IPM.OR.ID., MALANG – Insiden yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang pada Sabtu malam (3/9/22), merupakan kejadian yang mengundang pilu dan memberi luka duka yang mendalam bagi dunia sepak bola tanah air, bahkan dunia. Pasalnya, insiden yang menghilangkan 182 nyawa dan 200 orang luka-luka itu bukanlah hal yang dapat dibenarkan atas dalih apapun.
Kericuhan bermula karena kekecewaan para supporter Arema FC atas kekalahan klub kebanggaan mereka melawan Persebaya, mereka berbondong-bondong merengsek masuk ke lapangan, namun dihalau oleh aparat keamanan dengan tembakan gas air mata ke arah tribun penonton.
Tindakan yang dilakukan oleh aparat keamanan itu ternyata justru menimbulkan kepanikan menjadi semakin besar, banyak penonton yang terjatuh karena terinjak oleh penonton lain yang sama-sama panik, bahkan ada yang terjatuh karena sesak napas akibat gas air mata. Puncaknya ketika para penonton yang panik itu berbondong-bondong berebut menuju pintu 10 dan 12 sehingga terjadi penumpukan dan tragedi ratusan orang meninggal dunia.
Melihat hal ini, Pimpinan Pusat Ikatan Muhammadiyah (PP IPM) menyampaikan belasungkawa yang sangat mendalam atas peristiwa yang terjadi, sekaligus menyampaikan penolakan dengan tegas segala kekerasan dalam bentuk dan alasan apapun pada Insiden Kanjuruhan.
“Cukuplah Kanjurahan Berduka menjadi peristiwa terakhir yang tecatat dalam sejarah kelam sepak bola dunia dengan jumlah korban jiwa terbanyak nomor dua di dunia setelah Tragedi Peru 1964. Sudah sepatutnya hal ini menjadi refleksi bagi seluruh pihak untuk bisa menahan diri, sebesar apapun rivalitas antar tim dalam pertandingan, sportivitas pemain dan supporter tetap menjadi kunci utama dalam kemajuan sepak bola tanah air,” ucap Ketua Bidang Apresiasi Seni, Budaya, dan Olahraga PP IPM Faris Hamdan.
Kesuksesan timnas Indonesia dalam laga yang digelar Selasa lalu (27/9/22) melawan timnas Curacao menjadi langkah penting dalam sejarah sepak bola Indonesia, seharusnya juga berbanding lurus dengan euforia kesatuan jiwa seluruh supporter sepak bola tanah air tanpa membedakan latar belakang masing-masing. Sudah saatnya sepak bola Indonesia menjadi olahraga pemersatu bangsa yang mengharumkan tanah air di kancah internasional. *(Yud)