Generasi Z merupakan generasi yang lahir saat era internet telah dimulai. Dengan demikian, generasi Z di Indonesia mulai dilahirkan Tahun 1995—dikaitkan dengan internet yang baru tersebar secara komersial di Indonesia pada Tahun 1994. Generasi Z paling akhir lahir pada Tahun 2010, seiring berubahnya pola penggunaan internet. Sehingga, saat ini generasi Z dapat digolongkan sebagai penduduk berusia 8-23 tahun. Dengan penggolongan usia tersebut, dapat disimpulkan bahwa IPM memiliki basis massa pelajar berusia 12-24 tahun saat ini digerakkan oleh generasi Z.
Generasi Z yang tumbuh dalam era keajaiban teknologi seiring dengan menjamurnya internet tentu memiliki karakter yang berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya. Setidaknya, generasi Z dicirikan sebagai generasi serba instan yang gemar menggunakan internet melalui ponsel pintar. Karakter khusus ini memberikan implikasi pada pola dakwah yang digunakan oleh IPM, dimana pola dakwah perlu menyentuh budaya serba instan, serta eksistensi internet dan media sosial yang melekat di dalamnya.
Jika ditelusuri, keadaan terkini dakwah IPM belum sesuai dengan kebutuhan dakwah sesuai tuntutan zaman tersebut. Bahkan, dakwah di media sosial bagi generasi muda Indonesia banyak digarap oleh kalangan islam konservatif. Sedangkan IPM yang menasbihkan diri sebagai gerakan pelajar berkemajuan, moderat, dengan salah satu tujuannya mewujudkan pelajar berakhlak mulia justru belum memiliki sepak-terjang yang menonjol. Gairah media IPM memang meningkat seiring dengan kesadaran generasi Z akan keberadaan media sosial, namun dakwah kreatif yang sistematis dan menjangkau generasi Z masih belum berjalan secara maksimal.
Kader-kader IPM perlu memahami tantangan dengan kenyataan yang melekat pada generasi Z sebagai basis massa IPM. Pemahaman terhadap tantangan yang ada kemudian bermanfaat untuk menjelaskan opsi-opsi strategi yang dapat dilakukan.
Radikalisme, Terorisme, dan Gaya Hidup
Paham radikal dan aksi teroris saat ini digadang-gadang begitu dekat dengan generasi Z. Informasi yang terbatas dan keinginan pelajar mempelajari Islam dengan sebaik-baiknya terkadang dapat mengantarkan pada paparan paham radikal. Telah terbukti pula bahwa aksi teror maupun paham radikal sudah menyentuh kalangan pelajar. Seperti dapat disaksikan pada kasus teror beruntun di Surabaya-Sidoarjo, 13-14 Mei 2018 lalu yang melibatkan pelajar baik secara langsung maupun tidak langsung. Fakta ini perlu dijadikan salah satu perhatian dalam dakwah IPM di masa kini.
Sementara itu, 3 kata kunci “hijrah”, “hari raya”, dan “ibadah” secara umum menjadi makin populer dalam aktivitas keagamaan generasi Z. Bahkan, ketiga hal tersebut merupakan wajah Islam di kalangan generasi Z. Sebagai gambaran, penggunaan pakaian syar’i, budaya berbuka puasa bersama dan persebaran ucapan hari raya, hingga motivasi untuk meningkatkan kuantitas hafalan Alquran makin mudah kita temui di jagat maya.
Keadaan tersebut secara prinsip baik untuk menyebarkan nilai-nilai Islam. Namun, jika ditelusuri lebih dalam, tersebarnya tiga jenis konten keislaman tersebut sangat mungkin hanya termotivasi oleh kesan luar sebagai sebuah gaya hidup yang terlihat sangat Islami dan syar’i. Gaya hidup tersebut disebarluaskan oleh media sosial dimana promosi fashion menjadi bagian penting dan berorientasi bisnis. Pada akhirnya, prinsip-prinsip keagamaan justru tercemar oleh kapitalisasi yang gencar terjadi di media sosial.
Beberapa tantangan tersebut perlu dijawab oleh dakwah ala IPM. Dakwah IPM sebagai dakwah yang moderat dan berkemajuan tentu membawa misi agar pelajar dapat menerapkan ajaran Islam dengan baik dan tidak fanatik, tidak pula sekedar taklid. Teknologi terkhusus media sosial dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu dalam berdakwah. Beberapa langkah dalam bermedia menjadi penting untuk menjawab beragam tantangan dakwah bagi generasi Z.
Media dan Konten Kreatif
Kader-kader IPM perlu menciptakan konten-konten kreatif yang Islami dan bermuatan moderat, sehingga menjadi referensi dalam menjelaskan Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin. Konten-konten ini tidak terbatas pada desain visual, melainkan dapat berupa teks, suara, dan video dalam berbagai format yang dapat disebarkan melalui media sosial dan dunia maya. Nantinya, media sosial dapat menjadi jalan untuk berdakwah, menjelaskan nilai-nilai moderat dan berkemajuan yang terus diperjuangkan oleh IPM.
Hingga detik ini belum ada akun-akun dakwah IPM yang mampu berpengaruh luas dan tersebar secara masif. Bahkan, akun Instagram PP IPM—ini pun bukan merupakan akun dakwah—yang sejauh ini menjadi akun IPM dengan pengikut terbanyak “hanya” berada di kisaran 17.100 pengikut, jauh di bawah akun-akun dakwah populer yang mencapai ratusan ribu pengikut, jauh pula di bawah akun-akun selebgram yang bisa mencapai lebih dari satu juta pengikut. Padahal, jika ditinjau dari gerakan yang dibawa, IPM memiliki gerakan-gerakan yang baik, sesuai tuntutan dan bergerak secara nyata. Sehingga dari fakta ini terlihat bahwa kemampuan dan semangat kader-kader IPM dalam berliterasi media perlu ditingkatkan lagi, untuk menyebarluaskan gerakan-gerakan tersebut.
Dakwah kreatif melalui media sosial perlu diperhatikan dengan baik. Dakwah melaui jalan ini dianggap cukup sesuai, karena generasi Z mengakses internet selama 3-5 jam dalam sehari dengan akses ke media sosial memiliki porsi yang besar. Keadaan ini membuat dakwah-dakwah di medsos seperti karya visual bermuatan Islami hingga video pendek digemari generasi Z.
Keadaan seperti yang telah dipaparkan pada tulisan ini menjadi sebuah tuntutan yang perlu ditanggapi secara serius oleh IPM, sebagai ujian bagi dakwah IPM. Pelatihan da’i pelajar, kajian, hingga diskusi dan aksi perlu diorientasikan pada peningkatan kemampuan literasi media yang diterapkan pada dakwah IPM. Sehingga secara perlahan usaha-usaha ini dapat memposisikan pelajar (terkhusus IPM) menjadi da’i bagi generasi Z dan menyebarkan nilai-nilai Islam yang moderat serta berkemajuan, sebagai penegasan semangat Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin.
*) Catatan
- Penulis adalah Nabhan Mudrik Alyaum. Mahasiswa S1 Geografi dan Ilmu Lingkungan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Sehari-hari berperan sebagai Ketua Umum PD IPM Kota Yogyakarta juga menjadi bagian dari Lembaga Media PP IPM. Korespondensi dapat dilakukan melalui WA 085729692219.
- Substansi penulisan sepenuhnya tanggung jawab penulis