Ethos, Logos, dan Pathos merupakan bahasa yang digunakan oleh seorang filsuf Yunani Kuno yaitu Aristoteles sebagai sarana untuk menjelaskan tentang sebuah seni berbicara atau retorika. Aristoteles mengungkapkan bahwasannya dalam berbicara kita harus setidaknya memiliki 3 Karakteristik yang sangat penting dalam kegiatan pidato, berdialog.
Tiga Karakter tersebut merupakan Ethos, Logos, dan Pathos yang ketiga hal tersebut menjadi sebuah acuan bagi para pelaku retorika.
Sekilas Soal Ethos, Logos, dan Pathos
Ethos merupakan sebuah karakter untuk pelaku retorika sebagai sarana dalam diri untuk memunculkan nilai yang hadir dalam masing-masing individu. Hal ini menjadikan pelaku retorika mampu dikenal melalui karakternya yang unggul dan berbeda.
Kedua, yaitu Logos yang merupakan sebuah seni retorika yang memiliki sumber daya dengan fondasi sehingga menghasilkan narasi sesuai dengan logika dan masuk didalam logika para pendengar.
Terakhir, yaitu Pathos sebuah momentum bagi pelaku retorika untuk bisa memberikan atau mengunggah emosional bagi para pendengar sehingga berbicara menggunakan fakta, karakter, dan logika tentu pelaku retorika harus memiliki kekuatan dalam melihat situasi kondisi emosional di ruang lingkup tertentu.
Ketiga hal inilah yang akan kita bahas dan mencoba untuk menerapkan didalam organisasi pelajar dengan konteks membangun kembali nilai-nilai organisasi sebagai bentuk wadah mempresentasikan minat, bakat, serta kompetensi yang dimiliki oleh para pelajar dalam menjalan dan membangun organisasinya.
Ethos, Logos, dan Pathos dalam Konteks Organisasi
Di dalam organisasi pelajar akan banyak dipertemukan dengan orang-orang yang memiliki karakteristik dan berbagai macam perbedaan orang yang turut hadir didalam sebuah organisasi. Ada orang yang ketika masuk organisasi hanya sebatas mencari waktu sibuk di balik kekosongan dalam diri. Pun ada ada yang masuk organisasi sebagai wahana loncatan untuk menggapai mimpi atau mungkin membantu memenuhi kualifikasi tertentu dengan syarat memiliki cukup pengalaman dibidang sosial, kepemimpinan, problem solving, atau ketika mereka masuk kedalam organisasi hanya sekedar mengikuti teman.
Bahkan nantinya di dalam organisasi akan dihadapkan dengan berbagi macam tuntutan dan tantangan yang harus dijawab oleh organisasi, sehingga peranan organisasi mampu mewujudkan harapan-harapan yang timbul.
Akan ada banyak aspek dalam hal ini akan banyak sekali perbedaan yang memungkinkan munculnya konflik secara internal yang mampu mengganggu stabilitas organisasi, dan salah satu penghambat jika kita tidak memberikan aspek-aspek yang sesuai ataupun tidak ada revitalisasi, maka organisasi akan binging terhadap peranannya. Dengan itu kita akan coba mengulas tiga konsep Aristoteles sebagai penerapan didalam organisasi Pelajar.
Ethos
Ethos merupakan bahasa lain yang memiliki arti yaitu Karakter hal ini akan menjadi salah satu tumpuan dan fondasi awal dałam membentuk, merencanakan, menjalankan kegiatan organisasi dengan efisien. Tentu dałam membangun sebuah karakter organisasi hal yang menjadi perhatian awal adalah karakteristik organisasi ketika organisasi tersebut dibangun, sekiranya apa yang menjadi target dan tujuan utama organisasi tersebut dibangun, kira kira apa dijadikan pusat perhatian dari organisasi tersebut? Hal apa yang menjadi sebuah perjuangan dengan menghasilkan nilai bagi organisasi dan representasi terhadap tujuan tersebut?
