IPM.OR.ID., SURABAYA – Basic instinct alias naluri dasar sebagai wartawan atau penulis harus terus dirawat. Pemimpin Redaksi PWMU.CO Mohammad Nurfatoni menyampaikan hal itu dalam Kelas Menulis (Laslis) Seri Pertama.
Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PD IPM) Kota Surabaya bekerja sama dengan Fun Bahasa menyelenggarakan kegiatan tersebut di Koridor Coworking Space, Jalan Tunjungan No 1 Surabaya, Ahad (19/6/2022).
Fatoni, sapaan akrabnya, menjelaskan naluri dasar wartawan itu ada dua. Pertama, rasa keingintahuan (curiosity) yang besar. “Naluri dasar ini mendorong kita untuk meneliti atau menyelidiki lebih jauh sebuah peristiwa atau fenomena,” kata alumnus Jurusan Biologi FPMIPA IKIP Surabaya itu—sekarang Unesa.
Kedua, rasa keraguan (skeptic) yang mendalam. “Naluri ini mendorong kita melakukan pembuktian di lapangan,” ujar Fatoni.
Menurut Fatoni, seorang wartawan wajib tidak percaya pada apa yang dikatakan orang. “Termasuk apa yang saya katakan. Jangan serta merta dipercaya. Harus dibuktikan,” ucap Fatoni.
Dua basic instinct itulah yang mendorong seorang wartawan melakukan observasi. Yakni terjun ke lapangan melakukan pembuktian atau verifikasi disertai wawancara dengan saksi mata dan narasumber kompeten. “Kalau perlu diperkuat dengan riset data,” kata Fatoni.
Dengan observasi, maka wartawan akan memperoleh data akurat yang berkaitan dengan kredibilitas media tempat dia bernanung. “Jangan sampai kita menulis berita bohong karena kita hanya mendengar kata orang tanpa melakukan verifikasi terlebih dahulu. Padahal kata orang itu belum tentu fakta,” ujar Fatoni.
Menyinggung soal naluri dasar hewan, Fatoni mengatakan sebenarnya ada kemiripan. Hewan mempertahankan diri jika terancam dan menyerang jika lapar. “Sementara wartawan sering merasa tertekan dan terancam oleh editor untuk mendapatkan berita menarik,” ujar Fatoni.
Namun, dia buru-buru memberi catatan, bagi wartawan sukarelawan seperti para kontributor media Muhammadiyah, termasuk PWMU.CO, ‘ancaman’ dan ‘tekanan’ itu bisanya muncul dari dirinya sendiri, berupa komitmen dan tanggung jawab untuk berdakwah melalui tulisan.
Penulis yang Baik adalah Pembaca yang Baik
Di awal penyampaiannya, Direktur Penerbit Kanzun Book ini mengajak peserta untuk rajin membaca. Menurut Fatoni, semangat membaca dan menulis telah diinspirasi oleh al-Quran 14 abad lalu melalui surat al-Alaq dan al-Qalam.
Bahkan motto IPM sendiri adalah Nun, walqalami wama yasturun. Nun, demi pena dan apa-apa yang ditulisnya. Fatoni mengatakan ayat itu memotivasi umat Islam untuk menulis. Dan menulis sangat berkaitan dengan membaca, yang inspirasinya ada di lima ayat pertama surat al-Alaq.
“Penulis yang baik adalah pembaca yang baik,” begitu ketika Fatoni membuka materi yang bertajuk Citizen Journalism itu. Fatoni pun bertanya pada beberapa peserta, kapan terakhir membaca buku dan apa juduldya.
Fatoni menjelaskan, karena perintah iqra dalam surat al-Alaq tersebut tidak menyebutkan objeknya, maka dapat diartikan membaca di sini bermakna luas.
“Bisa membaca teks dalam buku, majalah, atau teks lainnya di dunia digital. Lebih dari itu iqra berarti membaca alam semesta dan lingkungan sosial,” ujar Fatoni.
Pria kelahiran Lamongan tahun 1969 itupun tidak hanya menjejali peserta dengan teori. Akan tetapi, dia mengajak learning by doing. Begitu pemaparan selesai, ia mengajak peserta untuk praktik membuat lead atau teras berita.
Sebelumnya dia mengajari langkah-langkah dasar menulis berita. Salah satunya yang bisa dipraktikkan—karena dia hanya diberi waktu berbicara 1 jam—adalah membuat lead berita.
Antusias peserta luar biasa. Tidak hanya mendeskripsikan unsur-unsur lead berita dari 5W+1H, tetapi mereka langsung praktik membuat lead berita. Dan peserta yang berhasil mengirim tulisan lead berita yang pertama adalah Adinda Cikita Umi, siswa SMA Muhammadiyah 2 Surabaya.
Lead yang Adinda tulis berbunyi: “Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PD IPM) Surabaya menyelenggarakan Kelas Menulis Jilid Pertama yang bertajuk citizen journalism di Coridor Coworking Siola pada Minggu (16/6/2022).
“Bagus, tolong panitia kasih hadiah ya,” komentar Fatoni.
Fatoni juga mengimbau peserta untuk merawat semangat menulis, termasuk di media internet, karena menurutnya, sekarang ini Muhammadiyah masih tenggelam di dasar Google.
Maksudnya, dalam mesin pencarian materi di internet, sulit menemukan web Muhammmadiyah berada di atas permukaan atau halaman satu. Kebanyakan berada di halaman berikutnya atau paling dasar. *(Vira/Yud)
Sumber: https://pwmu.co/244414/06/20/kader-ipm-diajak-merawat-basic-instinct-sebagai-penulis/