Semiloknas 2: Wujud Komitmen PP IPM dalam Penguatan Perkaderan

Semiloknas 2: Wujud Komitmen PP IPM dalam Penguatan Perkaderan

Uncategorized
93 views
Tidak ada komentar
Semiloknas 2: Wujud Komitmen PP IPM dalam Penguatan Perkaderan

Semiloknas 2: Wujud Komitmen PP IPM dalam Penguatan Perkaderan

Uncategorized
93 views
Semiloknas 2: Wujud Komitmen PP IPM dalam Penguatan Perkaderan
Semiloknas 2: Wujud Komitmen PP IPM dalam Penguatan Perkaderan

IPM.OR.ID., JAKARTA – Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM) menorehkan capaian gemilang dengan sukses menggelar Semiloknas (Seminar dan Lokakarya Nasional) & Kick Off Pilot Project SPI (Sistem Perkaderan IPM) 2025. Bertempat di Kantor PP Muhammadiyah, Jakarta, agenda ini berlangsung pada Kamis (27/2/2025), menjadi langkah awal menuju sistem perkaderan yang lebih progresif dan berdaya saing.

Kegiatan ini diawali dengan pembukaan serta Kickoff Pilot Project SPI, dengan dihadiri oleh Majelis Dikdasmen PNF PP Muhammadiyah Gufron Amirullah, Ketua Umum PP IPM Riandy Prawita, dan Ketua Bidang Perkaderan PP IPM Ganis Khoirun Nisa’. 

Semiloknas 2 merupakan forum strategis yang diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM) dengan tujuan mengasah muatan Sistem Perkaderan IPM (SPI) yang telah di lokakaryakan, termasuk tambahan draf yang dikirim oleh Pimpinan Wilayah (PW) IPM dan Pimpinan Daerah (PD) IPM se-Indonesia.

Pada kegiatan Semiloknas 2, acara ini menghadirkan dua narasumber inspiratif, yakni Syahrul Ramadhan dan Yusuf Yanuri.

Syahrul Ramadhan merupakan akademisi pendidikan agama Islam. Beliau telah menulis karya ilmiah tentang peran guru Pendidikan Agama Islam dalam memotivasi siswi untuk menggunakan jilbab di luar sekolah, berdasarkan studi kasus di Kelas X SMA Mekar Arum Bandung.  

Sedang Yusuf Yanuri adalah akademisi di University of Edinburgh. Fokus penelitian beliau mencakup dunia Muslim yang terglobalisasi. Salah satu karya ilmiahnya berjudul “Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM) and the Ideology of Progressive Islam: Construction, Genealogy, and Current Development”.  

Syahrul Ramadhan mengatakan bahwa di Arab dada yang lapang merupakan kiasan untuk menggambarkan kekuatan dan kesabaran seseorang.

“Di Arab, terdapat simbol-simbol tertentu, sebagaimana di Jawa juga terdapat kiasan untuk memuji kecantikan dan kehebatan seseorang. (Syahrun Sadr: Dada yang lapang, Insyirah ayat 1). Ungkapan ‘dada yang lapang’ merupakan kiasan dalam budaya Arab yang digunakan untuk menggambarkan seseorang yang kuat dan sabar dalam menghadapi berbagai tantangan,” ucap Syahrul.

Syahrul juga menegaskan pentingnya kesehatan jiwa bagi kader, sehingga diperlukan wadah konsultasi psikologis.

“Dalam ayat ini, tidak hanya dibahas mengenai kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan jiwa. Karena itu, IPM perlu memiliki wadah yang dapat menjadi ruang konsultasi bagi kader dalam aspek psikologis,” tambahnya.

Lebih lanjut, ia mengingatkan bahwa umat Islam perlu kembali pada nilai-nilai Islam agar peradabannya maju, serta menjadikannya sebagai landasan pengkajian.

“Jika umat Islam ingin memajukan peradabannya, maka perlu kembali pada nilai-nilai Islam. Penting bagi kader untuk menjadikan Islam sebagai landasan dalam pengkajian, sehingga tetap berada dalam koridor yang benar dan tidak terpengaruh oleh tren semata,” ujar Syahrul.

Sementara itu, Yusuf Yanuri menyoroti pentingnya peran pimpinan daerah dalam struktur organisasi IPM. Menurutnya, pimpinan daerah memiliki posisi strategis karena dapat mengakses informasi dari pimpinan wilayah serta mengawasi dan mengkader pimpinan ranting dan cabang.

“Struktur yang paling strategis berada di tingkat pimpinan daerah, karena dapat mengakses informasi dari pimpinan wilayah serta mengawasi dan mengkader pimpinan ranting dan cabang,” ungkap Yusuf.

Ia juga menekankan agar PD IPM fokus pada satu hal utama agar hasilnya lebih maksimal dan berdampak.

“Pada tingkat PD IPM tidak harus menyelesaikan semua permasalahan sekaligus, tetapi cukup fokus pada satu hal utama agar hasilnya lebih maksimal dan berdampak,” jelasnya.

Selain itu, Yusuf mengajak IPM di setiap daerah untuk memiliki identitas yang khas dan jelas, sesuai dengan karakteristik masing-masing wilayah.

“Sudah saatnya IPM memiliki identitas yang jelas dan khas. Misalnya, IPM di Kabupaten A dikenal dengan gerakan lingkungan bersih, sementara IPM di Kabupaten B unggul dalam sistem kewirausahaannya,” pungkas Yusuf. *(Nabila)

Menalar Dakwah, Memahami Realitas: Sebuah Refleksi PDPMN 2025
Luncurkan Pilot Project SPI: PP IPM Perkuat Kaderisasi dalam Ikatan
Mungkin anda suka:
Advertisement

[adinserter name=”Block 2″]

Suka artikel ini? Yuk bagikan kepada temanmu!

Terpopuler :

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Fill out this field
Fill out this field
Mohon masukan alamat email yang sah.