyatukan gagasan. Namun, politik di IPM hari ini tampaknya telah bergeser dari makna tersebut. Ia menjadi alat untuk mencapai posisi, bukan sarana memperjuangkan ide. Terlalu banyak energi dihabiskan untuk membahas “siapa menjadi apa”, bukan “apa yang harus kita lakukan bersama”. Akibatnya, semangat dakwah intelektual yang dahulu membara kini mulai meredup. IPM hadir sebagai organisasi kader pelajar yang seharusnya menjunjung tinggi nilai-nilai dakwah, pembinaan, dan pengembangan diri.

Kepada para elit IPM dan kader-kader yang mencintainya, mari kita jujur menatap realita. Politik praktis telah menjangkiti ruang-ruang organisasi. Ketika satu pimpinan kesulitan, yang lain memilih abai. Bukan saling menguatkan, justru saling membangun citra pribadi. Kondisi ini melahirkan generasi kader yang apatis terhadap nilai-nilai dasar organisasi. Mereka tumbuh dalam atmosfer persaingan yang kosong, bukan dalam perjuangan ideologis yang sehat. Alih-alih belajar adab dalam berorganisasi, mereka justru terbiasa melobi, mengondisikan forum, dan mencari pengaruh. Sementara itu, nilai-nilai Al-Qur’an, As-Sunnah, dan Kepribadian Muhammadiyah hanya menjadi formalitas pembuka dalam setiap sidang resmi.

Politik Kader IPM: Segenggam Cita-CIta

Padahal, politik bagi pelajar seharusnya menjadi sarana pembelajaran tentang tanggung jawab, etika, dan kebermanfaatan. Bukan semata-mata soal menang atau kalah dalam pemilihan. Pendidikan politik yang sehat justru akan membentuk karakter pelajar yang bertanggung jawab dalam bersikap serta berani mempertanggungjawabkan tindakan dan pilihannya dalam ruang organisasi maupun kehidupan bermasyarakat. Dengan landasan nilai tersebut, politik dapat menjadi jalan pembelajaran yang membangun.

Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk melakukan refleksi: apakah IPM masih menjadi ruang yang memuliakan kader? Apakah pembinaan masih berlandaskan nilai dan kepedulian, atau hanya sekadar membangun citra? Pertanyaan-pertanyaan ini tidak dimaksudkan untuk melemahkan, melainkan untuk memperkuat kembali arah gerak organisasi. Kritik yang konstruktif merupakan wujud kepedulian dan kecintaan terhadap organisasi yang telah membesarkan kita.

IPM adalah ladang dakwah, bukan panggung kontestasi. Kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjaganya tetap menjadi rumah bagi pelajar. Dimulai dari cara kita bersikap dalam forum, memilih pemimpin, dan merancang arah gerak organisasi. Jika ingin IPM tetap relevan, maka elit dan kader harus berjalan seiring, saling mendukung, dan tidak saling menjatuhkan.

  • Penulis adalah Muhammad Ihsan Hanif, Ketua Umum Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PD IPM) Jakarta Barat. Seorang pemimpi yang percaya bahwa perubahan besar berawal dari mimpi-mimpi kecil yang ditindaklanjuti dengan keberanian.
  • Substansi tulisan sepenunya tanggungjawab penulis.
IPM Hadiri Bukber AMM, Bahas Peran Kader dan Politik Kebangsaan
Krusialnya Peran Gen-Z Dalam Mendukung Pendidikan yang Bermutu
Mungkin anda suka:
Advertisement

[adinserter name=”Block 2″]

Suka artikel ini? Yuk bagikan kepada temanmu!

Terpopuler :

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Fill out this field
Fill out this field
Mohon masukan alamat email yang sah.