Tulisan ini saya buat karena hadirnya inspirasi dari berbagai pihak dan kesadaran pribadi atas keprihatinan diri terhadap proses pelaksanan sebuah konsep gerakan IPM yang selalu hadir di tiap Tanfidz Muktamar yaitu komitmen IPM dalam gerakan “Ekologi”.
Secara tertulis gerakan Ekologi IPM dalam tiap tanfidz dari masa kemasa selalu ada, namun memang namanya bervariasi, seperti yang termaktub dalam tanfidz Muktamar IPM XXI Sidoarjo, nama gerakan ekologi yang di usung adalah Student Earth Generation (SEG). Karena masuk dalam agenda aksi gerakan ini haruslah dibuat serentak se Indonesia di semua tataran sehingga ini menjadi kewajiban setiap insan pimpinan untuk turut serta mensukseskan agenda ini.
Bagi saya pribadi gerakan ini adalah bentuk keberpihakan IPM atas persoalan lingkungan yang tak pernah habis bahkan semakin buruk, ada beberapa hal yang disoroti dalam agenda aksi ini, berikut kutipan Tanfidz Muktamar IPM XXI yang diterbitkan PP IPM.
__________
Student Earth Generation ini bergerak dalam beberapa lini diantaranya: Reboisasi atau penghijauan di lahan yang telah rusak, mencegah penebangan liar dengan melakukan aksi campaign, mengurangi penggunaan bahan bakar fosildan menggantinya dengan bahan bakar alternative, melakukan gerakan kampanye penggunaan kantong kresek yang dapat di daur ulang, membuat sengkedan di daerah lereng pegunungan yang digunakan
sebagai lahan pertanian, mengolah limbah terlebih dahulu sebelum dibuang kelingkungan, menggunakan bahan-bahan yang mudah diuraikan mikroorganisme di tanah, dan melakukan upaya remidiasi, yaitu membersihkan permukaan tanah dari berbagai macam polutan (Agenda Aksi Tanfidz Mukatamar IPM XXI).
Saya ingin kita berfokus pada kantong kresek, sebagai bagian dari sampah-sampah rumah tangga yang dominan, kantong adalah salah satu benda yang waktu penguraiannya lama dan akhirnya menumpuk hingga menggunung. Selain plastik kresek, botol-botol minum, dan wadah-wadah plastik atau stereofom yang butuh ratusan tahun untuk terurai juga bagian dari masalah kita semua yang tak kunjung usai.
Kalau kita pernah menyaksikan video-video soal kerusakan lingkungan dan sampah di laut yang tersangkut di hewan, tentu hati kita terenyuh dan seketika bertanya siapa sih yang membuang sampah itu di laut, tanpa sadar ternyata kita bagian dari mereka, mereka yang membuang sampah sembarangan pada akhirnya sampah-sampah kita itu tanpa sadar tidak punya tempat dan berakhir di sungai atau laut
Mengirim sinyal upaya nyata.
Tanwir sebagai sebuah agenda representasi pusat yang mewakili jadi diri IPM secara utuh kepada stakeholder, sebenarnya sedang diuji, diuji untuk membuktikan daya dan upaya IPM untuk melaksanakan perkataannya sendiri, melaksanakan upaya nyata sebuah program baik yang menunggu bukti perbuatan konkritnya. Untuk itu, sebagai bagian dari Tuan Rumah Tanwir, saya merasa perlu adanya upaya nyata di mulainya sebuah kampanye tentang Bagaimana pimpinan IPM bisa mengurangi penggunaan plastik untuk kegiatan internal organisasinya. Di mulai dari kesadaran tentang menyadari bahwa program bukan sekedar retorika tapi aksi nyata.
Saya pernah ditanya oleh salah seorang adik SMA soal ini, “Bang kan IPM tu punye gerakan ekologi ye, pengurangan sampah plastik, kok kite masih pake air kemasan di forum-forum dan aktivitas perkaderan?” seketika saya terenyuh dengan pertanyaan ini saya tersadarkan atas pernyataan ini namun apa daya kepraktisan mengalahkan semua, pilihan ini kita pilih karena tidak merepotkan dan semua tetap begitu.
