Oleh: Azaki Khoirudin
Pada tanggal 18 Juli 2016 hari ini, Ikatan Pelajar Muhammadyah (IPM) genap berusia 55 tahun Miladiyah. Usia yang sudah cukup dewasa dan matang untuk ukuran sebuah organisasi kepemudaan di leval pelajar. Milad kali ini mengangkat tema “Menggerakkan Daya Kreatif, Mendorong Generasi Berkemajuan” Sebuah tema yang sangat relevan dengan kondisi generasi muda bangsa. Sejak kelahirannya tahun 1961 silam, IPM terus berbenah, mulai dari merangkak, berdiri, berjalan, hingga mampu berlari melakukan transformasi gerakan. IPM begeliat dan bergulat dengan realitas. Sudah menjadi takdir sejarah bahwa IPM merupakan organisasi sayap gerakan Muhammadiyah di kalangan pelajar.
Ketika berbicara IPM secara ideologis, tentu tidak bisa melepaskan diri dari induknya yaitu Muhammadiyah. Sebagai gerakan pelajar Muhammadiyah, paham ke-Islaman IPM pun harus merujuk kepada pemahaman Islam ala Muhammadiyah, yakni “Islam Berkemajuan”. Refleksi Gerakan Sebagai organisasi yang mempunyai basis massa pelajar, IPM harus memahami siapa pelajar itu, apa, bagaimana, serta mengapa berbagai macam persoalan muncul di tengah-tengah dunia pelajar. Aneh dan lucu, bila mengklaim dirinya aktivis IPM namun tidak mampu memahami secara mendalam (radical) seluk-beluk “pelajar” baik secara filosofis, sosiologis, psikologis, bahkan politis Sebagai gerakan yang menjadikan “pena” sebagai simbol gerakan. QS Al-Qalam ayat 1 sebagai landasan perjuangan. Maka kader-kader IPM tidak boleh malas dalam “mendialektikakan” antara pemikiran dan praktek gerakan.
Jika demikian, maka sebuah IPM lambat laun, pelan namun pasti akan mengalami stagnasi, kejumudan, pendangkalan, birokratis, dan tidak peka terhadap realitas yang sedang mengalami perubahan. Aktivitas IPM akhirnya hanya menjadi rutinitas balaka tanpa ada relevansi terhadap realitas. Sebaliknya jika IPM mampu mampu melakukan praktek refleksi-aksi atau aksi-refleksi secara simultan dan seimbang, maka IPM akan terus bergerak melakukan inovasi kreatif untuk menjawab persoalan pelajar. Tentu, apa yang dipersoalkan oleh gerakan pelajar satu dengan yang lainnya akan berbeda. Karena hal tersebut dipengaruhi oleh perbedaan gerakan. Paradigma inilah yang menentukan persepsi atau cara pandang seorang aktivis dalam melihat problem. Benar-salah, baik-buruk, masalah atau solusi, semua tergantung dengan paradigma yang digunakan.
Yang perlu digaris bawahi adalah, bahwa keberlanjutan gerakan IPM tentu dipengaruhi oleh ide, gagasan, pemikiran serta paradigma yang terus bergulir dalam tubuhnya. Dalam sejarah telah terjadi transformasi paradigma gerakan sebagai respons terhadap realitas yang selalu berubah. Era Orde Baru I IPM memiliki paradigma Tri Tertib (tertib Ibadah, tertib belajar, dan tertib berorganisasi), era Orde Baru II IPM memiliki paradigma GATK (Gerakan Aktif Tanpa Kekerasan), era Reformasi IPM mendeklarasikan Manifesto GKT (Gerakan Kritis-Transformatif), dan pasca Reformasi IPM dikenal sebagai “Gerakan Pelajar Berkemajuan”. Gerakan Berkemajuan Muktamar ke-19 2014, IPM telah menegaskan paradigma gerakannya sebagai gerakan ilmu, yang dibingkai dalam “Gerakan Berkemajuan”. Tantangan-tantangan yang dihadapi IPM tentu selalu dinamis dan unik. Siapapun yang ber-IPM harus mampu “menemukan kenunikannya”. Selanjutnya IPM harus mampu menggerakkan daya dan kekuatannya melalui banyak strategi kreatif.
Dengan meminjam konsep Fauzan A Sandiah (2016), pengiat Rumah Baca Komunitas di Yogyakarta Era IPM yang baru bersandar pada dua kata kunci penting sebagai cara merawat daya-kreatifnya, yaitu berbagi (sharing) dan kolaborasi. Inilah dua hal yang harus dimiliki generasi berkemajuan hari ini. Generasi Berkemajuan ditandai oleh keberhasilannya menemukan ruang diri (keunikan) yang selalu relevan dengan semangat zaman. Generasi berkemajuan mampu “mendorong pada kebaikan, dan mencegah kemungkaran” (amar ma’ruf nahyi munkar). Etos kolaborasi dan etos berbagi menjadi kekuatan atau daya gerak untuk memperkuat proses transformasi sosial budaya, ekonomi, dan politik.
Menurut hemat saya, paling tidak ada lima syarat untuk menjadi generasi berkemajuan sebagai mana semangat QS Al-Ashr. Pertama, bepikir melampuai zaman (futuristik, ashr). Kedua, tauhid murni, sebagai dasar aktivisme. Bahwa segala kegiatan sebagai bentuk pengabdian terhadap Allah Swt. Ketiga, pelembagaan ide kreatif menjadi kerja-kerja peradaban (amal shaleh). Keempat, bersikap kolaboratif dan berbagai dengan berbagai pihak sebagai kehendak murni mendorong kemajuan kehidupan (tawasau bil haq). Kelima, toleran, rendah hati, menebar cinta, dan kasih perdamaian dengan semua makluk (tawasau bis shabr). Demikianlah sekelumit apa yang dapat saya tuangkan dalam tulisan ini dalam rangka menyambut milad IPM ke-55. Semoga IPM selalu jaya, maju, berprestasi dan menginspirasi. Nuun Walqalami Wamaa Yasthuruun.
Penulis adalah Sekretaris Jenderal PP IPM
www.suaramuhammadiyah.id