Kartini Hari Ini: Perempuan Memimpin, IPM Menginspirasi

Kartini Hari Ini: Perempuan Memimpin, IPM Menginspirasi

OpiniOpini Pelajar
19 views
Tidak ada komentar

Kartini Hari Ini: Perempuan Memimpin, IPM Menginspirasi

OpiniOpini Pelajar
19 views

Ketika kita mengenang sosok Kartini, yang terlintas bukan sekadar nama dalam buku pelajaran, melainkan semangat yang melampaui zamannya. Kartini bukan hanya perempuan yang menulis surat—ia adalah simbol perlawanan terhadap sistem yang tidak memberi ruang bagi perempuan untuk berpikir, belajar, dan bermimpi. Hari ini, ratusan tahun setelah ia menyalakan cahaya itu, perempuan muda Indonesia masih terus melanjutkan perjuangan dalam wujud yang lebih beragam: memimpin organisasi, mengambil peran strategis, dan memperjuangkan suara di tengah dominasi patriarki yang kadang bersalin rupa. 

Emansipasi: Warisan Utama Perjuangan Kartini 

Emansipasi bukan sekadar tentang perempuan boleh sekolah atau bekerja, ia adalah kebebasan perempuan untuk mengembangkan potensi dirinya secara utuh, baik di ruang domestik maupun publik. Emansipasi merupakan jalan menuju kesetaraan, yakni perempuan mempunyai posisi yang setara dalam akses, kesempatan, hingga kepemimpinan. Dalam konteks Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), semangat emansipasi ini seharusnya tidak hanya diakui sebagai bagian dari narasi besar organisasi, tetapi juga diimplementasikan secara konkret dalam ruang-ruang strukturalnya.

IPM sebagai organisasi otonom Muhammadiyah merupakan ruang kaderisasi yang terbuka bagi siapapun laki-laki dan perempuan untuk tumbuh dan berperan. Menariknya, dalam beberapa tahun terakhir, kita melihat semakin banyak perempuan yang bukan hanya aktif, tetapi juga menjadi pemimpin tertinggi di IPM. Ini bukan sekadar prestasi simbolik, tapi bukti bahwa IPM sebagai organisasi pelajar Islam progresif benar-benar membuka jalan bagi emansipasi yang konkret. IPM yang bergerak dalam ranah pelajar, sejak awal lahir sebagai ruang pembinaan dan pemberdayaan. Dalam perjalanannya, IPM terus beradaptasi dengan konteks zaman, dan salah satu tanda kemajuan itu adalah hadirnya perempuan dalam pucuk kepemimpinan, dari tingkat ranting hingga wilayah.

Kehadiran pemimpin perempuan dalam IPM membawa warna tersendiri dalam implementasi nilai-nilai dasar organisasi. Di bawah kepemimpinan mereka, lahir program kerja yang lebih memperhatikan dimensi psikososial pelajar, kegiatan advokasi yang berpihak pada pelajar rentan, serta pendekatan kepemimpinan yang cenderung kolaboratif, inklusif, dan empatik. Perempuan tidak hanya membawa perspektif baru, tetapi juga memperkaya dinamika organisasi dengan sensitivitas yang khas.

Berani Menghadapi Stereotipe Usang

Namun, menjadi ketua umum perempuan di IPM bukan berarti tanpa tantangan. Tak jarang mereka harus berhadapan dengan stereotipe usang dianggap terlalu baperan, kurang tegas, atau terlalu emosional untuk memimpin. Padahal, sifat empatik atau ekspresif bukanlah kelemahan, melainkan menjadi kekuatan dalam membangun kepemimpinan yang berakar pada rasa, relasi, dan kepedulian. Narasi semacam ini perlu dilawan, karena ia tidak hanya menyulitkan langkah perempuan untuk maju, tetapi juga mempersempit makna kepemimpinan itu sendiri. IPM sebagai organisasi yang menjunjung nilai keadilan dan pembebasan seharusnya berdiri paling depan dalam meruntuhkan bias-bias gender ini.

Di sinilah relevansi perempuan sebagai pemimpin IPM menjadi penting untuk ditekankan. Bahwa keberadaan mereka bukan sekadar “boleh,” tetapi perlu. Bahwa memimpin bukan monopoli laki-laki, dan bahwa perubahan sosial yang hakiki membutuhkan keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan, bukan hanya sebagai pelaksana teknis.

Terlebih jika kita kembali ke akar ideologis IPM sebagai gerakan pelajar Islam yang menjunjung tinggi nilai keilmuan, keadilan, dan kemanusiaan. Maka tidak ada alasan untuk menutup ruang bagi perempuan, sebab keadilan adalah nilai dasar gerakan ini. Dan sudah menjadi tanggung jawab moral seluruh kader IPM baik laki-laki maupun perempuan untuk terus menjaga ruang-ruang itu tetap terbuka dan hidup.

Saat ini, sejumlah daerah mencatat kemajuan. Misalnya, di tingkat ranting, mulai bermunculan ketua umum perempuan yang progresif dan inovatif. Di tingkatan wilayah, telah muncul figur-figur perempuan yang tidak hanya berani memimpin, tetapi juga membuktikan bahwa kapasitas, gagasan, dan dedikasi mereka sebanding dengan siapa pun. Lebih dari itu, ketua umum perempuan juga memainkan peran strategis dalam memperluas cakupan dakwah pelajar. Mereka menjadi representasi bahwa IPM bukanlah organisasi yang eksklusif atau maskulin, melainkan organisasi yang menempatkan seluruh pelajar—tanpa kecuali—sebagai subjek gerakan.

