IPM.OR.ID., YOGYAKARTA – Muthmainnah Ely Ketua Bidang Ipmawati Pimpinan Wilayah IPM Papua Barat, Supriyatna Ketua Bidang Advokasi Pimpinan Daerah IPM Kabupaten Sorong, dan Indah Amelia Rizky Bendahara Umum Pimpinan Wilayah IPM Papua Barat merupakan tim Training of Trainer Peer Counselor IPM (ToT PCI) asal Papua Barat yang rela menempuh perjalanan dari Papua Barat ke Yogyakarta selama 6 hari lamanya.
Pada wawancara eksklusif bersama ipm.or.id, mereka mengaku sempat ragu akan berangkat karena tidak memiliki kesiapan sama sekali dan sibuk di kampus masing-masing. Namun, dengan beberapa pertimbangan dari kader yang terdahulu dan anggota pimpinan lainnya, akhirnya mereka memutuskan untuk tetap berangkat. Kata mereka, keputusan ini terbilang mendadak. Selain mendadak, mereka juga harus berusaha untuk mencari cara agar biaya akomodasi untuk berangkat dan pulang dapat tercukupi.
“Alhamdulillah, H-3 keberangkatan biaya untuk akomodasi pulang pergi sudah tercukupi. Walaupun target awal 5 orang yang berangkat, namun akhirnya hanya 3 orang yang datang kesini. Dan H-1 juga sudah ada beberapa proposal yang cair juga. Jadi, akhirnya kami siap untuk berangkat,” ucap Amel.
Mereka juga mengatakan bahwa ini pengalaman pertama mereka menempuh perjalanan sejauh ini. Karena mereka hanya bermodalkan nekat dan juga memerlukan izin terlebih dahulu. Selain itu, rasa teamwork yang ada pada diri mereka membuat mereka merasa bahwa keberangkatan mereka adalah amanah, sehingga harus dinikmati dan dilaksanakan sebaik-baiknya.
Mereka berangkat dari Sorong menggunakan kapal pada Sabtu, 4 Juni 2022 pukul 17.00 WIT dan sampai di Surabaya Kamis, 9 Juni 2022 pukul 03.00 WIB. Kemudian mereka singgah terlebih dahulu di rumah salah satu saudara dari Muthmainnah sembari menunggu jadwal keberangkatan kereta api di siang hari. Mereka berangkat dari Surabaya pukul 11.00 WIB dan sampai di Yogyakarta pukul 17.30 WIB menggunakan kereta api Logawa.
Mereka juga sempat singgah di beberapa pelabuhan dengan rute Sorong – Bitung – Ternate – Bau-Bau – Makassar – Surabaya. Selama di kapal, pengalaman menarik yang diceritakan adalah bisa bertukar kontak satu sama lain antar penumpang dari berbagai pulau. Selain itu, aktivitas mereka berbaring, bermain game, dan berbagi satu sama lain. Dengan harga tiket kapal 630 ribu rupiah per orang, mereka sudah dapat makan pagi, siang, dan malam rutin dengan nasi. Mereka juga mengatakan jika ada tambahan susu pada pagi hari dan camilan pada siang harinya.
Selain itu, mereka juga menambahkan kesan yang didapat selama kegiatan ToT PCI berlangsung, “Pastinya, kita dapat banyak ilmu. Datang dengan bekal kosong, tidak tau apa-apa, ternyata disini ada konstruksi sosial. Disini juga banyak belajar dan ketemu teman-teman baru. Saling sharing, dan ternyata banyak yang perjuangannya juga berat selain kita,” ujar Muthmainnah
Mereka juga berharap setelah kegiatan ToT PCI ini, mereka ingin mengedukasi masyarakat tentang kekerasan seksual di kalangan remaja dan ingin mengembangkan Peer Counselor IPM di Papua Barat.
“Saya pribadi berharap, semoga kita bisa mengembangkan PCI ini di Papua Barat, khususnya daerah kota, Kabupaten Sorong dan Raja Ampat. Karena cakupannya baru segitu dan mau memaksimalkannya terlebih dahulu. Apalagi Papua Barat itu kasus kekerasan seksualnya nya lumayan cuman nggak booming aja,” jelas Amel.
IPM mengajarkan untuk menuntut ilmu yang tidak terbatas hanya di daerah tertentu saja. Walaupun mereka masih seorang pelajar, tekad mereka untuk menuntut ilmu seluas-luasnya bisa menjadi motivasi tersendiri untuk kita para kader IPM. Seperti kata pepatah, “Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China”. *(Adinta/da)