Banyak dari kita menganggap jika memaksa orang lain untuk melakukan sesuatu yang kita inginkan untuk tujuan baik itu merupakan hal yang benar untuk dilakukan. Namun, daya tangkap masing-masing individu itu berbeda. Kesadaran untuk melakukan sesuatu itu muncul apabila hati dan pikiran itu ikhlas dan tulus untuk melakukannya. Tidak dengan paksaan. Namun, banyak fenomena terjadi di lingkungan bahwa dengan paksaan orang akan menjadi lebih terbiasa melakukan sesuatu.
Di ranah organisasi seperti IPM, kesadaran internal perlu ditumbuhkan dan dibangun sehingga dapat mencetak kader-kader yang militan serta tidak mengedepankan sikap egois dalam mengambil keputusan. Namun faktanya, tidak semua kader IPM memiliki kesadaran dalam berorganisasi, terutama dalam hal kerja sama. Contohnya, suatu ketika seorang kader yang hanya sekadar ikut-ikutan saja dan menunggu instruksi untuk melakukan sesuatu. Orang ini berpikir kalau melakukan hal tanpa diperintah terlebih dahulu itu berujung melakukan kesalahan. Tentunya hal ini menyebabkan terjadinya miss communication.
Pentingnya menumbuhkan kesadaran dan kepekaan ini seharusnya sudah diketahui sejak kita mulai berkecimpung di dunia organisasi. Sebagai kader yang mempunyai militansi yang tinggi dan etos kerja yang baik, seharusnya kepekaan kita itu sudah seharusnya menjadi prinsip kita dalam menjalankan suatu amanah atau kewajiban. Namun faktanya, tidak semua orang memiliki prinsip yang sama. Hal ini dapat menyebabkan terhambatnya progres pimpinan dalam mencapai visi misinya. Akibatnya, target dan tujuan yang sudah dirancang tidak terlaksana dengan baik.
Bagi sebagian orang, memaksa orang lain melakukan sesuatu itu dapat memuaskan hati kita. Dalam organisasi IPM sendiri, kader-kader junior yang baru saja mengenal dunia organisasi, terkadang dituntut untuk bisa melakukan apapun yang diperintahkan oleh Pimpinan. Hal ini, menurut saya adalah sikap yang kurang pas. Selain menerapkan sistem senioritas, sikap ini juga menyebabkan terjadinya kesalahpahaman di antara pimpinan dan anggota. Memang, menurut pimpinan sendiri itu sudah menjadi tanggung jawab mereka selaku anggota. Namun, jikalau dengan tuntutan atau perintah, itu tidak akan diterima dengan baik. Alhasil mereka melakukan nya dengan terpaksa dan itu hanya akan meninggalkan bekas luka didalam hati mereka.
Lalu bagaimana menumbuhkan kesadaran internal dalam organisasi?
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran internal, misalnya dengan memberi contoh mulai dari diri kita sendiri dan melakukan bimbingan rutin terhadap kader. Hal ini tidak hanya berlaku untuk kader baru saja, melainkan untuk semua kader yang merasa dirinya belum maksimal dalam melaksanakan roda kepemimpinan. Saling bertukar pikiran dan bincang santai juga sangat membantu sesama kader agar memudahkan kita dalam memahami satu sama lain. Terkadang kegiatan-kegiatan itulah yang sangat dirindukan oleh para kader di tengah padatnya jadwal program kerja yang harus dilaksanakan.
Sebagai kader IPM, kita seharusnya mengerti bahwa tidak semua orang mampu untuk melakukan apa yang kita inginkan. Tiap orang memiliki kondisi yang berbeda-beda, baik itu fisik, mental maupun pemikirannya. Jadi, untuk menumbuhkan kesadaran internal perlu adanya kerjasama dan kesepakatan bersama bahwa kita di organisasi itu merupakan satu tubuh. Jika satu bagian badan sakit, maka anggota tubuh yang lain akan merasakannya. Mementingkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi itu perlu dilakukan. Melakukan sesuatu tanpa paksaan, melainkan dengan bimbingan agar kita lebih tahu cara melakukan yang benar dan menjadi evaluasi diri untuk kedepannya. Maka dari itu, perlu bagi kita untuk bergotong-royong agar terciptanya organisasi yang inovatif dan mandiri.
Sesuatu yang baik itu dimulai dari diri sendiri, bukan dari orang lain
*) Catatan
- Penulis adalah Mahda Khufiati Syaharani, Ketua Bidang Perkaderan Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Muhammadiyah Nogosari.
- Substansi tulisan sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.