Fenomena globalisasi saat ini membuat semua hal berkembang, seperti muhammadiyah. Gerakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan ini, mengalami perluasan wilayah dakwah yang sering disebut dengan internasionalisasi.
Menurut KBBI, internasionalisasi adalah penginternasionalan, yaitu proses, cara, perbuatan menginternasional atau menginternasionalkan. menurut Rektor UMS, Sofyan Anif.
“Internasionalisasi gerakan Muhammadiyah adalah proyek besar yang bertujuan bukan hanya memperkenalkan tapi juga menempatkan dan menjadikan Muhammadiyah sebagai bagian dari umat Islam yang tak terpisahkan di level global,”.
Sofyan Anif juga mengatakan internasionalisasi gerakan dakwah Muhammadiyah yang telah digagas pada Muktamar Jakarta tahun 2000 adalah untuk menunjukkan bahwa Muhammadiyah telah matang dan mampu untuk memperluas syiar dakwahnya ke mancanegara.
Dengan kata lain Muhammadiyah sudah go international dan dilirik oleh masyarakat yang berada di luar negeri. Muhammadiyah telah dikenal oleh masyarakat dunia dengan reputasi yang sangat baik, seperti sumber daya manusianya yang unggul dan juga amanah dalam melaksanakan kemitraan.
Dilansir oleh https://muhammadiyah.or.id/ terdapat 24 Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) yang berada di luar negeri. Mulai dari Mesir, Pakistan, Jepang, Libya, Sudan, Belanda, Jerman, United Kingdom, Malaysia, Australia dan masih banyak lagi. Hal itu menandakan bahwa Muhammadiyah telah tersebar luas dan mampu menjadi organisasi internasional.
PCIM adalah cabang istimewa muhammadiyah yang mendapat perhatian langsung oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah. PCIM yang pertama kali diresmikan adalah PCIM Mesir pada Sabtu (23/11/2002). PCIM yang tersebar kebanyakan beranggotakan para mahasiswa yang mendapatkan beasiswa luar negeri dari Muhammadiyah.
Lantas menjadi sebuah pertanyaan bagaimana cara untuk mempertahankan PCIM jika kader-kader tersebut akan kembali ke Indonesia karena sudah menyelesaikan studinya di negara itu?
Hal ini harus menjadi perhatian kita semua sebagai warga muhammadiyah karena akan sangat disayangkan apabila PCIM dibiarkan begitu saja tanpa kepengurusan. Usaha untuk mendirikannya akan menjadi sia sia dan dakwah islam yang menjadi tujuan utama hanya akan menjadi wacana dan tidak dapat terwujud.
Jika kader telah menyelesaikan studinya maka kita perlu mengganti dengan kader lain yang dapat meneruskannya. Mengirim mahasiswa ke luar negeri dapat menjadi salah satu cara untuk mempertahankan PCIM karena mahasiswa yang dikirim bisa menjadi kader pengurus PCIM sambil berkuliah, dan jika studi mereka telah selesai maka digantikan dengan mahasiswa baru. Dengan begitu kader penerus akan tetap ada dan pendidikan bangsa akan lebih maju.
Selain itu, merekrut kader luar negeri juga dapat menjadi salah satu cara untuk mempertahankan PCIM. Seperti tapak suci putera muhammadiyah cabang Jerman (Tapak Suci e.V. Indonesische Kampfkunst Pencak Silat) yang sempat ramai dibicarakan. Pasalnya hampir semua anggotanya adalah orang Jerman.
Hal itu membuktikan bahwa merekrut kader luar negeri adalah hal yang mungkin dan dapat direalisasikan. Kita hanya perlu memberi bimbingan serta arahan khusus untuk para calon kader yang berminat untuk menjadi pengurus.
Internasionalisasi Muhammadiyah bukan hanya sebagai sarana untuk memperkenalkan eksistensi Muhammadiyah kepada khalayak umum. Muhammadiyah memperkenalkan Islam dengan cara yang berbeda, yaitu dengan menunjukkan keunggulan Muhammadiyah yang merupakan organisasi Islam.
Dengan kata lain Muhammadiyah berdakwah dengan memberi contoh orang Islam yang sebenarnya yaitu damai dan unggul. Kita sebagai umat muslim juga harus siap berdakwah kepada siapapun, dimanapun, dan kapanpun.
- Penulis adalah Nur Laila Zulfa, Bidang Organisasi PR IPM SMA Muhammadiyah 1 Sukoharjo.
- Substansi tulisan sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis.
Referensi :
https://kbbi.web.id/internasionalisasi
https://suaramuhammadiyah.id/2021/10/25/muhammadiyah-miliki-reputasi-baik-di-mata-internasional/
https://muhammadiyah.or.id/cabang-istimewa/
https://suaramuhammadiyah.id/2022/01/08/tapak-suci-jerman-duta-budaya-islam-di-eropa/