Beberapa waktu lalu sahabat saya Alfa seorang kader IPM Jatim yang saat ini bagian dari sebuah tim yang di bentuk bidang organisasi PP IPM bernama KISO menulis artikel di kolom opini ipm.or.id yang berjudul “10 Ide Kreatif Mengelola Kegiatan IPM Berorientasi Ramah Lingkungan”
Dari tulisan tersebut saya sadar ternyata agenda ini harus kita mulai dari hal-hal kecil seperti membiasakan diri untuk membawa tumblr, mengganti wadah makan dengan yang organik atau piring cuci, menghilangkan air kemasan dari forum-forum IPM, dan lain-lain. Agaknya ini adalah ide gila, bagaimana mungkin segala kemudahan hidup ini bisa kita tinggalkan dan kembali primitif (dalam arti kembali tak praktis). Tapi tentu tak ada yang mustahil dikerjakan dalam hidup kita, jika ada kemauan pasti ada jalan, karena kita percaya bahwa semua berawal dari niat yang di wujudkan
Terimakasih sudah menulis ini saudaraku, dari tulisan ini muncul api yang kian lama kian besar untuk mewujudkannya, saya merasa harus memulainya. Api itu pun ikut membara ketika di suatu waktu saya ikut majelis ilmu yang diisi oleh salah seorang ustad, ia berceramah bukan tentang hal biasanya, ia menyampaikan kembali satu ayat quran yang membuat saya berfikir kembali.
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
(QS. Ar-Rum 30: Ayat 41)
Ia menjelaskan ayat ini adalah sebuah peringatan atas apa yang kita alami selama ini, bencana alam yang hadir, tak serta merta Tuhan turunkan begitu saja, ada sebab-sebab manusia yang menyebabkan itu semua. Banjir misalnya, hadir karena mampetnya selokan, menyusutnya lahan terbuka, merebaknya lahan pemukiman, volume sampah rumah tangga bertambah, dan jadilah banjir atas konsekunsi itu semua
Bencana sederhana yang berawal dari kita , tentu masih banyak lagi belum lagi bicara tentang perubahan iklim, dan berkurangnya kualitas air semua itu karena kita “manusia”. Tentu segala perbuatan kita akan dihisab dan dipertanggungjawabkan, termasuk sampah-sampah yang tanpa sadar merugikan kehidupan kita dan banyak orang. Begitulah kira-kira ia menyampaikan pesan ini dan membuat saya tertegun merefleksi diri
Dari Pontianak untuk Indonesia.
Dari tulisan panjang lebar ini saya selaku penghuni tanah khatulistiwa yang masih jauh dari kata sempurna dan masih dhoif hendak mengajak teman-teman seperjuangan semua untuk merenung dan meresapi sama-sama tentang tanggung jawab pribadi kita masing-masing.
IPM dari tingkat pusat hingga wilayah yang terlibat dalam perhelatan tanwir ini, ayo jadikan momen tanwir ini sebagai upaya pembuktian komitmen ekologi kita dari hal-hal kecil bukan untuk menghilangkan total tapi berupaya sedikit demi sedikit untuk selanjutnya terus konsisten pelan-pelan mewujudkan upaya-upaya sederhana seperti menggunakan tumblr, mengurangi penggunaan botol plastik, dan menggunakan wadah makan dari alas yang dapat terurai.
Saya tau ini berat, berat di panitia dan tentu berat di tiap pribadi, karena memulai sesuatu yang baik kadang harus memaksa. Kami panitia lokal berkomitmen untuk semaksimal mungkin mewujudkan upaya tersebut, namun tentu peran serta teman-teman peserta dan seluruh stakeholder amat penting untuk sama-sama mensukseskan upaya bersama ini.
Saya percaya dan yakin teman-teman pimpinan semua adalah orang-orang terpilih dan tentu sebagai orang terpilih, kita mempunyai pilihan yang tepat untuk turut andil dalam hal ini atau tetap nyaman dengan kondisi semula dan hanya menjadikan agenda ekologi sebagai retorika dan habis di ruang-ruang diskusi belaka.
Terakhir, mari sukseskan tanwir di Pontianak tanggal 15-17 November 2019.
“Awak Datang Kamek Sambot”
*Catatan
• Penulis adalah Syarif Syamsurrizal Ketua Umum PW IPM Kalimantan Barat 2018-2020
• Substansi tulisan sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis.