IPM.OR.ID., GOWA – Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM) membuka kegiatan Advoasik Camp #Happytanpabully Batch Gowa di Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPPMPV) Kelautan, Perikanan, Teknologi Informasi, dan Komunikasi, pada Jumat (17/10/2024). Advoasik Camp Batch Gowa merupakan titik keenam dari tujuh titik dari rangkaian kegiatan ini.
Pembukaan Advoasik Camp #Happytanpabully Batch Gowa turut hadir Fajar Riza ul Haq (Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah), Muhammad Hasbi (Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus (PKPLK) Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah), Sitti Husniah Talenrang (Bupati Kabupaten Gowa), Zul Jalali Wal Ikram (Ketua Umum PW IPM Sulawesi Selatan). Kegiatan ini diikuti oleh 100 orang peserta dari pelajar dan guru se-Gowa.
Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Fajar Riza ul Haq turut menekankan pentingnya memperhatikan aspek psikologis peserta didik sebagai bagian dari cita-cita pendidikan nasional. Ia mengingatkan bahwa kekerasan psikologis yang sering terjadi di lingkungan sekolah dapat berdampak jangka panjang pada perkembangan anak.
“Kekerasan psikologis yang rutin dilakukan terus menerus adalah bully, bertentangan dengan cita-cita pendidikan. Bully ini bukan masalah sepele tetapi tantangan yang besar di dunia pendidikan. Jangan soal pembelajaran, guru, tetapi juga harus memerhatikan kesejahteraan psikologis,” ujarnya.
Fajar menambahkan, peran guru bimbingan konseling (BK) perlu diperkuat karena mereka memiliki tanggung jawab besar dalam menyejahterakan kondisi mental peserta didik.
“Kita ingin mengangkat derajat guru BK karena peran guru BK menyejahterakan psikologis anak. Pendidikan hari ini tidak bisa mengabaikan sosial dan emosional. Ini akan menjadi bom waktu jika tidak mengatasi kesehatan mental,” tambahnya.
Sementara itu, Bupati Kabupaten Gowa Sitti Husniah Talenrang menyoroti pentingnya membangun karakter anak sejak dini melalui kebiasaan positif di sekolah. Ia mencontohkan program “Gowa Carade” yang mengharuskan siswa SD, SMP, dan SMK membaca Al-Qur’an setiap hari sebelum memulai kegiatan belajar.
“Tujuh kebiasaan anak hebat di Indonesia di Gowa ada Gowa Carade yaitu mewajibkan anak SD, SMP, SMA untuk membaca Al-Qur’an tiap hari di sekolah agar tumbuh spiritualitas sejak dini. Saya mengajak seluruh elemen masyarakat untuk meningkatkan kualitas masyarakat Gowa yang berkualitas,” tutur Sitti.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum PP IPM, Riandy Prawita, menyampaikan capaian penting yang telah diraih organisasi dalam pengembangan program pendidikan advokasi. Kegiatan ini tidak hanya menjadi wadah pembentukan karakter pelajar anti perundungan, tetapi juga melahirkan ribuan fasilitator muda yang siap menggerakkan perubahan di sekolah masing-masing.
“Kita sudah membuat 1000 fasilitator dari Advoasik Camp. IPM pertama kalinya memiliki buku panduan advokasi, IPM pertama kali melakukan pendidikan gamifikasi, dan IPM satu-satunya organisasi kepemudaan yang menerapkan pendidikan gamifikasi bekerja sama dengan Kemendikdasmen,” ujarnya dengan bangga.
Riandy menegaskan bahwa langkah tersebut menjadi tonggak baru dalam sejarah IPM sebagai organisasi pelajar yang adaptif terhadap perubahan zaman. Pendidikan gamifikasi yang diterapkan efektif untuk menarik minat pelajar sekaligus memperkuat kesadaran akan pentingnya advokasi di lingkungan sekolah.
Advoasik Camp menjadi bentuk nyata sinergi pendidikan dan spiritualitas, yang diharapkan dapat melahirkan generasi muda berkarakter kuat serta berakhlak mulia. Melalui kegiatan ini, PP IPM menegaskan komitmennya untuk menciptakan ruang pendidikan yang ramah, aman, dan membebaskan pelajar dari praktik perundungan, sekaligus mendorong terciptanya generasi pelajar revolusioner yang berdaya dan berempati. *(Say)