IPM.OR.ID., WONOSOBO – Tobacco Control Ikatan Pelajar Muhammadiyah (TC IPM) bersama Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PW IPM) Jawa Tengah sukses menggelar TC IPM Tour 2025 dengan tema “Media sebagai Alat Advokasi dalam Mendukung TAPS Ban dan Standarisasi Bungkus Rokok”, pada Jumat (21/2/2025).
Kegiatan yang dilaksanakan di SMK MUTU Wonosobo ini dihadiri oleh 100 pelajar. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya rokok serta mendukung implementasi Peraturan Pemerintah (PP) No. 28/2024 tentang standardisasi kemasan rokok.
Dalam kegiatan ini, hadir sebagai pemateri utama Muna dari Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Wonosobo. Muna menjelaskan berbagai dampak kesehatan akibat rokok, mulai dari gangguan pernapasan, penyakit jantung, hingga risiko kanker.
“Sebagai generasi muda, kita harus berani mengambil sikap untuk menolak rokok. Edukasi harus dimulai dari lingkungan terdekat, termasuk keluarga dan teman sebaya,” pesan Muna.
Sekretaris Umum PW IPM Jawa Tengah Syifa Yustiana menekankan pentingnya kesadaran kolektif dalam mencegah konsumsi rokok di kalangan pelajar.
“Ini adalah bentuk perjuangan kita sebagai pelajar Muhammadiyah untuk menjaga generasi dari bahaya tembakau,” ujar Syifa.
Selain itu, kegiatan ini menegaskan kembali komitmen pelajar Muhammadiyah terhadap fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah tahun 2010 yang mengharamkan merokok.
Peserta turut dilibatkan dalam aksi pembuatan Surat Dukungan Implementasi PP 28/2024 sebagai bentuk advokasi pelajar dalam mendorong kebijakan kemasan rokok polos. Langkah ini diharapkan mampu mengurangi daya tarik produk tembakau, khususnya bagi generasi muda.
Dalam kesempatan ini Rizki Anugrah Robbi, selaku Kabid Advokasi dan Kebijakan Publik PW IPM Jawa Tengah menyampaikan pentingnya tobacco control dalam menjaga kesehatan generasi mendatang.
“Kontrol tembakau harus menjadi perhatian utama kita sebagai pelajar. Dengan adanya regulasi yang kuat dan kesadaran yang tinggi, kita bisa mengurangi dampak buruk rokok bagi masyarakat,” ungkap Rizki.
Lebih lanjut, Rizki menambahkan bahwa peran aktif pelajar dalam mengadvokasi kebijakan pengendalian tembakau sangatlah penting.
“Kita harus bisa menjadi generasi yang sadar akan bahaya rokok dan menyuarakan perubahan melalui berbagai media. Jangan sampai industri rokok terus menargetkan anak muda sebagai konsumen baru. Oleh karena itu, kita perlu terus mengedukasi lingkungan sekitar kita agar lebih peduli terhadap isu ini,” tegas Rizki.
Dalam kesempatan ini, peserta diajak memahami peran media dalam kampanye pengendalian tembakau, termasuk mendukung kebijakan TAPS Ban—pelarangan total terhadap iklan, promosi, dan sponsor rokok. Para peserta juga mendapatkan wawasan tentang bagaimana media sosial dapat digunakan sebagai alat advokasi yang efektif dalam menyebarluaskan informasi mengenai bahaya rokok.
Kegiatan ini ditutup dengan komitmen bersama untuk menjadi agen perubahan di lingkungan keluarga dan sekolah, sejalan dengan visi Muhammadiyah dalam menciptakan masyarakat yang sehat dan berkemajuan. Dengan adanya semangat kolaborasi dan kesadaran kolektif, diharapkan generasi muda semakin aktif dalam mengkampanyekan gaya hidup sehat dan bebas rokok.*(yud)