IPM.OR.ID, Yogyakarta – Dalam Rangkaian Milad IPM ke-56, PP IPM menyelenggarakan Seminar Literasi untuk memberikan pemaparan kepada pelajar, khususnya tentang literasi pelajar dan pendidikan karakter yang saat ini menjadi isu hangat. Acara ini dilaksanakan pada Sabtu (22/7) pagi di Aula AR Fakhruddin B, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Pembicara pada seminar ini adalah Hafizh Syafaaturrahman (Sekjend PP IPM), Machendra Setya Atmaja (Staf Teknis Mendikbud RI), dan Arif Jamali Muis (Alumni PP IRM dan Praktisi Pendidikan). Setiap pembicara memberikan pemaparan terkait bidang keahliannya masing-masing.
Hafizh menyatakan bahwa secara umum PP IPM memandang penguatan karakter merupakan hal yang perlu dilakukan dalam pendidikan Indonesia, namun beberapa hal di dalamnya perlu diperjelas. “PP IPM sekaligus meminta kepada pembicara untuk memaparkan materi untuk memperjelas keadaan agar program ini dapat dipahami dengan baik,” kata Hafizh sebagai pembicara pembuka.
Machendra memaparkan, “Program Penguatan Karakter (PPK) merupakan bagian dari Nawacita yang diusung oleh Presiden Joko Widodo, untuk memperkuat peran sekolah sebagai pemantau aktivitas pendidikan dan menyempurnakan kombinasi pendidikan pada keluarga dan lingkungan. Program ini juga bukan untuk menambahkan pelajaran, melainkan untuk memperkuat ranah kokurikuler sehingga karakter-karakter yang saat ini termuat pada pelajaran secara teoritis bisa lebih dilakukan secara praktis.”
Arif Jamali menyampaikan bahwa penguatan pendidikan karakter harus dikaji lebih dalam lagi. “Pengkajian diperlukan karena program penguatan karakter dalam wujud sekolah 5 hari akan memberi dampak-dampak yang mempengaruhi berbagai pihak termasuk IPM. Kegiatan non-kurikuler dan keorganisasian pasti terpengaruh kebijakan ini. Oleh sebab itu perlu modal berupa pedoman dan mekanisme, serta perlu kita kritisi,” tandas Arif.
Seminar Literasi ini diikuti oleh PW IPM se-Indonesia dan kader-kader IPM di sekitar DI Yogyakarta dan Jawa Tengah. Sehingga diharapkan pemahaman akan program pendidikan dan literasi di Indonesia dapat dipahami oleh pemangku kebijakan maupun pelajar secara langsung. (oase/nab)