Serangan pandemi covid-19 di muka bumi menyebabkan perubahan di hampir semua aspek. Ekonomi menurun drastis, membuat panik negara. Dunia kesehatan jelas terdampak secara langsung. Secara sosial, manusia tidak bisa secara bebas bertemu bahkan berkumpul dengan banyak orang. Pagelaran budaya, konser musik, bioskop, dan dunia hiburan lain banyak yang ditutup. Penjual dagangan menangis karena pasar yang mereka bangun selama ini mendadak sepi.
Hal ini juga berdampak ke Muhammadiyah, wa bil khusus IPM. Taruna Melati Utama sebagai perkaderan dengan maqom tertinggi di IPM semestinya dilaksanakan pada bulan Maret lalu di Padang. Namun, karena pandemi, TMU terpaksa dilakukan secara daring.
Sependek pengetahuan saya, sampai TMU dilaksanakan, masih jarang sekali IPM yang menyelenggarakan perkaderan secara daring. Mungkin IPM di berbagai daerah masih wait and see, menunggu perkembangan pandemi sambil melihat contoh yang diberikan oleh pimpinan di atasnya atau IPM di daerah lain.
Maka, saya akan mencoba sharing kenikmatan mengikuti perkaderan, khususnya TMU, secara daring yang tidak akan kita dapatkan ketika mengikuti perkaderan tatap muka.
-
Tidak Perlu Mandi
Pada kegiatan apapun yang sifatnya tatap muka, tidak mandi adalah suatu aib besar yang bisa menjadi bahan bullyan seumur hidup. Teman saya, katakanlah si Budi Pergi ke Pasar, peserta TM1 bareng saya pernah ketahuan mengikuti salah satu sesi TM1 tanpa mandi terlebih dahulu. Belum lama ini, saya ngopi bareng teman-teman satu SMA dulu termasuk si Budi. Teman-teman lain yang sense of bullynya na’udzubillah itu langsung membully si Budi Pergi ke Pasar karena pernah tidak mandi ketika TM1 dengan sangat mematikan. Yang fana adalah waktu, aib abadi.
Jadi, persoalan mandi sama sekali bukan persoalan biasa. Manfaat mandi yang membuat badan kita segar itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan manfaat mandi agar tidak dibully. Mandi sebagai pembersih badan mungkin sepele, tapi mandi sebagai gengsi status sosial tidak pernah sepele.
Nah, di TMU, peserta bisa mengikuti sesi dengan baik tanpa harus mandi. Bahkan, selama 13 hari (atau lebih kalau molor), peserta bisa tidak mandi selama 13 hari sekalipun dengan dua syarat. Pertama, rambut rapi bagi ipmawan, jilbab dan make up rapi bagi ipmawati. Kedua, tidak ada protes karena bau badan dari orang di sekitarnya. Kalau bisa melewati dua syarat itu, saya jamin peserta bisa lulus TMU dengan bahagia.
-
Portabilitas Tinggi
Kalau di pelatihan tatap muka, ketika peserta pergi ke kamar mandi misalnya, maka ia akan tertinggal atau tidak bisa mengikuti materi. Ketika kebetulan seorang peserta merasa tidak enak badan, maka ia harus istirahat di kamar dan tidak bisa mengikuti materi.
Hal ini tidak berlaku di kegiatan daring. Di TMU daring, peserta bahkan bisa tetap mengikuti materi sambil mandi! Ya. Sambil mandi. Luar biasa bukan? Sepertinya ini menjadi salah satu pertimbangan penting bagi PP IPM ketika memutuskan untuk melaksanakan TMU secara daring.
Bagaimana tidak, kita bisa tetap mengikuti materi melalui Zoom dari HP, kemudian kita unmute dan off video, kemudian kita bawa HP ke kamar mandi. Kita bisa mandi dengan segar dan meningkatkan status sosial sambil tetap khidmat mendengarkan pemateri menyampaikan materi. Itu benar-benar manifestasi dari pepatah tuntutlah ilmu dari dari buaian hingga liang lahat. Tuntutlah ilmu dari universitas bergengsi hingga kamar mandi.
Namun tentu hal itu bukan hal yang baik. Fasilitator akan menegur peserta yang terlalu lama menonaktifkan video. Namun, mengingat urgensi mandi sebagai pengangkat status sosial yang cukup penting, apa boleh buat?
Sama halnya ketika peserta sedang dalam perjalanan, mengerjakan tugas/pekerjaan, dan lain-lain. Ini berlaku bagi yang kesulitan membagi waktu namun ingin tetap mendapatkan materi. Sebaliknya, bagi peserta yang hanya ingin terlihat hadir dan on video, mereka bisa ngezoom sambil nonton film, baca ebook, main medsos, dan lain-lain. Mereka tetap khusyu’ di depan kamera laptop sambil buka netflix bajakan.
-
Pura-Pura Sinyal Hilang Padahal Tidak Paham Materi
Hal ini jamak dipakai oleh mahasiswa yang ditanya oleh dosen dengan pertanyaan yang tidak bisa ia jawab. Dalam forum FGD, ketika misalnya ada pertanyaan yang ditujukan ke kita, dan kita nggak bisa jawab, hal apa yang seyogyanya kita lakukan? Ya, mematikan data sementara. Mematikan data tidak akan membuat kita langsung leave room, tapi akan menghentikan koneksi kita selama beberapa detik sebelum leave otomatis.
Maka peserta, fasilitator, atau pemateri akan menganggap bahwa kita kehilangan sinyal. Siapa yang tidak memaafkan orang yang kehilangan sinyal? Padahal Allah Maha Pemaaf.
-
Hemat Biaya dan Hemat Waktu
Semahal-mahalnya kuota untuk TMU, saya rasa masih lebih mahal tiket pesawat untuk datang ke Padang, terutama yang dari luar Sumatra. Tapi tentu senjata proposal kita tidak akan menghasilkan uang sebanyak TMU tatap muka. Adapun untuk waktu, sebenarnya estimasi waktu untuk materi di TMU daring dan TMU tatap muka sama saja. Namun karena materi bisa didengar dari kamar mandi, sambil tiduran, sambil perjalanan, dan lain-lain maka TMU bisa dibilang lebih hemat waktu.
-
Bisa Pake Joki!
Ya. TMU bisa pake joki jika video kita buat off, atau dinyalakan tapi dibuat blur dan gelap. Caranya? Pakai device yang kameranya tidak worth it untuk ngezoom. Tapi, untuk TMU kali ini saya husnudzon tidak akan ada peserta yang menggunakan joki. Karena peserta, termasuk saya, sungguh ikhlas mengikuti TMU untuk mencari ilmu~
Semoga, dengan tulisan ini nama saya tidak dicoret dari kepesertaan dan tetap bisa lulus dengan cumlaude. Semangat para fasilitator!
*) Catatan:
- Penulis adalah Yusuf R. Yanuri Peserta Taruna Melati Utama
- Substansi tulisan sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis.