Dahulu kita sering mengenal perubahan iklim, kata perubahan iklim menjadi perhatian beberapa lapisan masyarakat bahkan aktivis lingkungan, namun mendapat kendala kata ini masih terlalu lembut di dengar di telinga masyarakat. Seolah kata ‘perubahan’ menjadi lebih baik padahal yang sebenarnya perubahan menuju kerusakan. Oleh sebab itu kata ‘krisis iklim’ menjadi kekuatan baru dalam perjuangan untuk menjaga dan melestarikan lingkungan hidup.
Kader IPM pernah mendengar PHIWM (Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah) pasti sudah tidak asing ditelinga kader IPM karena selalu di ajarkan dalam mata pelajaran Al-Islam Kemuhammadiyahan atau bahkan pengajian dan pelatihan, PHIWM ini di sahkan ketika Muktamar 44 tahun 2010 dan yang menarik perhatian adalah salah satu pointnya tentang melestarikan lingkungan.
Dari 6 point tentang melestarikan lingkungan ini sebagai bagian dari warga Muhammadiyah kader IPM senantiasa menjalankan dan mematuhi PHIWM ini dengan menjadikan pedoman ini sebagai arah gerak dan langkah dalam menjalnkan roda organsiasi sebagai bagian dari progam kerja, dalam 6 point ini kita dapat garis bawahi bahwa wajib hukumnya untuk menjaga, melestarikan dan melindungi seluruh aspek ekosistem lingkungan hidup.
Dalam hal ini kita menjaga terhadap krisis iklim yang kian hari semakin memburuk. BNPD menyebutkan pada tahun 2017 saja kemarau dan kekeringan akan melanda sekitar 105 Kabupaten/Kota, bahkan sejak 1995 disejumlah daerah di Jawa, Bali dan Nusa Tenggara mengalami defisit air.
Bahkan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) mengestimasi bahwa hanya punya waktu hingga 2030 untuk mencegah krisis iklim yang rusak termasuk krisis air, bencana besar dan hilangnya tepat tinggal. Kurang lebih perlu sekitar 11 tahun untuk memulihkan krisis iklim ini.
Langkah strategis dalam mebantu untuk melawan krisis iklim ini perlu di kaji dan dilebarkan keseluruh lapisan kepemimpinan di IPM, Pimpinan Ranting dan Pimpinan Cabang yang mempunyai Basis masa yang yang tergolong paling Banyak seharusnya memulai langkah kreatif dan langkah kreatif yang telah banyak dilakukan oleh kader IPM untuk mengurangi sampah plastik perlu lbih di tingkatkan.
Merujuk kepada krisis air dan krisis iklim ini harus ada upaya dan gerakan yang lebih fresh yang kita lakukan misalkan mengurangi penggunaan Listrik dan menggunakan air secukupnya, serta membuat lubang resapan yang bisa menampung air sehingga krisis air dan ancaman krisis iklim bisa kita lawan. Mulai dari sekarang membantu bumi untuk lebih hijau dan mempunyai persedian air yang cukup bagi manusia dan juga bagi seluruh makhluk hidup karena seluruh makhluk hidup memerlukan air untuk tumbuh dan berkembang.
*) Catatan
- Penulis adalah Al Bawi, Anggota Bidang Pengkajian Ilmu Pengetahuan PP IPM. Penulis dapat dihubungi via email: jackbaw21@gmail.com
- Substansi tulisan sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis.