IPM.OR.ID., SAMARINDA – Kasus bullying di kalangan pelajar cukup menjadi atensi akhir-akhir ini. Keresahan atas persoalan ini mendorong Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PD IPM) Samarinda mengambil tindakan untuk mencegah hal tersebut terjadi di kalangan pelajar Muhammadiyah, khususnya di Kota Samarinda.
PD IPM Samarinda Melalui Bidang Advokasi dan Kebijakan Publik menginisiasi kegiatan Sekolah Advokasi sebagai bentuk preventif atas maraknya kasus bullying di kalangan pelajar. Kegiatan ini berlangsung pada Jumat-Ahad (22 – 24/9/2023) di SMK Muhammadiyah 1 Samarinda.
Dengan tema Aksi Nyata Pelajar Muhammadiyah, Wujudkan Kader Yang Solutif dan Peduli Sesama, PD IPM Kota Samarinda melawan masalah bullying dengan gagasan dan aksi nyata. Menggaet 15 peserta terpilih dari ranting dan cabang IPM di Kota Samarinda, merepresentasikan mereka sebagai perwakilan advokat di kalangan pelajar Muhammadiyah.
Ketua Umum PD IPM Samarinda Muhammad Indra dalam sambutannya menegaskan bahwa kader IPM harus senantiasa merawat rasa empati untuk sesama dan menebang sikap apatis pada semua. Kader yang solutif diperlukan dalam hal ini untuk mencegah bibit perundungan tumbuh. Dengan Peduli Sesama, kader IPM bisa merangkul sesama pelajar untuk jalan menjauh dari segala kemungkinan bullying.
Sekolah advokasi ini “dikepalasekolahi” oleh Muhammad Ammar alias Master of Training. Sekolah Advokasi menggunakan metode gamifikasi dalam pelaksanaannya. Sehingga kegiatan berjalan dengan asik dan seru, tanpa menghilangkan esensi dari tujuan kegiatan ini.
Salah satu tujuan kegiatan ini adalah menumbuhkan nalar analitik dan rasa empati bagi pelajar Muhammadiyah dalam melihat problematika dan memberi solusi atasnya. Menghadirkan enam “guru” alias pemateri yang concern di bidangnya, para peserta dipetakan untuk belajar hal-hal yang mendukung advokasi dalam melawan bullying di kalangan pelajar.
Arif Rahmatullah (Pembicara materi “Peran Kader IPM Dalam Menyikapi Isu Daerah”) mengatakan bahwa pelajar acuh tak acuh dengan isu-isu yang terjadi karena cara penyampaian informasi yang tidak menarik.
“Banyak pelajar hari ini cenderung apatis soal isu-isu yang ada di daerah, sebab memang diinformasikan dengan tidak asyik. Nah inilah kesempatan kader IPM untuk memelopori rasa simpati pelajar untuk peduli dengan isu daerah dengan perspektif yang lebih asik,” ujar Arif.
Pasca kegiatan ini, peserta ditindaklanjuti untuk bergabung dalam perumusan Lembaga Advokasi PD IPM Kota Samarinda untuk kalangan pelajar. Lembaga ini akan menjadi sarana untuk koordinasi isu, penyelesaian masalah pelajar, hingga agenda aksi yang lebih strategis, khususnya di lingkungan pelajar. *(Fauzan/Sayida)