Haedar Nashir dalam Tasyakuran Milad ke-64 IPM: Jadilah Kader Moderat yang Disandingkan dengan Kekayaan Ilmu

Haedar Nashir dalam Tasyakuran Milad ke-64 IPM: Jadilah Kader Moderat yang Disandingkan dengan Kekayaan Ilmu

BeritaMilad IPM Ke-64
68 views
Tidak ada komentar
Haedar Nashir dalam Tasyakuran Milad ke-64 IPM: Jadilah Kader Moderat yang Disandingkan dengan Kekayaan Ilmu

Haedar Nashir dalam Tasyakuran Milad ke-64 IPM: Jadilah Kader Moderat yang Disandingkan dengan Kekayaan Ilmu

BeritaMilad IPM Ke-64
68 views
Haedar Nashir dalam Tasyakuran Milad ke-64 IPM: Jadilah Kader Moderat yang Disandingkan dengan Kekayaan Ilmu
Haedar Nashir dalam Tasyakuran Milad ke-64 IPM: Jadilah Kader Moderat yang Disandingkan dengan Kekayaan Ilmu

IPM.OR.ID., JAKARTA – Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir secara daring hadir dalam agenda Tasyakuran Milad ke-64 IPM, pada Selasa (22/7/2025). Dalam amanatnya, Haedar banyak menyampaikan pesan yang bermakna bagi para kader IPM di seluruh Indonesia yang diwarnai dengan nostalgia selama ia ber-IPM.

Haedar mengawali amanatnya dengan nostalgia awal mula perjuangannya di IPM. Saat itu ia masih SMA, tepatnya di SMA Negeri 10 Bandung.

“Ketika itu keluarga Muhammadiyah SMA Negeri 10 Bandung membuat pimpinan kelompok IPM. Saat saya menjadi ketua. Hal ini membekas dalam ingatan saya. Setelah itu saya menjadi ketua cabang. Cabang Cibeunying. Saat itu era tahun 1975-1977 di mana IPM menjadi kekuatan yang sudah cukup diakui secara nasional,” ujar Haedar, matanya menerawang ke tempat yang jauh, tempat yang sama ketika ia pertama kali ber-IPM.

Selepas dari Bandung, ia kemudian pindah ke pimpinan wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, ia tinggal di sana dari tahun 1979-1982. Tahun 1983 IPM seharusnya ada muktamar, tapi tidak boleh karena IPM tidak mengubah diri. Akhirnya, dibuatlah muktamar darurat di Mu’allimin. Pada muktamar ini Haedar masuk ke dalam PP IPM sampai 1986.

Pada masa itu, Haedar menerangkan bahwa ekosistem IPM dan persyarikatan Muhammadiyah kondisinya tidak seperti sekarang yang serba mudah dan serba ada, apalagi dalam hal relasi dan finansial. Namun, hal inilah yang menurutnya membuat kader IPM di generasinya tahan banting. 

“Maka, sungguh anugerah luar biasa sekarang, saudara-saudara bisa pergi dengan mudahnya ke mana-mana. Kami sebagai orang tua bersyukur, tapi hati-hati, di saat kita berlebih, ada penurunan daya juang kita. Bahwa ketika materi dan hal-hal duniawi begitu mudah bagi kita, yang ruhani bisa luruh,” kata Haedar mengingatkan.

Di era sekarang, Haedar menjelaskan bahwa Muhammadiyah ruang sistemnya makin lebar, usaha yang dimiliki makin maju, dan di saat yang sama bisa mengkapitalisasi usaha yang dimiliki, tetapi landscape di sekitar juga berubah.

Kita jangan sampai kalah dengan organisasi masyarakat lain. Jangan sampai kita ketinggalan karena kita abai. Dukungan luar hanyalah pemacu tambahan, jadi jangan sampai ada ketergantungan

“Peta sosiologis pelajar berubah dan kompleks dari generasi ke generasi. Maka dakwah Muhammadiyah harus berubah. Ini perlu kehadiran IPM, tapi harus dengan nilai Islam berkemajuan,” tutur Haedar.

Di akhir amanatnya, Haedar menganjurkan supaya IPM harus hadir ke isu-isu yang lebih spesifik, hadir sebagai kader yang moderat. Dengan rancang bangun kadererisasi wasathiyah yang autentik tanpa menghilangkan nilai bayani, burhani, dan irfani.

“Kalau ingin diterima di banyak ruang, maka jadilah kader moderat yang disandingkan dengan kekayaan ilmu,” pungkas Haedar.

Sidak Kantor PP IPM, Menhut Raja Juli: Banyak yang Berubah, Sekarang Sudah Luar Biasa
“Berani Tampil, Tak Saling Menjatuhkan”: Pesan Izzul Muslimin di Milad ke-64 IPM
Mungkin anda suka:
Advertisement

[adinserter name=”Block 2″]

Suka artikel ini? Yuk bagikan kepada temanmu!

Terpopuler :

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Fill out this field
Fill out this field
Mohon masukan alamat email yang sah.