Ada banyak cerita baik dari dampak IPM bagi kader-kadernya. Saya adalah salah satu di antara ratusan ribu kader IPM yang juga ikut merasakan dampak tersebut. Program-program yang saya dan kawan-kawan kerjakan semasa di IPM adalah ‘tiket’ saya menuju beasiswa dan Australia.
Kekawan saya yang lain menemukan pekerjaannya sekarang karena pernah ikut salah satu sekolah yang diselenggarakan IPM. Kekawan saya yang lainnya menemukan teman hidup karena ikut kegiatan IPM. IPM begitu impactful, bahkan di level individual.
Secara programatik, IPM punya perjalanan panjang dalam menceritakan dampak. Bacalah tanfidz Muktamar dan SPI manapun. Mustilah anda bisa mengetahui bahwa kesadaran untuk menciptakan dampak tumbuh disaat bersamaan saat kita menggunakan metodologi. Baik Ansos, AI, atau bahan ToC, semuanya bicara dampak dan melibatkan masyarakat sebagai objek perubahannya. Karena alasan itulah IPM, pelajar, dan masyarakat punya bonding yang kuat yang tidak terpisahkan (Khoirudin, 2014).
Purpose dan Mengglorifikasi Dampak
Dampak itu baik. Bahkan sangat baik. Tetapi dampak tak akan relevan kalau tak didesain dengan purposeful. Aktivis tak boleh lupa dan keliru dalam memaknainya. Dampak program-program IPM mungkin bisa dirasakan, tetapi ia belum tentu tepat sasaran.
Belakangan ini, karena terlalu sering mengglorifikasi dampak, sebagian aktivis lupa yang lebih utama: Core purpose dari setiap aktivitas itu. Aktivis perlu secara reflektif dan cermat mempertanyakan hal-hal seperti “Untuk apa saya membuat program itu?”, “Siapa yang akan merasakan dampaknya?”, “Apa program ini sekali selesai atau akan terasa hingga 5 periode mendatang?” atau “Apakah program ini penting untuk mereka?”.
Ada semacam glorifikasi, seolah-olah selama kegiatan itu berdampak, maka otomatis kegiatan itu tanpa cela dan cacat. Tentu, pertama-tama, saya tidak sedang menggeneralisir bahwa semua program IPM demikian. Kritik saya justru sebaliknya: Program yang didesain dengan dampak sekalipun tak akan bermakna tanpa purpose yang terarah.
Ia tak ubahnya seperti anda beri orang makan siang gratis—yang tentu bisa mengatasi masalah kelaparan—disaat yang sebetulnya akut adalah pendidikan dan pembukaan lapangan pekerjaan.
Mengglorifikasi dampak berlebihan tak bagus bila tak disertai kesadaran soal tujuan. Orang yang berkelana tanpa tujuan musti sengsara. Orang yang bekerja tanpa tujuan musti merana. Menyusun dampak kudu dengan purpose yang kuat sehingga orang tak bingung. Purpose yang kuat menekankan IPM pada pentingnya melihat satu masalah dalam big picture dan siklus yang keberlanjutan. Tujuan yang jelas dan berkelanjutan akan menolong organisasi pelajar ini menuju apa yang dicita-citakan: Era baru IPM.
Kekhawatiran Soal Dampak: Myth and Politics
Mengapa poin soal keberlanjutan menjadi penting saat bicara dampak dan tujuan? Pertama, dampak yang tak purposeful rentan dimistifikasi sehingga kabur dari realitas. Mengglorifikasi dampak berlebihan akan membuat dampak menjadi mitos dan metafora di kalangan kader. Bukan tak mungkin ‘berdampak’ akan berubah makna: Bahwa dampak itu hasil perseorangan dan kerja leadership individual sehingga yang paling top adalah yang paling berdampak.
Tentu ini asumsi yang tak salah. Tetapi juga tak bisa langsung dibenarkan. Sebab, dalam disiplin leadership, tak mungkin keberhasilan dicapai sendiri-sendiri. Leaders bukan hero. Untuk membuat perubahan, seseorang musti di backup oleh tangan orang banyak. Tujuan yang kuat dan berkelanjutan dalam sebuah dampak itu penting sebab bila tidak, ia rentan berubah makna.
Anda boleh protes. Tetapi itulah yang terjadi di akar rumput bila tujuan dari sesuatu tak diterjemahkan dengan baik. Sesuatu seperti dampak, bukan tak mungkin jadi mitos dan diterjemahkan berlebihan—atau bahkan keliru.
Kedua, dampak bukanlah keluaran yang bebas nilai, artinya ia diikat oleh value dan moral tertentu serta berinteraksi dengan kompleksitas dunia.
Dampak punya kaitan erat dengan ‘cerita’. Cerita bisa memperkuat tujuan dan motivasi seseorang. Ia punya kuasa untuk menggerakkan banyak orang. Seseorang menjadi aktivis lingkungan karena ceritanya terhadap masalah iklim. Seseorang menjadi pegiat literasi karena ceritanya terhadap kesenjangan akses buku. Dampak, tujuan, dan cerita menghubungkan manusia lewat nilai.
Mengapa mempertimbangkan nilai itu penting? Sebab dampak tanpa nilai adalah kehancuran. Meski klise, aktivis perlu melibatkan aspek kemaslahatan sebab tak melulu sebuah program didesain dengan pertimbangan nilai yang maslahat.
Sebut, misalnya, sebuah proyek akbar bernama Manhattan Project (1942). Proyek itu melibatkan ilmuwan top dunia untuk melihat bagaimana energi nuklir bermanfaat untuk kepentingan militer. Kendati dampak dari proyek tersebut terhadap pemanfaatan nuklir luar biasa hebat, proyek yang sama juga melahirkan bom atom yang membakar Hiroshima dan Nagasaki.
Dalam disiplin lain, misalnya, ketidakhadiran moral dan nilai dapat menggeser sebuah praktik baik. Dalam model transformational leadership, ada istilah pseudo-transformational leaders. Pemimpin dengan model ini adalah pemimpin yang berdampak dan transformational. Tetapi mereka menggunakan pengaruh tidak untuk kepentingan publik, tetapi untuk memanipulasi pengikutnya untuk kepentingan diri sendiri (Bass and Steidlmeier, 1999).
Dua contoh di atas mengisyaratkan satu hal: Dampak bukan tidak mungkin dimanipulasi oleh nilai tertentu atau bahkan dipergunakan untuk kepentingan politik yang tak konsisten dengan kemaslahatan umat.
Kita tentu tak ingin program dan kebijakan IPM berubah-ubah sesuai aktor politiknya. Misal, karena Menteri ini ingin dianggap berdampak, lalu ia merevisi semua kebijakan Menteri sebelumnya hanya agar ia dapat citra bagus dari publik.
Masih Ada Harapan
Tulisan ini barangkali akan terdengar pesimistis dan sinis. Tetapi itu fungsi kritik. Agar kita bangun dan melek terhadap kemungkinan-kemungkinan yang terjadi.
Apa yang saya tulis bukan ramalan. Ia masih bisa berubah selama kita, kader-kader IPM bergerak dengan purposeful, terukur, dan terarah. Dampak itu baik, tapi diworo-woro seperlunya saja.
- Penulis adalah Brilliant Dwi Izzulhaq, Ketua PP IPM Bidang PIP. Bercerita, menulis, dan sedang belajar di Australia.
- Substansi tulisan sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.