IPM.OR.ID., JAKARTA – Hamim Ilyas mengatakan bahwa ibadah itu dilakukan bukan untuk mencari keuntungan di dunia, sebab, ibadah dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Hal itu disampaikan Hamim pada acara Seminar Pra Muktamar IPM ke XXII pada Minggu (14/03/21) melalui Zoom Meeting.
Seminar Pra Muktamar yang diselenggarakan oleh PP IPM ini mengusung tema, “Pelajar Berkemajuan Sebagai Pelopor Moderasi Beragama”. Dalam acara itu, Hamim Ilyas turut hadir menjadi pembicara.
Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu mengatakan bahwa tauhid di Muhammadiyah itu, sebagaimana di mazhab-madzhab yang lain, menjadi ajaran dasar.
Tauhid: Ajaran Dasar dalam Ber-Muhammadiyah
Ajaran dasar dalam hal ini maksudnya adalah ajaran yang menjadi dasar dari semua paham dan menjadi landasan dalam ber-Muhammadiyah. Sehingga untuk bisa disebut warga Muhammadiyah yang berkemajuan itu, maka, setiap warga persyarikatan tentu saja harus mengikuti ajaran dasar dari Muhammadiyah.
Setidaknya ada 7 ajaran dasar dari Muhammadiyah sebagaimana diterangkan oleh Hamim: (1) Ketuhanan, (2) kemanusiaan, (3) kemasyarakatan, (4) keagamaan, (5) ittiba’ nabi, (6) berorganisasi (untuk melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar), dan (7) Muhammadiyah memperjuangkan negara dimana Muhammadiyah itu ada agar menjadi negara yang baldatun tayyibatun warabbun ghafur.
“Oleh karenanya, untuk menjadi Muhammadiyah, maka, mengikuti 7 ajaran dasar ini seharusnya tidak hanya menjadi dokumen organisasi. Tetapi, aqidah organisasi,” terang Hamim.
Ibadah Bukan untuk Mencari Keuntungan di Dunia!
Dalam pemaparan lebih lanjut, Hamim mengatakan bahwa salah satu aspek dari tauhid ialah Allah adalah satu-satunya Tuhan yang berhak untuk disembah.
Ibadah menurut Hamim itu dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan untuk mencari keuntungan di dunia dan bukan pula untuk mencari pahala di akhirat.
“Kalau kita mendekatkan diri kepada Allah, maka, kita bisa dekat dengan Allah. Ketika kita sudah dekat dengan Allah, maka, kita mendapatkan rida Allah. Dan ketika sudah mendapatkan rida Allah, maka, kita akan mendapatkan anugrah yang besar,” jelas Hamim.
Hamim selanjutnya mengatakan bahwa ibadah yang didasari atas rida Allah akan membentuk keikhlasan.
Tauhid Rahamutiyah: Inti Sifat Allah Itu Rahma
Tauhid Rahamutiyah adalah kepercayaan bahwa Allah yang Maha Esa telah wewajibkan diri-Nya sendiri memiliki sifat dasar rahma.
“Inti sifat allah itu adalah rahmah. Sehingga, kalau pembagian tauhid itu dikaitkan dengan persepsi rahmat tuhan, maka Allah menjadi rab, menjadi hakim, menjadi tuhan yang disembah itu berdasarkan rahma,” ungkap Hamim.
Lebih lanjut, Hamim berpendapat bahwa dalam tauhid itu dipercayai bahwa Allah menjadi Ilah, Rab, Malik, ‘Aziz, Muntaqim (Maha Menghukum), dan pelaksanaan aktualisasi asma dan sifat fi’liyah yang lain berdasarkan cinta kasih. Bukan berdasarkan kebencian atau kemarahan dan kekuasaan. *(iant)