IPM.OR.ID., JAKARTA – Program Culture, Literacy, and Art-Based Initiative on Promoting Inclusive Society (CLAP_Project), hasil kolaborasi antara Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM) dan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta.
CLAP_Project kembali hadir dengan kegiatan inspiratif bertajuk Listening to Your Soul: Mari Bercerita, Merayakan Kenangan, dan Merangkai Kata. Acara ini berlangsung di Ruang Roy B. B., Janis, Baca diTebet, pada Sabtu (1/2/25).
Melalui Listening to Your Soul, peserta diajak untuk menggali kesadaran diri, memahami perasaan dan pikiran, serta merangkai nilai-nilai pribadi sebagai langkah menemukan makna dan tujuan hidup.
Acara kali ini turut dihadiri oleh Emerging Voices Exchange Coordinator US Embassy Jakarta Irmina Reniarti, Ketua Pengkajian Ilmu Pengetahuan (PIP) PP IPM Briliant Dwi Izzulhaq, Manager CLAP_Project Ulima Nabila Adinta, dan diikuti oleh 25 peserta terpilih.
Dalam sambutannya, Ulima Nabila Adinta berharap agar CLAP_Project dapat memberikan warna baru yang menginspirasi para peserta.
“Semoga CLAP_Project menghadirkan warna baru yang menginspirasi bagi teman-teman. Kami berharap bahwa CLAP_Project ini tidak hanya diikuti oleh anak IPM saja tapi juga anak-anak muda yang ingin belajar dan juga ingin menjadikan seni sebagai sebuah pendekatan kita dalam belajar suatu hal,” ujar Nabila.
Ketua PIP PP IPM Briliant Dwi Izzulhaq, mengatakan bahwa Ikatan Pelajar Muhammadiyah memiliki perhatian khusus pada kegiatan belajar, menulis, dan literasi serta berfokus kepada pribadi pelajar yang peduli pada diri sendiri dan lingkungan sekitar.
“Dalam IPM, kita concern kepada belajar, menulis, literasi dan lebih umum dan luas dari pada itu kita concern kepada bagaimana kita bisa membentuk kepribadian pelajar yang tidak hanya dekat dengan dirinya sendiri, tetapi juga dekat dengan lingkungannya,” ujar Briliant.
Art Class CLAP kali ini menghadirkan sosok inspiratif, Reda Gaudiamo, selaku Duta Digital Literasi dari United Nations Indonesia yang terpilih pada Mei 2024. Kegiatan ini dibuka dengan cara yang unik—Reda mengajak para peserta untuk berbagi cerita sederhana tentang kejadian yang mereka alami satu jam yang lalu.
Melalui pendekatan tersebut, para peserta diajak lebih peka terhadap detail kecil di sekitar mereka, sebagai langkah awal untuk menggali imajinasi. Tidak berhenti di situ, mereka juga diajak mengeksplorasi kreativitas lewat goresan tinta di atas kertas kosong, mengisi setiap baris dengan ide-ide yang lahir dari pikiran mereka sendiri.
Reda Guadiamo mengatakan bahwa menulis mengajarkan seseorang untuk rendah hati karena melalui menulis atau merangkai kata orang akan memahami berbagai hal dengan lebih dalam.
“Menulis mengajari kita untuk rendah hati. Karena menulis memaksa kita membuka mata,” ujar Reda.
Reda menginspirasi para peserta untuk tidak hanya menulis, tetapi juga memahami makna di balik setiap kata.
Kegiatan ini menjadi ruang refleksi sekaligus ekspresi, membuktikan bahwa imajinasi tidak memiliki batas selama kita berani menuangkannya.*(Nabila)