Sebagai contoh yaitu Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) yang secara umum ketika digagas adalah untuk membantu mengembangkan dan membentuk karakter Pelajar Muslim yang berilmu, berakhlak mulia serta memiliki keterampilan, gagasan itulah yang secara logika memberikan sebuah maksud dan fondasi permulaan. Munculnya gagasan tersebut pasti bukan sekedar hanya narasi semata melainkan sebuah penglihatan didalam sebuah masalah yang menjadi pusat perhatian bagi organisasi untuk memberikan prosesi Advokasi dalam meluruskan hal ini kembali.
Ethos organisasi timbul dari gagasan, ide dari para kadernya untuk membangun gerakan yang bergerak dalam proses pemulihan lingkungan sosial dan ruang lingkup lain. Pada akhirnya Ethos tersebut menghasilkan sebuah nilai untuk organisasi dan penggerak organisasinya karena mampu memberikan jalan baru bagi tatanan sosial masyarakat. Membangun Ethos dalam organisasi adalah bagaimana para pelaku organisasi memiliki kemampuan dalam berpikir secara progresif terhadap permasalahan yang timbul disekitarnya dari situlah sumber daya dalam membangun ethos organisasi.
Logos
Logos atau bahasa lain yaitu Logika merupakan Sumber daya yang begitu penting dalam membantu atau menyempurnakan Ethos berorganisasi karena dengan Logika sebagai salah satu sumber teknik berpikir maka hal ini tentu harus menjadi sebuah perhatian juga dalam penerapan dan pembanguan organisasi, kalau dari karakter organisasi adala biasanya menentukan atau mencari sebuah sikap untuk melakukan sebuah kegiatan logika berperan sebagai penyempurna dari tindakan, sikap, dan penglihatan didalam organisasi terhadap permasalahan sosial yang muncul.
Logos memiliki hak representasi didalam sebuah tindakan, sikap, dan penglihatan sebagai sarana untuk memberikan penyesuaian dengan sikap objektif dan subjektif, hal ini akan menjadi sebuah wadah dengan prosesi pengkaderan didalam organisasi tersebut. Karena dalam hal ini tingkatan berpikir dengan acuan literasi yang cukup dengan mudah memberikan makna dan nilai didalam keterampilan organisasi. Maka Perhatian yang menjadi hal Krusial adalah membangun juga kesesuain logika terhadap Ethos organisasi.
Pathos
Seperti yang sudah dijelaskan diawal tentang apa itu arti lain dari Pathos, secara mudah Pathos digambarkan sebagai hal yang mengunggah emosi mulai dari sedih, senang, berduka, marah dan macam-macam lain sifat manusiawi. Kita artikan seperti ini jika kita terapkan dałam berorganisasi. Kalau dari awal kita sudah membahas bagaimana mengenali atau membentuk kembali Ethos denga menentukan sikap kita terhadap penyelesai sebuah masalah, maka Pathos memiliki peranan bagai mana organisasi mengenali dan memahami keresahan tersebut dengan menentukan sikapnya dalam meneyelesaikan masalah yang hadir.
Mengenali dan memahami emosional yang hadir dalam diri masyarakat menjadi sebuah nilai dan tugas tambahan, secara teori hal ini lah yang harus dijadikan momentum bagi organisasi pelajar dalam memberikan narasinya. Narasi yang mampu memberikan perwakilan dan menjadi pemadaman emosional jika tumbuh sifat dan sikap yang berdampak dengan kestabilan tatanan.
Dari situlah organisasi pelajar dan macam-macam organisasi lain mengambil dan mengelola kembali emosi tersebut dan menjadikannya target perencanaan dalam meberikan pendampingan dan memberika suara untuk perubahan dan stabilitas.
- Penulis adalah Sayyid Jundi Anzar Simanjuntak, Ketua Umum PR IPM SMA Muhammadiyah 25 Pamulang Periode 2021-2022. Baru lulus SMA tahun ini dan punya rencana berkuliah Hukum di UGM. Anak biasa bukan spesial dan anak yang selalu suka dengan tantangan dan hal baru. Sayyid bisa ditemui di Instgram @sayyidjundianzar_
- Substansi tulisan sepenuhnya tanggung jawab penulis.