Bukti Konkret Kepemimpinan Perempuan dalam IPM

Kepemimpinan perempuan dalam IPM pun bukan hanya wacana. Saat ini, ada beberapa wilayah yang dipimpin oleh ketua umum perempuan yang inspiratif dan kompeten. Berikut beberapa contoh nyata di tingkat Pimpinan Wilayah:

Pimpinan Wilayah IPM     Ketua Umum Perempuan
Bangka Belitung Haliza Khoirun Nisa
Kalimantan Selatan Zaina Fadia Lailatul Hikmah
Kalimantan Utara Indry Narulita
Sulawesi Tenggara Misna Intan Purnama Sari
Papua Sri Herawanti

Tak hanya di level wilayah, Pimpinan Daerah IPM (PD IPM) Kota Yogyakarta juga telah memanifestasikan nilai emansipasi dengan membuka ruang kepemimpinan perempuan secara nyata. Periode 2023–2025, posisi Ketua Umum PD IPM Kota Yogyakarta diamanahkan kepada seorang perempuan. Ini bukan sesuatu yang instan, melainkan hasil dari proses kaderisasi, kepercayaan kolektif, dan kesadaran organisasi yang terus tumbuh.

Lebih dari itu, di bawah struktur PD IPM, sejumlah pimpinan ranting di sekolah dan madrasah Muhammadiyah juga dipimpin oleh para ketua umum perempuan. Ini adalah bentuk nyata bahwa kesetaraan bukan sekadar jargon, tetapi dihidupkan dalam sistem kaderisasi IPM dari tingkat bawah. Berikut ini datanya:

Ketua Umum Perempuan Pimpinan Ranting IPM Kota Yogyakarta

Periode 2024–2025

Nama Ketua Umum Asal Sekolah/Madrasah
Nayyara Nurazzahrah Hartono SMP Muhammadiyah 1 Yogyakarta
Carissa Aqila Azalia SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta
Janeeta Ascarya Nareswari Putri SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta
Talitha Marwa Zerlinda P SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta
Aquena Nahdah Amiiati Arifin SMP Muhammadiyah 7 Yogyakarta
Belva Mirabel SMP Muhammadiyah 8 Yogyakarta
Delviani Agustyn SMP Muhammadiyah 9 Yogyakarta
Fariza Bintang Alzena SMP Muhammadiyah 10 Yogyakarta
Sekar MTs Muhammadiyah Karangkajen
Syahnaq SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta
Afecta Adinda SMA Muhammadiyah 5 Yogyakarta
Azaria Salma MA Mu’allimaat Muhammadiyah Yk
Aisyah Khoirunnisa SMK Muhammadiyah 2 Yogyakarta

Periode 2025–2026

Nama Ketua Umum Asal Sekolah/Madrasah
Marybel Jyoti Aruna SMP Muhammadiyah 1 Yogyakarta
Noer Amalina Zeni SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta
Alifa Mutiara Medina SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta
Asy-Syifa SMP Muhammadiyah 8 Yogyakarta
Anindya Nurul SMP Muhammadiyah 9 Yogyakarta
Ihdina Fauzul Firdha SMP Muhammadiyah 10 Yogyakarta
Syifa Khalisha N SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta
Pradhisty SMA Muhammadiyah 5 Yogyakarta
Ummi Fathonah MA Mu’allimaat Muhammadiyah Yk
Mi’atu Habba SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta
Jasmin Kayla Zein SMK Muhammadiyah 4 Yogyakarta

 

Jumlah ini menunjukkan bahwa IPM Jogja benar-benar mengaminkan emansipasi yang dulu diperjuangkan R.A. Kartini bahwa perempuan berhak memimpin, dipercaya untuk menggerakkan perubahan, dan diberi ruang yang setara untuk memimpin bukan karena gendernya, tapi karena kemampuannya.

Maka, dalam semangat Kartini, mari kita jadikan IPM sebagai ladang tumbuh bagi semua kader, tanpa terkecuali—tempat di mana ide-ide besar lahir dari keberagaman perspektif. Tempat di mana perempuan tidak hanya boleh bicara, tetapi juga boleh menentukan arah. Tempat di mana pemimpin bukan ditentukan oleh siapa dirinya, tetapi sejauh mana ia mampu menginspirasi.

Kepemimpinan perempuan bukan soal ingin menandingi laki-laki. Ini soal membuka ruang agar semua potensi bisa berkembang tanpa terhalang gender. IPM telah membuktikan bahwa perempuan bisa jadi pemimpin yang tangguh, strategis, dan penuh empati. Ini adalah implementasi nyata dari nilai-nilai emansipasi yang dulu diperjuangkan Kartini: bukan hanya membuka pintu, tetapi juga mengizinkan perempuan berjalan sejajar, bahkan memimpin barisan.

Maka, ketika kita memperingati Hari Kartini, kita tidak hanya menengok ke belakang. Kita sedang melihat ke depan—menyongsong masyarakat di mana setiap anak perempuan tidak ragu untuk bermimpi besar, memimpin dengan percaya diri, dan menyuarakan kebenaran tanpa takut dihakimi. Karena Kartini hari ini bukan hanya kenangan, tapi kenyataan yang terus diperjuangkan. Dan IPM, adalah salah satu jalannya.

  • Penulis adalah Aisyah Lathifunnisa, Ketua Umum PD IPM Kota Jogja 2023-2025.
  • Substansi tulisan sepenuhnya tanggung jawab penulis.
Parlemen Pelajar 2025: Izzul Muslimin Ajak Teladani Kisah Nabi Yakub dalam Membuka Peluang
Mungkin anda suka:
Advertisement

[adinserter name=”Block 2″]

Suka artikel ini? Yuk bagikan kepada temanmu!

Terpopuler :

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Fill out this field
Fill out this field
Mohon masukan alamat email yang sah.