Sudah lebih dari setengah abad Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) hadir sebagai sebuah reformasi bagi pelajar. Bak pelita yang bersinar dalam keadaan mati lampu. IPM hadir sebagai wadah pencerah kaum pelajar, sebagai salah satu bentuk reinkarnasi perjuangan Muhammadiyah di ranah pendidikan.
Sebagai anak dari Muhammadiyah, tentunya Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) memilik tujuan implementasi dalam berdakwah yang sama dengan Muhammadiyah. Bila Muhammadiyah terfokus pada masyarakat dewasa umumnya, IPM justru terfokus di kalangan pelajar. Sebuah ikatan yang tentunya telah mengubah banyak nasib anak adam di Indonesia.
Sebagai sebuah gerakan yang melakukan pembaruan di kalangan pelajar, tentunya para anggota IPM harus senantiasa memperbarui dirinya terlebih dahulu, sebelum ikut andil berjuang di dalamnya.
Pasalnya, hal ini merupakan sesuatu yang sensitif teman-teman sekalian. Semisal, seseorang yang senang berseru agar melaksanakan salat tepat waktu, lantas dirinya sendiri terkadang lalai dalam salat tentunya itu merupakan sebuah masalah yang tak bisa dibilang sepele. Dalam IPM sendiri juga terjadi hal yang sama.
Jika Allah SWT., telah menerangkan dalam Al-Qur’an surah Al-Ahzab ayat 59: “Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak wanitamu, dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampuan, lagi Maha Penyayang.”
Tentang arti dari surah di atas, barangkali teman-teman sudah mengerti maksud dan tujuannya apa. Tidak perlu dijelaskan lebih panjang lebar lagi, sebab kutipan ayat tersebut sudah sangat jelas maknanya.
Barangkali teman-teman, bisa perhatikan, bahwa Allah telah menjelaskan hal ini kepada Nabi dengan kalimat perintah yang berarti sebuah suatu kewajiban. Allah tidak berkata “hendaknya” tetapi “hendaklah”, yang menjelaskan sebuah kalimat perintah di dalamnya.
Tapi, jika menilik kembali tujuan kita sebagai pelajar yang ingin mengembalikan ajaran islam yang sebenar-benarnya. Barang kali kita lupa atau secara tidak langsung tanpa sadar, seringkali belum sempurna menutup aurat, belum sungguh-sungguh dalam melaksanakan perintah Allah SWT.
Bukan bermaksud untuk mengucilkan para ipmawati sekalian yang merasa pakaiannya belum syar’i atau ipmawan yang juga matanya belum terkontrol dengan pasti, kita tahu bersama, bahwa ipmawan dan ipmawati di IPM saat ini tengah berusaha untuk menjadi lebih baik lagi.
Tetapi ada baiknya bila hal ini bisa tersampaikan secara baik dan langsung, secara tegas dan tidak mengada-ada, bukan hanya kepada satu dua orang, tetapi bagi kita semua. Karena kita pun manusia biasa yang terkadang harus diingatkan berkali-kali agar bisa paham dan tersadar.
Sering kali, kita pergi ke acara-acara IPM, yang niat dan tujuannya untuk mengampanyekan Islam yang murni, sesuai Al-Qur’an dan As-sunnah serta Islam yang berkemajuan, tetapi cara kita berpakaian belum sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan As-sunnah. Yakin, dari kita ada yang masih sering memakai jilbab yang alhamdulillah menutupi dada, tetapi tidak menutupi samping rusuk dan lekuk pinggang kita. Meskipun memakai gamis sekalipun ipmawati sekalian, tetapi masih bisa menampakkan lekuk samping tubuh. Apakah ini sesuai tuntunan yang telah diajarkan atau tidak? Tentunya belum.
Allah menyeru kepada Nabi agar mengatakan kepada orang mukmin tentang berita ini. Hingga detik ini, yang perlu dipertanyakan bukan lagi bagaimana kader IPM mampu melakukan pembaruan bagi kalangan pelajar. Akan tetapi, sudah mampukah kita memperbarui diri kita sendiri atau belum, sudah bisakah kita berpakaian sopan santun sebelum menggurui orang lain tentang perintah di surah Al-Ahzab itu, sudah mampukah kita berperilaku dengan menjunjung tinggi adab, ataukah kita masih sering pamer pengetahuan dan lempar kursi saat musyawarah berlangsung. Ataukah, sudah mampukah kita menjaga arah pandang kita, ataukah masih saja terjebak dengan hubungan mata dan perasaan yang seringkali membabi buta, membuat kita terlena sejenak dengan nafsu yang mengatasnamakan cinta.
Teman-teman seperjuangan, satu almamater, satu gerakan tercinta. Bagaimana bisa, kita ikut andil bersama-sama dalam suatu gerakan yang yang bertujuan memurnikan Islam, sedang kita sendiri belum mampu melakukan pembaruan dalam diri kita sendiri.
Kita tahu sama-sama, berubah itu berat, tetapi percayalah teman-teman. Allah tidak akan pernah meninggalkan kita saat di titik nadir kehidupan, Allah tidak akan meninggalkan kita saat kita sendiri berjuang bersama agamanya. Allah akan terus membersamai kita dalam setiap langkah yang kita lakukan didasari dengan niat tulus karena-Nya.
Berhijrah itu mudah, tetapi istiqomah yang berat. Kita sama-sama belajar di sini, sama-sama ditempa untuk lebih baik. Mari sama-sama muhasabah dan mengingatkan diri sendiri sebelum mengingatkan orang lain.
Sesuatu yang tercipta dari niat yang bersih dan murni, niscaya akan selamanya abadi. Sama seperti perjuangan ini, kita memang belum sesempurna itu kawan, tetapi dengan terus menerus memacu diri untuk lebih baik membuat kita akhirnya semakin hari semakin sadar dan berubah perlahan.
Sama halnya seperti aplikasi, semakin update akan semakin lancar dan canggih dipakai, sama seperti itu, jika diri kita selalu ter-update dengan hal-hal yang positif bukan tidak mungkin, IPM di genggaman kita semakin jaya!
Jangan sampai, gerakan ini rusak di genggaman kita. KH Ahmad Dahlan pasti akan menangis di peristirahatan terakhirnya, melihat perjuangannya seabad lebih lalu, perlahan rusak oleh penerusnya sendiri, terlebih lagi Nabi Muhammad SAW. Pasti akan sedih, jika pada saat terakhir beliau masih mengingat kita semua, kita yang justru tak bisa mempertahankan ajaran beliau sampai akhir. Sungguh miris.
Islam Berkemajuan, sebab penggeraknya adalah orang-orang maju, yang terus memperbarui dirinya.
Nuun, walqolami wamaa yasthurun
*) Catatan
- Penulis adalah Fajry Annur, Ketua Umum PC IPM Wolo.
- Substansi tulisan sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.