Bidang Teknologi dan Informasi (TI) adalah satu dari diantara banyak bidang yang dicanangkan untuk ditambahkan di dalam kerangka Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) pada saat Muktamar XXII kemarin. Selain bidang teknologi dan informasi, ada juga bidang Pemberdayaan Perempuan—Rename dari bidang Ipmawati—kemudian ada juga bidang kesehatan, dan lingkungan hidup.
Pembahasan penambahan bidang ini memang sangat debatable. Banyak spekulasi yang bermunculan, mulai dari tudingan tim materi ingin mempergemuk struktural sampai spekulasi adanya unsur politis dalam penambahan bidangnya. Tapi penulis tidak akan membahas hal tersebut. Tulisan ini berangkat dari keresahan penulis akan argumen yang disampaikan oleh salah satu personil dari lembaga media PP IPM pada saat komisi A lalu bahwa bidang teknologi dan informasi tidak applicable diranah akar rumput, apakah benar?
Kondisi Akar Rumput
Di sisi lain dari keresahan yang sudah penulis sampaikan di atas, penulis juga memiliki banyak keresahan yang lain. Entah hanya spekulasi atau memang benar faktanya. Penulis merasa, setiap kali PP IPM mengeluarkan kebijakan, atau menambahkan bidang baru pada saat Muktamar, pasti hal-hal tersebut tidaklah pernah sampai ke akar rumput secara konkret dan jelas. Entah hal ini karena ada disparitas yang teramat jauh antara PP IPM dengan akar rumput, atau mungkin ada penyebab lain, tidak selarasnya antar struktural vertikal misalnya.
Penulis sebenarnya sangat setuju untuk dihadirkannya bidang teknologi dan informasi di periode depan. Karna penulis rasa, bidang tersebut sangat penting dan urgent. Terlebih kita sedang di dalam era disrupsi semacam ini. IPM harus melek teknologi. Kajian atau sekolah teknologi haruslah dimasifkan. Agar kita bisa memanfaatkan dengan baik kemajuan ini.
Dulu, perihal pembahasan mengenai teknologi, pasti sangat begitu erat dengan bidang PIP. Seakan media adalah ladang garap yang utama untuk bidang PIP. Karna faktanya demikian, rekan-rekan PIP di akar rumput, pasti fokus utamanya bukanlah keilmuan, tetapi adalah media, teknologi, dan informasi. Maka dengan dicanangkannya bidang teknologi dan informasi ini menurut penulis sangatlah pas dengan kondisi rekan-rekan di akar rumput.
Bidang PIP akan lebih bisa fokus memperdalam bahasannya mengenai keilmuan, diskusi, dialaog ataupun yang lainnya. Untuk perihal media, teknologi, dan informasi biarlah menjadi bahan garapnya bidang teknologi dan informasi ini. Tentu apa yang penulis sampaikan diatas sangat bekontradiksi dengan pernyataan salah satu Lembaga Media PP IPM yang menyatakan bahwa bidang teknologi dan informasi tidak applicable untuk akar rumput. Justru menurut penulis bidang ini sangatlah applicable dengan melihat fakta dilapangan yang ada.
Teknologi dan Informasi: Bidang atau Lembaga?
Menurut penulis, yang lebih unapplicable untuk pimpinan akar rumput adalah lembaga, entah lembaga apapun itu namanya, tak terkecuali lembaga media sekalipun. Lembaga hanya bisa hadir dan diterima oleh pimpinan atas.
Apabila Teknologi dan Informasi (TI) hadir dalam bentuk bidang, penulis rasa hal ini menjadi angin segar untuk rekan di akar rumput. Mereka akan lebih bisa leluasa melakukan pembahasan media dan teknologi secara masif di bidang ini, serta kemudian juga bisa leluasa memperdalam bahasan keilmuan dibidang PIP.
Tetap menjadi lembaga untuk teknologi dan informasi menurut penulis bukanlah solusi untuk pimpinan akar rumput. teman-teman diakar rumput perlu kemasan yang rapi, jelas, dan konkret serta mengikat.
Menjadi sebuah bidang adalah solusinya. Ketika teknologi dan informasi menjadi sebuah bidang, lantas kemudian PP IPM menghadirkan guide booknya, penulis rasa bidang ini akan banyak peminatnya. Menjadi keuntungan tersendiri bagi IPM akar rumput, mengingat syiarnya berbasis minat dan bakat.
Di sisi lain, ketika menjadi sebuah bidang, teknologi dan informasi akan memiliki jalan dan alur yang sistematis, konkret, dan masif. Tak lupa juga terintregasi dari pimpinan akar rumput sampai pada PP IPM. Maka, menurut penulis, menjadi sebuah bidang adalah solusi yang lebih progresif dan berkemajuan. Karena kita melihat secara obyektif dari mulai akar rumput sampai dengan pimpinan atas. Akan tetapi karna hasil Muktamar XXII lalu berkata lain, penulis hanya bisa berharap mungkin di Muktamar XXIII, teknologi dan informasi bisa bertransformasi menjadi sebuah bidang.
*) Catatan
- Penulis adalah Daei Aljanni, Korps Fasilitator PW IPM Jawa Tengah, Ketua Bidang Perkaderan PD IPM Klaten.
- Substansi tulisan sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.