IPM.OR.ID. – Dalam Sistem Perkaderan Ikatan Pelajar Muhammadiyah (SPI) yang baru, terdapat pemangkasan jenjang perkaderan yang tadinya terdapat empat perkaderan Taruna Melati, menjadi tiga perkaderan Taruna Melati saja.
Pelatihan Kader Paripurna Taruna Melati Utama (PKPTMU) yang tadinya diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat IPM (PP IPM), kemudian diserahkan kepada Pimpinan Wilayah IPM (PW IPM). Salah satu PW IPM yang pertama kali menyelenggarakan TMU dengan modul SPI yang baru ini adalah PW IPM Jawa Tengah.
Sebelum pelaksanaan PKPTMU PW IPM Jawa Tengah yang akan mulai dihelat pada Sabtu (20/5/2023) di Klaten, PW IPM Jawa Tengah terlebih dahulu mengadakan Dialog Pra-PKPTMU yang diselenggarakan pada Kamis (18/5/2023) secara daring melalui Zoom Meeting.
Kegiatan ini mengundang Ketua Bidang Perkaderan PP IPM Nabhan Mudrik Alyaum dan Direktur Lembaga Fasilitator dan Pendamping (LFP) PP IPM Alfa Rezky Ramadhan sebagai pemateri.
Direktur LFP PP IPM Alfa Rezky Ramadhan mengatakan bahwa untuk memahami IPM, itu ternyata bukan dari apa yang kita alami saja, kita memerlukan analisis sebelum melakukan pergerakan di IPM.
“Kita harus membayangkan apa yang akan kita perbuat untuk IPM dan untuk membayangkannya itu dibutuhkan analisis, analisis sosial. Karena dalam pergerakan, kita harus bisa memahami konteks yang ada, kita harus memahami bagaimana ruangnya saat itu juga,” tutur Alfa.
Lebih lanjut, Alfa juga menyampaikan pentingnya pembaruan dalam perkaderan IPM karena yang akan menggerakkan IPM tidak lain dan tidak bukan adalah kader-kadernya.
“IPM akan selalu melihat eksternal dan internal IPM, karena itu saling mempengaruhi, kita bergerak dalam IPM bisa memengaruhi kondisi di luar IPM, begitupun sebaliknya. Hal itu tidak bisa dicari kalau kita tidak membaca buku, koran, bahkan tren di internet. Maka dari itu, kita harus memperbarui kaderisasi itu penting karena dia menjadi salah satu penentu proses hegemoni paling penting di IPM,” kata Alfa.
Tidak kalah menarik, Ketua Bidang Perkaderan Nabhan Mudrik Alyaum menjelaskan terkait latar belakang kenapa terdapat pembaruan SPI IPM.
“Kita perlu profil kader IPM. Ini sudah diusahakan oleh tim materi saat Muktamar Purwokerto. Dari sana lahir maqashid syariah, di antaranya adalah; Hifz al-din yang berarti taat beragama dan toleran; Hifz al-aql yang berarti cerdas; Hifz al-nafs yang berarti sehat jiwa dan raga; Hifzl al-nasl yang berarti cinta tanah air; Hifz al-mal yang berarti mandiri dan murah hati; dan yang terakhir adalah Hifz al-bi’ah yang berarti cinta lingkungan,” ujar Nabhan.
Karena itu, Nabhan mengatakan bahwa Bidang Perkaderan PP IPM sangat membuka berbagai improvisasi dalam proses perkaderan, yang penting dari itu adalah bagaimana dari perkaderan itu menghasilkan profil kader IPM yang telah disebutkan tadi.
“Perlu kejutan-kejutan baru dalam proses perkaderan milik IPM, terutama dalam PKPTMU PW IPM Jawa Tengah kali ini. Itu semua dapat terjadi jika didampingi oleh fasilitator yang matang, materi yang baik, tetapi juga tetap menyenangkan,” pungkas Nabhan.*(Yud)