IPM.OR.ID, JAKARTA – Produksi rokok di Indonesia dari tahun ke tahun menunjukan peningkatan. Badan Kebijakan Fiskal (BKF) mencatat, produksi rokok mencapai 344,52 miliar batang di tahun 2014 dan 348,12 miliar batang di tahun 2015.
Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM) mengadakan publikasi hasil risetnya yang berjudul “Hubungan antara Status Merokok pada Pelajar dengan Iklan, Promosi, dan Sponsor Rokok di Pulau Jawa pada sesi DIA-LO-GUE kali ini di Kantor Pusat Muhammadiyah, Jakarta Pusat, Selasa (19/9/17).
Velandani Prakoso, menjelaskan bahwa penelitian dilakukan dengan menyebar kuisioner ke siswa sekolah menengah. “Penelitian dilakukan dengan menyebar kuesioner ke siswa sekolah menengah di enam (6) Ibu Kota Provinsi se-Jawa. Sebanyak 1261 pelajar dengan usia 8 – 16 tahun menjadi responden.”, jelas Ketua Umum PP IPM tersebut.
Ia juga menjabarkan hasil kuisioner yg disebar. “Persentase usia mulai merokok di kalangan pelajar meningkat di atas 15% pada usia 13 – 16 tahun. Dari rentang itu, persentase paling tinggi ada di usia 14 tahun sebesar 22%. 13 – 16 tahun merupakan usia remaja produktif pada jenjang SMP-SMA.”, lanjutnya.
Velandani Prakoso, yang akrab dipanggil Andan ini berpendapat bahwa para perokok remaja menjadi salah satu kelompok usia yang juga menyumbang tingginya angka tersebut. “Remaja perokok ini salah satu kelompok usia penyumbang tingginya produksi rokok.”, ungkap Andan
Pada acara DIA-LO-GUE yang terbuka untuk seluruh pelajar Indonesia ini Andan mengungkapkan bahwa pelajar sebagai perokok pemula yang terpengaruh promosi dan iklan rokok di media. “Mereka adalah perokok pemula yang terpengaruh citra buatan industri rokok melalui promosi dan iklan di berbagai media. Selain mudah dipengaruhi dengan stimulan-stimulan media, pelaku industri rokok menyasar para remaja karena akan ditarget menjadi konsumen loyal untuk produknya di masa depan.”, bebernya. *(and/put)