Sebuah gerakan adalah hal yang wajar terjadi dalam organisasi pelajar yang dinamis, oleh karena itu lah IPM disebut sebagai gerakan bukan sekedar organisasi. Setiap gerakan mempunyai ciri khas dinamikanya tersendiri, sehingga wajar apabila ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dianut oleh ikatan ini, akan menimbulkan pemberontakan dari moral pelajar yang dilakukan dengan menindak lanjuti seperti advokasi dan hal lainnya.
Untuk memecahkan masalah ini, saya berpendapat bahwa pengelolaan organisasi atau manajemen organisasi menjadi hal yang penting, bagi seorang pimpinan untuk menentukan sikap dan arah pergerakan. Naif sekali, jika sebuah pimpinan tidak mampu menerapkan nilai-nilai juang ditubuh seorang kadernya. Bukan kah sebuah kekhawatiran utama dari sebuah organisasi adalah matinya pemikiran kritis dari seorang kader? Tentu ini menjadi sebuah PR penting bagi IPM kedepannya.
Pemikiran Kritis adalah Modal yang Utama
Pengelolaan dengan pemikiran kritis sebagai nilai utamanya ini, akan membawa gerakan menuju transformasi ke arah yang lebih baru. Transformasi ini nantinya melibatkan semua organ penggerak, baik dari Badan Perangkat Harian (BPH) organisasi maupun seluruh anggotanya. Tujuannya ia lah untuk memecahkan setiap permasalahan yang dihadapi oleh zaman sekarang. Sebagai contoh, Muhammadiyah yang di dirikan oleh K.H Ahmad Dahlan pada tahun 1912 adalah untuk memberantas TBC (Tahayyul, Bid’ah dan Curafat). Namun, pada zaman serba digital dan teknologi ini, apakah masih relevan jika Muhammadiyah hanya mematung pada permasalahan TBC? Tentu saja tidak. Muhammadiyah sebagai organisasi besar yang memayungi 3.334 Sekolah, 122 rumah sakit dan triliunan saluran bantuan sosial. Tentu tidaklah sama misi utama Muhammadiyah pada saat itu dengan saat ini.
IPM harus mampu mentransformasikan gerakan pelajar dari yang dulunya hanya dalam ruang lingkup agama menjadi gerakan yang mampu menyelesaikan permasalahan pelajar yang ada pada zaman sekarang ini.
Langkah-Langkah yang Bisa Diambil
Terkadang saya iseng nanya, kepada beberapa teman tentang permasalahan ini, dan seringkali pertanyaan yang saya lemparkan malahan menjadi pertanyaan kembali “oh iya ya, gimana ni cara melakukannya?”. Spontan saya teringat salah satu poin dibuku “Pelajar Bergerak; Menuju Indonesia Berkemajuan”, yang paling relevan ntuk di amini dan dicerna yaitu, dengan teori social movement yakni mobilisasi kemampuan. Bagaimana kemampuan-kemampuan kita diorganisasi digerakkan untuk menuju perubahan yang kita kehendaki dan dikendaki pula oleh aliansi organisasi. Misalnya, Apa sih yang sudah kita miliki? Massa, teknologi, ideologi, loyalitas, dedikasi, data akurat, menjadi sebuah formula dasar untuk membangun sebuah transformasi perubahan.
Nah, untuk yang kedua adalah membuat semacam gambaran permasalahan yang dihadapi, yang nantinya akan berkesinambungan dengan point yang pertama. Saya berikan contoh kembali, perpaduan yang kompleks antara teknologi dan data akurat permasalah yang disalurkan melalui tulisan, bisa saja kemudian di update ke laman media adalah bagian advokasi di media sosial. Seperti permasalahan, kekerasan seksual, degradasi moral, normalisasi bahasa, maraknya penggunaan tembakau dikalangan pelajar, menjadi sebuah isu yang harus dipublish ke publik. Gerakan semacam ini sudah menjadi bagian nilai plus dalam melaksanakan transformasi secara ideal dimedia sosial.
Dari rumusan diatas, yang menjadi point pentingnya adalah bagaimana mengelelola organisasi dengan baik, sehingga membangkitkan kesadaran kader penggerak yang harus diperdayakan. Selanjutnya adalah menganalisis realita yang terjadi dalam kehidupan sosial. Analisis ini sangat membantu, karna dapat membuat kerangka pemikiran pelajar hingga terbentuknya sebuah jawaban yang visioner dan moderat. Permasalahan pendidikan yang kurang akurat dengan kondisi real pelajarnya menjadi sebuah permasalahan yang harus dipecahkan dengan pemetaan kerangka berpikir tadi.
Pergerakan intelektual IPM harus diselaraskan dengan realita permasalahan zaman kini. Transformasi yang sesungguhnya adalah ketika kehadiran IPM dimasa sekarang dibutuhkan dan memang masih relevan hadir ditengah-tengah umat. IPM harus menjadi pelajar kritis dalam berfikir, membaca buku, melek digital untuk mewujudkan transformasi gerakan dengan sistem manajemen organisasi yang baik.
- Penulis adalahSaya Muhammad Alfhat GIfari, Anggota bidang PIP PW IPM ACEh. Saat ini saya mahasiswa S1 Ilmu Pemerintahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Syiah Kuala.
- Substansi tulisan sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.